PERCABULAN BENTUK KELAINAN SEKSUAL

Berbagai tantangan yang sering menimpa umat percaya perlu diantisipasi. Sebab itu perlu pedoman yang kuat dan akurat, yang berakar pada kebenaran Firman.

Allah menciptakan manusia legkap dengan keinginan-keinginan seksual yang perlu disalurkan melalui sarana yang telah ditetapkan Allah yaitu pernikahan. Penyaluran keinginan seksual di luar sarana pernikahan adalah kelalaian atau dosa -- apa pun alasannya. Ini perlu ditekankan dalam pernikahan Kristen, karena terdapat opini sementara orang yang menghalalkan hubungan seksual di luar pernikahan, karena suami atau isteri tidak sanggup melayani partnernya. Macam-macam dosa seksual yang akan diuraikan berikut ini adalah: Percabulan termasuk homoseksual, lesbian, dan perzinahan.

Percabulan

Percabulan berasal dari akar kata cabul yang dalam kamus bahasa Indonesia, Poerwadarminta mengartikan dengan beberapa keterangan: Pertama, keji dan kotor. Kedua, perbuatan yang buruk atau melanggar kesusilaan. Kalau seorang pria mencabuli perempuan, itu sama dengan ia memperkosa perempuan itu.

Alkitab berkata: Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kau ambilkah anggota Kristus untuk menyerahkan kepada percabulan? Sekali-kali tidak! Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nats: "Keduanya akan menjadi satu daging. Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya sendiri. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu (1 Korintus 6:13-20).

Kata yang dipakai dalam bahasa Yunani adalah porneia, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan beberapa istilah. King James Version (KJV) menerjemahkan dengan kata fornication. New American Standard Bible (NASB) menerjemahkan dengan kata immorality. New Testament in the Language of the People, oleh William menerjemahkan dengan sexual immorality, sama dengan New Intemational Version (DTIV). Dan Beck dalam New Testament in the Language of To day, menggunakan kata sexual sin. Kemudian dalam Alkitab bahasa Indonesia diterjemahkan dengan kata percabulan dan sundal.

Frekuensi penggunaan kata tersebut lebih banyak digunakan oleh Paulus daripada Yesus. Tuhan Yesus menggunakannya hanya satu kali saja yang ditulis dalam Matius 15:19 dan Markus 7:21. Ia menerangkan kepada orang banyak dalam kontek adat istiadat para Farisi dan Torati yang lebih banyak diwarnai oleh kemunafikan mereka. Tuhan Yesus membandingkan mana yang bersifat lahiriah dan mana yang bersifat batiniah. Perbuatan percabulan akibat dorongan batiniah tersebut berasal dari hati.

Paulus lebih banyak menggunakan kata percabulan. Terdapat kurang lebih lima belas kali ia menuliskan kata ini baik berupa peringatan, larangan, ataupun perintah (1 Korintus 5:11; 6:9; 1 Timotius 1:10; Roma 13:13; 1 Korintus 5:1; 6:13,15,18; 7:2; 10:8; 2 Korintus 12:21; Galatia 5:19; Efesus 5:3; Kolose 3:5; 1 Tesalonika 4:3). Dari sekian ayat di atas, sebanyak sembilan kali ditujukan kepada jemaat di Korintus. Mengapa Paulus lebih banyak menyinggung percabulan dalam suratnya kepada jemaat di Korintus dibandingkan dengan surat-suratnya yang lain?

Jawabannya sebagai berikut:

  1. teguran keras buat anggota jemaat yang terlibat percabulan. rupanya ada di antara anggota jemaat di Korintus yang melakukan percabulan. Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan istri ayahnya, (1 Korintus 5:1-2). Dengan dasar inilah Paulus menegur keras akan jemaat di Korintus, bahkan ia mengatakan bahwa perbuatan mereka melebihi orang duniawi atau orang yang tidak mengenal Allah.

