Sekilas Tentang Misi

Dirangkum oleh: Novi Yuniarti

Definisi Misi

Kata "misi" berasal dari kata Latin yang artinya "mengutus". Menjadi seorang Kristen berarti diutus ke dunia sebagai wakil Yesus Kristus. Yesus berkata, "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (Yohanes 20:21). Dari sekian banyak definisi misi, ada dua definisi yang sering dipakai, yaitu definisi dari Advancing Church Mission Commitment (ACMC). Definisi ini dibuat dan disepakati oleh kira-kira 170 orang pimpinan gereja dan badan-badan misi.

Pertama, misi adalah: "Setiap usaha yang ditujukan dengan sasaran untuk menjangkau melampaui kebutuhan gereja dengan tujuan untuk melaksanakan Amanat Agung dengan menyatakan Kabar Baik dari Yesus Kristus, menjadikan murid, dan dikaitkan dengan kebutuhan yang utuh dari manusia, baik jasmani maupun rohani." Kedua, mengenai gereja misioner yang aktif dan sehat, digambarkan sebagai: "Gereja yang mengambil sikap agresif dalam penginjilan sedunia, di mana setiap anggota jemaat melihat dirinya sebagai komponen kunci dalam menggenapi Amanat Agung dan memobilisasi sumber-sumber dayanya semaksimal mungkin untuk tugas ini."

Sedangkan menurut Uskup Stephen Neil: "Misi adalah setiap usaha sengaja untuk melintasi atau menerobos rintangan-rintangan dari gereja kepada nongereja demi memproklamirkan Injil dalam kata dan karya." Jadi, yang dikategorikan sebagai misi adalah pekerjaan yang memikirkan kebutuhan akan Injil di luar tembok gereja.

Diciptakan Untuk Sebuah Misi

Setiap manusia diciptakan untuk sebuah misi. Allah sedang bekerja di dunia, dan Dia ingin kita bergabung dengan-Nya. Allah ingin kita memiliki pelayanan di dalam Tubuh Kristus dan juga misi di dunia. Pelayanan (ministry) kita merupakan pelayanan (service) kepada orang-orang percaya (Kolose 1:25; Korintus 12:5), dan misi kita merupakan pelayanan (service) kita kepada orang-orang yang belum percaya. Misi kehidupan kita bersifat bersama dan spesifik. Sebagian dari misi tersebut merupakan tanggung jawab yang kita -- semua orang Kristen -- pikul bersama dan sebagian lainnya merupakan tugas yang khusus bagi diri sendiri. Alkitab memberi alasan mengapa misi begitu penting.

  1. Misi kita merupakan kelanjutan dari misi Yesus di dunia.

    Yesus memanggil kita bukan hanya untuk datang kepada Dia, melainkan juga untuk pergi bagi Dia. Dalam Amanat Agung, Yesus berkata, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Matius 28:19-20). Amanat ini diberikan kepada semua pengikut Yesus, bukan hanya kepada para pendeta dan misionaris saja. Jika kita merupakan anggota keluarga Allah, misi merupakan kewajiban. Mengabaikannya berarti ketidaktaatan.

  2. Misi kita merupakan hak istimewa yang mengagumkan.

    Sekalipun merupakan tanggung jawab yang besar, dipakai oleh Allah merupakan suatu kehormatan yang luar biasa. Paulus berkata, "Allah telah memberikan kehormatan kepada kami untuk mengajak semua orang supaya menerima anugerah-Nya dan diperdamaikan dengan Dia" (2 Korintus 5:18). Misi kita meliputi dua hak istimewa yang besar, yaitu bekerja bersama Allah dan mewakili Dia.

  3. Memberi tahu orang lain bagaimana mereka bisa memiliki hidup kekal merupakan hal terbesar yang bisa kita kerjakan bagi mereka.

    Salah satu masalah yang dimiliki oleh orang-orang yang sudah lama menjadi Kristen ialah bahwa mereka lupa betapa sia-sia rasanya hidup tanpa Kristus. Kita harus ingat bahwa tidak peduli seberapa puas dan berhasilnya seseorang, tanpa Kristus mereka benar-benar terhilang, tanpa harapan, dan menuju perpisahan abadi dengan Allah. Alkitab mengatakan, "Hanya melalui Yesus saja orang diselamatkan" (Kisah Para Rasul 4:12). Semua orang membutuhkan Yesus.

