Tantangan Adalah Kesempatan

QM tidak gentar menghadapi tantangan. Ia ingin menjangkau orang-orang yang belum percaya di negaranya. Oleh karena itu, ia membawa istri dan anak-anaknya pindah ke wilayah yang paling tidak stabil di dunia -- sebuah provinsi di barat laut Pakistan. Kekerasan yang terus berlangsung membuat wilayah tersebut menjadi suatu tempat yang berbahaya, tapi QM justru melihatnya sebagai suatu kesempatan untuk membagikan kuasa Kristus. Sebuah organisasi misi memasok QM dengan buku-buku. QM juga menggunakan buku yang berjudul "Bagaimana Kita Mengenal Tuhan". QM menggunakan buku-buku untuk berbicara kepada orang-orang mengenai Kristus, walaupun isi buku-buku tersebut dapat mengakibatkan dirinya dihukum mati oleh para pengikut kelompok garis keras.

Pada tanggal 3 September 2008, beberapa anggota kelompok tertentu menemui QM. Mereka memeriksanya dan menemukan sebuah buku "Bagaimana Kita Mengenal Tuhan". "Oh, rupanya ini penebusmu!" kata mereka. "Kami sedang mencari-cari orang yang membagikan buku ini selama 6 bulan terakhir." Orang-orang itu membawanya ke tempat pelatihan mereka. Mereka menahannya dalam sebuah ruang bawah tanah. Selama 2 jam mereka menggantungnya terbalik dengan kepala mencium lubang toilet jongkok. "Aku terus mengucapkan Mazmur 23. Aku berdoa kepada Tuhan untuk memberiku kekuatan menghadapi segala macam penganiayaan dan membebaskanku," kata QM.

Kelompok itu menunjukkan kepadanya foto-foto pemimpin Kristen dan memintanya untuk mengungkapkan identitas mereka. Orang yang menginterogasinya ingin tahu siapa yang mendukung pelayanannya. Akhirnya, mereka menelanjanginya, memukulinya, dan menguncinya di kamar mandi semalaman. Sementara istri QM, A, sangat khawatir ketika dia mendengar kelompok itu menangkap suaminya. Dia menghubungi para pendeta dan pemimpin QM. Mereka mulai berdoa untuk pembebasan QM. Di rumah sendirian, A membuka Alkitabnya pada Mazmur 125. Ia membaca, "Seperti gunung-gunung melindungi Yerusalem, demikianlah TUHAN melindungi umat-Nya sekarang dan selama-lamanya." (BIS)

Kembali di tempat pelatihan tersebut, pada pukul 04.15 pagi, seseorang yang QM kenal membuka pintu. Ia memberi tanda kepada QM untuk melarikan diri. Ketika ia sampai di rumahnya pukul 06.30 pagi, QM benar-benar lelah, istrinya langsung menangis. "Jangan menangis," katanya kepada sang istri. "Aku masih hidup; Tuhan menyelamatkan hidupku, dan aku sudah pulang sekarang." Keesokan harinya QM dan keluarganya meninggalkan provinsi tersebut dan pergi ke daerah yang lebih aman. Di sana QM bertemu dengan organisasi yang telah mendukungnya. Mereka menjelaskan kepada QM bahwa orang-orang di seluruh dunia telah berdoa untuknya ketika ia dalam penahanan. QM mengatakan kepindahan ini hanya sementara.

Setelah menunggu untuk membiarkan semuanya tenang, QM dan keluarganya akan kembali ke provinsi tersebut. Ia berkata, "Aku takut dan mengalami ketakutan, tetapi ketika aku menghadiri persekutuan doa dan mendengar bahwa orang-orang berdoa untukku, aku dikuatkan. Saat itu, aku memutuskan untuk kembali dan mengabarkan Injil di tempat yang sama. Ketakutanku sudah lenyap." Mari tetap berdoa untuk QM ketika ia terus menunjukkan kepada orang-orang garis keras bagaimana mengenal Tuhan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Maret -- April 2009
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2009
Halaman : 3 -- 4

Dipublikasikan di: http://kesaksian.sabda.org/tantangan_adalah_kesempatan