KEPENATUAAN MAJEMUK

Kebenaran tentang Pola Kepemimpinan Jemaat yang Alkitabiah ini barulah dibawa ke Indonesia pada tahun 70-an. Sebenarnya bukanlah suatu kebenaran yang baru di dalam Gereja Tuhan. Ternyata kebenaran ini sudah ada semenjak gereja purba pertama kali di Yerusalem dan dalam pelayanan para rasul, namun telah dirusak oleh belalang "pelahap" yang menggerogoti kebenaran demi kebenaran hingga gereja masuk ke dalam masa "kegelapan". Segala kesaksiannya dan peranannya sebagai Terang Dunia menjadi hambar dan tak ubahnya sebuah organisasi keagamaan biasa.

Sebagaimana Allah adalah setia, Ia mulai memulihkan jemaat yang dibangun-Nya. Semenjak abad ke-16 Allah mulai memulihkan kebenaran demi kebenaran bahkan Ia bergerak d seluruh dunia tanpa dapat dihalangi. Iman, Keselamatan, Kekudusan dan Baptisan Air, Baptisan Roh Kudus, Kuasa Mujizat, Bahasa Lidah, Karunia-karunia Roh, Pujian dan Penyembahan, Kelepasan dan Kesembuhan, dan salah satu yang sedang giat dipulihkan adalah Kehidupan Berjemaat sebagai Gereja Tuhan. Salah satu kehidupan berjemaat yang dipulihkan adalah bentuk dan pola kepemimpinannya. Sehubungan dengan Kegerakan Roh Kudus dalam memulihkan serta menyempurnakan Gereja-Nya, seringkali banyak kelompok tradisi yang tak bersedia diperbaharui dan menerima kebenaran yang "terasa baru". "Dan tdak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik". (Lukas 5:39)

Konsep bahwa di dalam jemaat Tuhan menetapkan para Penatua sebagai pemimpin secara majemuk dan Kristus sebagai Kepala Gereja yang memimpin dengan mutlak, banyak kali masih dianggap terlalu "Sulit" dan "Mustahil". Namun para pakar Alkitab dalam buku-bukunya membuktikan tentang fakta gereja mula-mula yang kemudian semenjak abad ke-2 berubah di dalam tatanan kepemimpinannya. Kepenatuaan majemuk berubah menjadi Gembala Sidang yang tunggal. Memang biasanya Gembala yang tunggal juga dibantu oleh Tim Majelis atau Penatua. Perbedaannya adalah saat pengambilan keputusan dan tingkat hirarkinya. Penatua adalah terjemahan dari kata Presbuteros dan Episkopos di terjemahkan menjadi Penilik, sebenarnya adalah jawatan yang sama dan selalu difungsikan secara jamak. Mereka adalah penggembala-penggembala jemaat lokal dan mereka secara kolektif memimpin jemaat Tuhan. Tak ada bukti menunjukkan seseorang yang memimpin para Penatua. Kalaupun ada yang tampak lebih senior tapi tak ada bukti yang menunjukkan sebagai seorang Ketua dari Penatua.

Tugas dan tanggung jawab pelayanan para Penatua :

  1. Menggembalakan
  2. Memimpin -- mengatur
  3. Mengajar
  4. Memberi teladan
  5. Memberi jawab atas masalah jemaat (pelayanan dan gereja)
  6. Menasehati, menegur, dan mendisiplin
  7. Mendoakan orang sakit
  8. Menjadi tudung dan pengayom bagi jemaat

Sebab itu para Penatua tidaklah mungkin terdiri dari orang-orang yang "sama pelayanannya". Tanggungjawab Kepenatuaan yang begitu majemuk menuntut Kasih Karunia Kemampuan yang majemuk pula. Peranan yang beragam itu terbagi kepada para Penatua, sehingga jemaat dapat menerima anugerah pemberian jawatan Rasuli, Nabi, Penginjil, Gembala dan Pengajar. Kelima jawatan tersebut berguna memperlengkapi orang-orang percaya untuk pelayanan dan mendewasakan jemaat Tuhan. Dengan demikian di dalam jemaat tidaklah hanya jawatan Gembala yang berperan dan menonjol atau bahkan satusatunya yang diakui keberadaannya. Sementara jawatan lainnya diterima sebagai pelengkap atau jawatan yang datang mengunjungi ("travel minister').

Pengambilan Keputusan di dalam Kepenatuaan Majemuk

Tak ada voting, hanya ada satu keputusan bulat saat pimpinan Roh Kudus mutlak kepada para Penatua. Semua Penatua memperoleh "informasi" yang sama dari Roh yang sama. Bila ada yang memperoleh pendapat berbeda, tidak perlu diadakan pemungutan suara. Cara yang Alkitabiah adalah berdoa bersama sambil merendahkan hati. Mohon Roh Kudus pimpin dan memberi keputusan yang terbaik. Untuk mencapai kondisi ini, memang ada beberapa hal yang perlu dipenuhi:

  1. Tingkat kerohanian para Penatua haruslah setara dan kalaupun ada yang lebih senior, harus bertanggungjawab mendewasakan melalui keteladanan dan kebapaan dengan kerendahan hatinya.

  2. Para Penatua harus bersedia berdoa berjam-jam bersama-sama menantikan dan memohon Kristus memimpin mereka.

  3. Para Penatua harus peka kepada Suara Tuhan.

  4. Para Penatua harus saling menundukkan diri di dalam Karunia yang tidak dimilikinya, misal: dalam Bidang Pengembalaan kepada Penatua yang memperoleh jawatan Gembala.

  5. Para Penatua harus menyadari "Kehambaan" kepada Kristus dan saudaranya.

  6. Para Penatua haruslah tetap saling bersekutu dan memiliki waktu untuk saling mengenali karunianya, menguatkan, dan mengasihi!

Akhirnya.... Setiap kali.... mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang hidup sampai selama-lamanya, maka tersungkurlah kedua puluh empat penatua itu dihadapan Dia yang duduk diatas Tahta itu, dan mereka menyembah Dia. Dan mereka MELEMPARKAN MAHKOTANYA DIHADAPAN TAHTA.... (Wahyu 4:9-10).

"Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu tersungkurlah keempat mahkluk dan kedua puluh empat penatua itu...." (Wahyu 5:8)

Diambil dari:

Judul buku : Bangkit, Edisi 1992 -- 1993
Judul artikel : Kepenatuaan Majemuk
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan Pelayanan Bersama Indonesia, Jakarta
Halaman : 58 -- 62