  4. Misi kita memiliki makna kekal.

    Misi tersebut akan memengaruhi masa depan abadi orang lain. Itu lebih penting dibandingkan pekerjaan, keberhasilan, atau tujuan apa pun yang akan kita raih selama kita hidup di bumi. Hasil dari misi kita akan berlangsung selamanya, sementara hasil dari pekerjaan kita tidaklah kekal. Tidak ada apa pun yang kita kerjakan yang akan bernilai sebanyak menolong orang memiliki hubungan kekal dengan Allah.

  5. Misi memberi makna bagi kehidupan kita.

    William James berkata, "Pemanfaatan terbaik dari kehidupan ialah menggunakannya untuk sesuatu yang berlangsung lebih lama daripada kehidupan itu sendiri. Pada akhirnya, segala sesuatu akan binasa, hanya Kerajaan Allah yang akan berlangsung selamanya." Karena itulah kita harus menjalani kehidupan yang memiliki tujuan, yaitu kehidupan yang diserahkan untuk penyembahan, persekutuan, pertumbuhan rohani, pelayanan, dan pelaksanaan misi kita di dunia. Hasil dari kegiatan-kegiatan ini akan bertahan selamanya!

Macam-Macam Pelayanan Misi

Keterlibatan misi dalam usaha mempersiapkan dan memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus tidak terbatas dalam lingkup "mengkhotbahkan Injil" saja. Saat ini, pelayanan misi telah menjangkau banyak bidang kehidupan manusia, di antaranya:

  1. Pelayan Misi di Laut

    Para pelaut adalah para misionaris pertama yang dipilih oleh Yesus, karena murid-murid-Nya adalah para nelayan yang bermata pencaharian di air. "Karena pintu masuk ke beberapa negara tertutup, para pelaut bisa jadi adalah misionaris terakhir yang dapat kita diharapkan." Namun pada kenyataannya, kita menemukan fakta bahwa sebanyak delapan puluh persen dari semua pelaut belum pernah mendengar Injil. Para pengembara laut itu merupakan sekumpulan orang yang tidak berpendidikan, kesepian, lapar akan kasih dan sukacita. Di samping itu, mereka adalah kelompok yang mau menerima sesuatu yang baru dan orang-orang yang memiliki keberanian, belas kasih, kejujuran, dan selalu bepergian, sehingga membuat mereka menjadi penyebar Injil yang alamiah.

  2. Pelayanan Misi di Udara

    Sejak awal, penerbangan untuk misionaris selalu menggunakan pesawat kecil dan ringan untuk jarak dekat yang bisa mendarat di landasan darurat atau air. Beberapa organisasi misi mencoba untuk meningkatkan fasilitas penerbangan mereka menjadi penerbangan internasional untuk mengantar para misionaris ke dan dari tempat tujuan. Hal ini dilakukan karena mereka menyadari bahwa mereka tak akan pernah menang bersaing dengan keselamatan dan biaya penerbangan komersial. Tidak berlebihan jika penerbangan bagi misionaris sudah merevolusi misi-misi kekristenan dalam beberapa dekade terakhir. Berminggu-minggu dan berbulan-bulan perjalanan yang berat sudah menjadi fenomena masa lalu dan tidak ada lagi misionaris yang terisolasi di daerah terpencil selama berbulan-bulan tanpa fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, makanan segar, dan kiriman surat. Sekarang, seorang pilot hanya membutuhkan waktu 6 minggu untuk menjelajahi banyak tempat yang jumlahnya sama dengan yang dijelajahi David Livingstone di Afrika seumur hidupnya.

