Filipina: Seorang Gadis Muda

"Gaunku," gadis muda itu berkata dengan perlahan, kata-katanya meluncur lewat bibir yang bengkak. "Tolong berikan gaunku kepadaku. Aku mau memegangnya."

Umat Kristen yang mengelilingi tempat tidur gadis itu, sedih. Karena luka-luka dalam hebat yang dideritanya, para dokter tidak dapat melakukan apa pun baginya. Beberapa minggu yang lalu, umat percaya telah membelikannya sebuah gaun putih untuk merayakan hidup barunya dan hati yang murni dalam Yesus Kristus.

Ayahnya tidak suka dengan keputusan anak perempuannya untuk mengikuti Kristus. Suatu malam, dengan mabuk dan marah, ia menyerang anaknya, memukulinya dan menendanginya. Ia meninggalkannya tergeletak sekarat di jalanan berlumpur.

Ketika ia tidak muncul di gereja, teman-teman Kristennya menjenguknya. Mereka mendapati gadis itu tidak sadar, terbaring di tumpukan lumpur, gaunnya yang dulunya putih seperti salju sekarang penuh lumpur dan darah. Ia dibawa ke dokter, namun luka-lukanya terlalu parah.

Sekarang ia meminta gaunnya.

"Gaunnya rusak," teman-temannya memberitahu. Mereka mencoba mengalihkan perhatian dengan bicara hal yang lain karena berpikir bahwa gaun yang rusak itu hanya akan menjatuhkan semangat gadis itu jika ia melihatnya.

Dengan iman sederhana dari seorang anak berumur sepuluh tahun, ia berbisik, "Tolong, aku mau menunjukkannya kepada Yesus. Ia rela berdarah bagiku. Aku hanya ingin Yesus tahu bahwa aku rela berdarah bagi-Nya."

Tak lama sesudah itu, gadis muda itu meninggal.

*****

Tuhan tidak tertarik dengan kemampuan kita. Kita mungkin punya talenta, berkemampuan, kaya, profesional, populer, dan orang yang tepat. Namun, menawarkan berbagai kemampuan kita dalam pelayanan kepada Tuhan tidaklah berarti apa-apa dibanding dengan mempersembahkan kesediaan kita. Kemampuan kita adalah tentang diri kita sendiri -- kita melihat diri kita sendiri melakukan ini dan itu bagi Tuhan. Sebaliknya, kesediaan kita adalah tentang Tuhan sendiri -- kita hanya bisa membayangkan bagaimana Tuhan menggunakan kita dalam pelayanan-Nya. Sedia bagi Tuhan berarti rela untuk taat berapa pun harganya. Tuhan mau kerelaan kita untuk melayani-Nya, apa pun kemampuan-kemampuan khusus kita. Bagaimana kita menjadi begitu rela? Itu juga merupakan karunia Tuhan. Ia memberi kita "mau" -- kerelaan atau kerinduan untuk bersedia bagi-Nya.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Devosi Total
Judul asli : Extreme Devotion
Judul artikel : Filipina: Seorang Gadis Muda
Penulis : The Voice of The Martyrs
Penerbit : KDP, Surabaya 2005
Halaman : 33

Dipublikasikan di: http://kesaksian.sabda.org/filipina_seorang_gadis_muda