  2. Paulus menasihatkan mereka yang tidak terlibat percabulan. Pernyataannya dalam Alkitab bahwa yang telah percaya jangan bergaul dengan orang Kristen cabul. Maksud Paulus dalam 1 Korintus 5:9-13 ini, agar mereka tidak bergaul dengan yang sekalipun menyebut dirinya saudara (percaya) namun melakukan percabulan, karena orang itu akan diserahkan kepada iblis dalam nama Yesus.

  3. Paulus memperingatkan pada orang Kristen yang mantan cabul. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita, (1 Korintus 6:11). Paulus memperingatkan mereka, agar hidup dalam kekudusan, memelihara tubuh mereka sebagai tempat kediaman Allah. Orang Kristen harus memuliakan Allah karena kita telah dibeli dengan harga yang mahal, yakni darah-Nya. Sadarlah, bahwa begitu kuat godaan percabulan bagi mereka yang mantan cabul. Itulah sebabnya mereka harus menjauhkan diri dari percabulan (1 Korintus 6:15-20).

Penyebab Percabulan

  1. Berasal dari Hati dan Pikiran

    Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat, (Matius 15-19; Markus 7:21). Ketika manusia jatuh ke dalam dosa maka hati dan pikirannya turut berdosa sehingga hati menusia telah najis, (Titus 1:15). Pikiran manusia telah dibutakan oleh ilah zaman ini, (2 Korintus 4:4). Pikiran manusia telah sia-sia dan gelap, (Efesus 4:1-18). Ini menyebabkan ketidakmampuan manusia memikirkan kebenaran Allah.

  2. Keinginan Daging (Galatia 5:19)

    "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, .... Sementara itu Paulus mengingatkan mereka agar hati-hati dengan godaan iblis, (1 Korintus 7:5b). Karena seringkali iblis berusaha untuk menggoda manusia melalui keinginan dagingnya.

  3. Pengaruh Sosial Budaya

    Bila dilihat dari keadaan teritorial kota Korintus, terletak pada tempat yang strategis antara negara-negara Barat dan Timur, baik sebagai pusat perdagangan maupun politik. Wesley Brill mengatakan: Kemungkinan berkembangnya kebejatan moral dan kejahatan lainnya disebabkan karena kejayaan dan kekayaan daerah ini.

  4. Pengaruh Socio-religius

    Agama pribumi di Korintus menambah dorongan bagi pengembangbiakan persundalan. Orang Korintus menyembah Dewi Venus artinya dewi cinta. Dalam kuil atau candi yang digunakan untuk menyembah dewi Venus, menurut hukum harus ditempatkan seribu gadis cantik, kemudian dijadikan perempuan sundal. Dan praktik persundalan sebagai cara penyembahan mereka kepada Dewi Venus. Jadi, bagi mereka "free Sex" itu telah menjadi kebiasaan yang berkembang luas. Bagi orang yang telah percaya harus menanggalkan kebiasaan tersebut kemudian memelihara kekudusan seperti yang dikehendaki Bapa kita.

Bentuk Percabulan

  1. Hubungan Seks Antara Ibu dan Anak

    Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan diantara kamu, dan percabulan yang begitu rupa ... yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan istri ayahnya, (1 Korintus 5:1). Jenis hubungan seks ini oleh para ahli disebut incest.

  2. Mengambil Istri Lebih dari Satu

    Dalam 1 Tesalonika 4:3-5 dikatakan Karena inilah kehendak Allah: Pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi istrimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, (ayat 3-4). Apabila seseorang mengambil istri lebih dari satu maka hal itu bukan lagi kehendak Allah melainkan keinginan hawa nafsu. Hal itu biasa bagi mereka yang tidak mengenal Allah, sedangkan bagi mereka yang telah mengenal Allah atau yang telah menjadi percaya, hal itu merupakan perbuatan cabul.

