Besarlah Upahnya

Pendeta Robert memimpin sebuah gereja yang beranggotakan delapan puluh jemaat di Pakistan. Ia telah menjadi pendeta selama 18 tahun dan mempunyai jemaat yang berlatar belakang "agama lain". Suatu hari, pada awal tahun, sang pendeta memeriksa kotak suratnya. Dia menemukan surat bertuliskan tangan yang ditujukan kepadanya. Surat itu sepertinya sebuah surat pribadi, tetapi lebih kepada pertanda buruk.

"Bapak Robert," tulis surat itu. "Ingatlah kami sedang mengawasimu dan kegiatanmu. Kami mendapat informasi bahwa kamu membujuk saudara 'seiman' kami untuk menjadi Kristen. Hati-hati. Jika kamu tidak menghentikannya, kami akan membunuhmu dan semua keluargamu. Kami akan membunuh seluruh anggota keluargamu, yang terkecil sampai yang tertua, sehingga orang-orang dapat menarik pelajaran ...."

salib

Inilah yang akan terjadi ketika seorang pendeta Kristen menjangkau orang-orang dengan firman Kristus di daerah yang menjadi benteng agama lain. Itu bukanlah surat pertama yang sang pendeta terima dari kelompok radikal "agama lain" yang menjadikannya target kematian. Nyatanya, ia menerima surat yang lainnya tahun lalu. Apa yang ia lakukan? "Aku mengabaikannya," kata pendeta Robert, yang mempunyai lima orang anak.

Pendeta ini adalah pengkhotbah yang berapi-api, yang mempunyai hati melayani komunitas lokal. Pendeta ini tinggal di sebuah rumah batu bata yang berkamar satu di sebuah daerah yang dikelilingi oleh orang-orang "agama lain". Gerejanya, yang beranggotakan lusinan keluarga, semuanya berdikari. Gereja membuka beberapa pelayanan bagi komunitas setempat, termasuk sebuah ibadah untuk kaum ibu, sekolah minggu, dan pelayanan penjara.

"Saya bersyukur pada Tuhan bahwa banyak dari narapidana yang dijatuhi hukuman mati bertobat dari dosa-dosa mereka dan menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat pribadi mereka."
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

"Ketika saya mengunjungi penjara-penjara, Tuhan membukakan kesempatan kepadaku untuk membagikan Injil bagi para narapidana setempat serta narapidana asing," kata Pendeta Robert. "Saya bersyukur pada Tuhan bahwa banyak dari narapidana yang dijatuhi hukuman mati bertobat dari dosa-dosa mereka dan menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat pribadi mereka."

Ditarik oleh terang Kristus dari dalam dunia kegelapan, ada orang-orang "agama lain" yang mencari-cari Pendeta Robert karena mereka ingin menjadi orang percaya. Ia telah membagikan kesaksian tentang Kristus pada sekelompok orang di daerah itu dan ini membuatnya menjadi sasaran orang-orang garis keras.

Mereka bahkan mencoba untuk memfitnahnya. Jebakan dibuat selama perhelatan perayaan hari besar "agama lain". Pendeta Robert saat itu sedang menghadiri sebuah persekutuan doa bersama istrinya selama perhelatan berlangsung. Dalam perjalanan pulang, ia melewati beberapa orang "agama lain" yang sedang merayakan hari besar mereka dekat rumahnya. Di situlah ketika ia melihat sebuah kantung-kantung plastik.

"Ketika istriku dan aku melihat isi kantung itu kami sangat terkejut," katanya. "Kami sangat terkejut karena kantung tersebut penuh dengan robekan-robekan kecil kitab "agama lain".

Pemusnahan kitab "agama lain" secara hukum dapat dijatuhi hukuman mati. Seseorang ingin orang-orang "agama lain" di daerah itu menemukan kantung itu di depan rumah Pendeta Robert dan agar pemimpin gereja disalahkan.

"Jika saja ada orang 'agama lain' melihat kantung itu, kami akan dibunuh hari itu juga," katanya.

Walaupun Pendeta Robert telah beberapa kali diancam oleh orang-orang garis keras, ia tetap menolong orang-orang menemukan Kristus. Kami mendukung pendeta dan lainnya dengan menyediakan buku-buku Kristen dan peralatan yang mereka butuhkan untuk menjangkau mereka yang mencari-cari Tuhan yang sebenarnya. Kami akan membantu Pendeta Robert dengan memindahkannya ke suatu daerah yang lebih aman di mana ia bisa terus melanjutkan pelayanannya.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Maret -- April 2009
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2009
Halaman : 4 -- 5
Sumber : e-JEMMi 28/2009