Legiun Gemuruh

Gubernur Romawi itu berdiri dengan keputusan tegas di hadapan empat puluh prajurit Romawi dari Legiun Gemuruh. "Aku memerintahkan kalian untuk mempersembahkan korban kepada dewa-dewa Romawi. Jika kalian tidak melakukannya, kalian akan dilucuti dari pangkat militer kalian."

Keempat puluh prajurit itu semuanya percaya dengan teguh kepada Tuhan Yesus. Mereka tahu bahwa mereka tidak boleh menyangkal-Nya atau memberikan korban bagi dewa-dewa Romawi, apa pun yang akan dilakukan Gubernur Romawi kepada mereka.

Candidus berbicara bagi legiun itu, "Tiada yang lebih berharga atau lebih mulia bagi kami selain Kristus, Tuhan kami."

Sang gubernur kemudian mencoba berbagai taktik lainnya untuk membuat mereka menyangkali iman percaya mereka. Pertama, ia menawarkan kepada mereka uang dan kehormatan. Kemudian, ia mengancam mereka dengan siksaan dan aniaya.

Candidus menjawab, "Engkau menawarkan kepada kami uang yang akan ditinggal di dunia dan kemuliaan yang akan sirna. Engkau berusaha untuk membuat kami menjadi kawan Kaisar, tetapi menjauhkan kami dari Raja yang sejati. Kami hanya ingin satu hadiah, yaitu mahkota kebenaran. Kami menanti-nantikan satu kemuliaan, yaitu kemuliaan kerajaan surgawi. Kami ingin kehormatan yang berasal dari surga."

"Engkau mengancam dengan siksaan-siksaan yang menakutkan dan menyebut iman kami sebagai kejahatan, tetapi kami tidak akan menjadi tawar hati atau terikat kepada dunia ini atau dilemahkan dengan ketakutan. Demi kasih kemurahan Allah, kami siap untuk menahan siksaan jenis apa pun."

Sang gubernur menjadi murka. Kini ia ingin mereka disiksa dengan kematian yang perlahan dan menyakitkan. Mereka dilucuti hingga telanjang dan digiring ke tengah-tengah danau yang membeku. Ia menempatkan para prajurit untuk menjaga mereka dan mencegah agar tidak satu pun dari mereka yang dapat melarikan diri.

Keempat puluh orang itu saling memberi semangat seolah-olah mereka akan pergi berperang. "Berapa banyak rekan-rekan seperjuangan kita mati di medan perang, demi kesetiaan mereka bagi raja dunia ini? Jangan sampai kita gagal mengorbankan hidup kita dalam kesetiaan bagi Raja yang sejati! Janganlah kita berpaling, wahai para pejuang! Jangan sampai kita membalikkan badan kita dan kabur dari Iblis." Mereka menghabiskan waktu sepanjang malam dengan berani menahan rasa sakit mereka dan bersukacita di dalam pengharapan bahwa mereka akan berada bersama Tuhan sebentar lagi.

Untuk menambah siksaan bagi para orang Kristen tersebut, bak-bak air panas ditempatkan di sekitar danau. Sang Gubernur berharap hal ini melemahkan tekad pria-pria yang membeku ini. Ia mengatakan kepada mereka, "Kalian boleh datang ke sini saat kalian siap untuk menyangkali iman kalian." Akhirnya, salah seorang dari mereka menjadi lemah imannya, keluar dari es, dan masuk ke dalam bak yang hangat.

Ketika salah seorang penjaga melihat orang yang lemah imannya itu meninggalkan teman-temannya, ia sendiri yang pergi menggantikan orang itu. Ia mengejutkan semua orang dengan menjadi percaya pada saat itu juga; ia membuang bajunya, kemudian ia lari untuk bergabung dengan orang-orang yang telanjang di atas es sambil berseru dengan nyaring, "Aku adalah orang Kristen."

Mengapakah dengan melihat 39 orang percaya yang rela mati demi iman mereka memberikan inspirasi kepada seorang prajurit yang terlatih dengan baik, pada puncak kehidupannya, untuk bergabung bersama dengan mereka dalam kematian? Sungguh menakjubkan untuk melihat bagaimana Allah bekerja melalui situasi-situasi tragis ini untuk memanggil lebih banyak orang datang kepada-Nya.

Diambil dan diterjemahkan ulang dari:

Judul buku : Jesus Freaks
Judul asli artikel : Forty Martyrs of Sebaste
Penyusun : Toby McKeehan dan Mark Heimermann
Penerjemah : Tidak dicantumkan
Penerbit : Cipta Olah Pustaka, 1995
Halaman : 101 -- 103

Dipublikasikan di: http://kesaksian.sabda.org/legiun_gemuruh