  3. Homoseksual (Roma 1:27)

    Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan istri mereka dan menyala-nyala dalam birahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.

    Sikap Alkitab terhadap homoseksualitas sangat jelas, di mana orang yang melakukan demikian harus dihukum mati karena mereka setuju dengan perlakuan mereka (Roma 1:32). Sama dengan Perjanjian Lama, mereka harus dirajam dengan batu sampai mati (Imamat 20:13).

    Perlu diakui bahwa banyak di antara orang Kristen juga melakukan homoseksual. Penulis telah beberapa kali membimbing orang homoseksual, dan terus terang belum seorangpun yang berhasil dibimbing. Kebanyakan diantara mereka hanya datang satu dua kali pertemuan kemudian kabur lagi. Dari percakapan penulis dengan mereka, penulis dapat menyimpulkan bahwa banyak di antara mereka tidak bersedia melepaskan penyimpangan itu. Walaupun pada awal pertemuan terlihat keluhan yang begitu membebani mereka, ada yang mengatakan hampir-hampir saya mau mengakhiri hidup ini. Sebenarnya aku tidak mau seperti ini. Tetapi setelah penulis menanyakan secara terperinci misalnya: Kapan Anda sadar mulai ada perubahan dalam hubungan seks dengan partner, Anda berperan sebagai laki-laki atau perempuan, Anda sebagai korbannya atau pengorbanannya. Maka sihomo itu tidak lagi bersedia untuk dibimbing.

Bahaya Percabulan

  1. Rasa Bersalah

    Orang yang melakukan homoseksual akan mengahadapi tiga rasa bersalah yaitu spiritual, social dan personal guilt. Ia akan merasa bersalah kepada Allah karena ia tahu hal itu tidak sesuai dengan ketetapan Allah (spiritual guilt). Dan kalau ia sensitif dengan suara Allah atau hati nuraninya sendiri maka akan merasa bersalah dengan orang lain atau partnernya (social guilt). Sedangkan personal guilt berkenaan dengan penyangkalan terhadap suara hatinya sendiri yang seharusnya ia berbuat baik. Rasa takut bercampur cemas juga akan mengikutinya terus, ia berdosa terhadap dirinya sendiri (1 Korintus 6:18b).

    Itulah sebabnya maka orang perlu dibimbing untuk menyelesaikan masalahnya, bila tidak maka hal itu akan berakibat fatal seperti jenis dosa yang lain. Ingat Yudas, setelah ia tahu bahwa dirinya bersalah maka ia mulai mengutuki dirinya sendiri, bahkan mengakhirinya dengan bunuh diri (Manus 27:3-5).

  2. Hukuman Mati

    Memang hukuman ini berlaku pada zaman Perjanjian Lama, tetapi diungkapkan kembali oleh Paulus agar jemaat-Nya tahu betapa berat hukuman bagi mereka yang melakukan percabulan. Paulus mengatakan: Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (1 Korintus 10:8-9).

    Semua jenis dosa seperti percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya mendatangkan murka Allah (Kolose 3:6).

  3. Tidak Mendapat Bagian dalam Kerajaan Allah (Efesus 5:5; Galatia 5:21)

    Dari penjelasan di atas, baik yang menyangkut arti hingga akibatnya, mustahil bagi orang Kristen yang sungguh melakukan percabulan. Mungkin dengan alasan inilah Tuhan Yesus mengutip kebiasaan kebanyakan orang pada zaman Musa untuk mengizinkan perceraian. Uraian Matius 5:32; 19:9 merupakan kutipan Yesus dari kebiasaan-kebiasaan Torati. Seakan-akan Yesus menyetujui perceraian kecuali porneia atau percabulan. Alkitab Bahasa Indonesia menerjemahkan kata porneia itu dengan zinah.

Solusi Masalah Percabulan

Telah dljelaskan di atas tentang konsekuensi dosa seksual yaitu percabulan sangat berat, baik yang berdampak bagi diri sendiri pada masa kini maupun pada masa yang akan datang. Agar dosa dan konsekuensi tersebut tidak menimpa kita, maka di bawah ini saya akan menguraikan jalan keluarnya, berdasarkan ajaran Tuhan Yesus dan Paulus.

  1. Percaya Yesus

    Apabila mereka belum percaya kepada Tuhan Yesus Kristus maka langkah pertama yang mutlak dilakukan oleh pecabul adalah percaya Yesus, seperti kasus perempuan Samaria. Ia belum percaya Yesus dan Tuhan Yesus berkata kepada: "Percayalah kepada-Ku hai perempuan, ... (Yohanes 4:21). Perubahan sifat dan sikap akan menyertai orang yang telah percaya Tuhan Yesus, yakni mengggalkan perbuatannya yang lama kemudian diganti dengan perbuatan yang baru akibat karya Roh Kudus lahirlah buah-buah Roh (Galatia 5:22-23). Perintah Tuhan Yesus bagi perempuan yang berzinah; Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang, (Yohanes 8:11).

  2. Disucikan, Dikuduskan, dan Dibenarkan

    Alkitab berkata: Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita (1 Korintus 6:11). Paulus mengingatkan mereka bahwa dahulu ada di antara mereka yang terlibat dengan dosa seks, baik itu dalam bentuk percabulan maupun perzinahan, tetapi sekarang mereka telah mempercayai Kristus. Dengan demikian mereka telah memperoleh penyucian, pengudusan, dan pembenaran. Tenses ketiga kata kerja ini berbentuk aorist, pasif, indicatif, yang berarti pengudusan, penyucian, dan pembenaran telah terjadi pada saat mereka percaya Yesus tetapi tetap berlaku hingga kini, di mana hal itu patut dipeliharanya. Mengapa bentuk pasif? karena yang berkarya untuk mempertahankan kesucian, kekudusan, dan kebenaran adalah Roh Allah kita. Peran kita adalah taat kepada Firman-Nya.

  3. Mengubah Pikiran

    Paulus menuliskan: Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi, (Kolose 3:2). Dalam bahasa Yunani, kata pikirkan menggunakan kata phroneo yang berarti to think affections, memikirkan atau mengasihi perkara yang di atas. Bentuk kata present, active, imperative. Suatu perintah yang harus ditaati karena penting, yang berlaku saat ini dan seterusnya secara aktif. Kata yang di atas berarti tempat kudus atau surga (Galatia 4:26; Filipi 14; Yohanes 11:41). Hal-hal yang berkaitan dengan sifat atau keadaan di mana Kristus berada.

    Dengan demikian, bila kita diperintahkan untuk memikirkan perkara yang di atas, berarti pikiran kita hanya tertuju kepada hal-hal sorgawi atau hal-hal rohani seperti Tuhan Yesus. Maksud ini juga digunakan dalam beberapa kasus misalnya dalam Roma 8:5, mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal dari daging tertuju hal-hal duniawi (Filipi 3:19).

    Seharusnya pikiran dari hati orang yang telah percaya Yesus dengan orang yang belum percaya Yesus berbeda, karena kita yang telah percaya memiliki Yesus dan Roh Kudus. Apalagi dilengkapi dengan Firman Allah sebagai tolok ukur perilaku kita.

    Perilaku setiap orang berdasarkan apa yang ada dalam pikiran dan hati mereka. Kalau memiliki Firman Allah maka perilakunya sesuai dengan Firman Allah atau Kristus.

(Penulis adalah konselor dan dosen Konseling pada Institut Alkitab Tiranus, Bandung)

Diambil dari:

Judul majalah : Bahana No.07/TH V/VOL 45 -- 7 Januari 2005
Judul artikel : Percabulan Bentuk Kelainan Seksual
Penulis : Rudy A. Alouw, MA
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta
Halaman : 30 -- 32