  3. Pelayanan Misi di Bidang Sosial

    Belum jelas mengapa penginjilan yang diintegrasikan dengan kegiatan sosial bisa begitu efektif. Namun, faktanya memang demikian. Kegiatan sosial memungkinkan kita untuk memerlihatkan Tubuh Kristus yang di dalamnya terdapat kasih dan kerja sama yang baik. Situasi kegiatan sosial di daerah bencana menyatukan komunitas Kristen sebagai teladan, dan orang-orang yang mereka bantu merasakan perlakuan istimewa dari orang Kristen yang sangat konsisten dengan pengajaran Alkitab. Ada dua alasan dasar mengapa seorang misionaris harus terdorong untuk terlibat dalam kegiatan sosial. Pertama, membantu mereka yang membutuhkan adalah salah satu tugas orang Kristen yang paling fundamental dan salah satu tindakan yang paling konsisten ditekankan dalam Alkitab. Kedua, kegiatan sosial memberikan peluang yang paling besar bagi pertobatan, khususnya di negara-negara yang tertutup terhadap jangkauan misi. Hal itu dapat membantu menjangkau banyak orang yang terancam untuk hidup dan mati tanpa mengenal Kristus.

  4. Pelayanan Misi di Bidang Kesehatan

    Pelayanan misi kesehatan merupakan upaya kemanusiaan terbesar yang dikenal dunia selama abad dua puluh. Lebih daripada pelayanan lainnya, pelayanan ini sanggup melucuti kritik-kritik terhadap misi-misi Kristen. Seiring dengan diraihnya kemerdekaan, perubahan sosial, dan politik, khususnya di dunia ketiga, misi kesehatan telah bergeser dari tugas perintisan dan mulai lebih berkonsentrasi pada obat-obatan yang bersifat mencegah, klinik lapangan, pekerjaan rumah sakit, dan sekolah kedokteran.

  5. Pelayanan Misi di Bidang Pendidikan

    Bidang pendidikan memunyai fungsi yang sangat penting dalam pengabaran Injil sejak dahulu, di mana pendidikan merupakan kebutuhan yang langsung dapat dirasakan bagi kehidupan. Meskipun pada mulanya sekolah belum diminati oleh sebagian besar rakyat, namun tidak dapat dimungkiri berdirinya sekolah Kristen membawa pengaruh yang cukup besar dalam menetralisasi pandangan masyarakat yang negatif terhadap agama Kristen sebagai agama kolonial Belanda.

  6. Pelayanan Misi di Bidang Kewanitaan

    Salah satu pelayanan yang nantinya memberi dampak besar adalah pelayanan untuk wanita. Karena itu, pelayanan misi di bidang wanita seharusnya mendapat perhatian yang proporsional. Namun sayang, peran wanita sering tidak mendapat dukungan yang diperlukan dari masyarakat umum. Sebaliknya, wanita sering mendapat perlakukan yang tidak adil dan diremehkan, bahkan dilecehkan sehingga tidak dapat melakukan peran yang seharusnya. Oleh sebab itu, memperlengkapi wanita dengan hidup rohani yang kuat dan keterampilan penginjilan akan mendorong mereka menjangkau anggota keluarganya dan bahkan masyarakat di sekitarnya bagi Kristus.

  7. Pelayanan Misi bagi Anak-Anak

    Peperangan, bencana alam, dan sakit penyakit bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh siapa pun. Jika negara harus mengalami hal-hal tersebut, rakyatlah yang akan merasakan dampaknya, tak terkecuali anak-anak. Akibat yang harus ditanggung juga tidak sedikit, karena banyak dari mereka yang akhirnya terpaksa terpisah dari orang tuanya dan harus hidup menjadi yatim piatu. Sebagai anak-anak Tuhan, kita dipanggil untuk mengasihi sesama kita, "... kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Siapa pun sesama kita, kita harus mengasihi mereka. Cara paling efektif untuk memberi kesaksian tentang Kristus adalah melalui tindakan kasih dan kepedulian yang nyata, yaitu melayani kebutuhan jasmani mereka dengan cara menyediakan rumah, makanan, keamanan, dan layanan, setelah itu kita bisa melayani kebutuhan rohani mereka yang sesungguhnya.

Paradigma yang Keliru Tentang Misi

Sampai hari ini, masih banyak orang yang memiliki pengertian dan paradigma yang keliru tentang pekerja misi. Misi seakan menjadi satu kata yang asing atau menakutkan dan harus dijauhi. Bahkan, mungkin masih banyak yang menganggap misi adalah kategori pelayanan yang dikerjakan oleh orang-orang Barat. Sementara itu, yang lain berpikir bahwa misi itu pekerjaan yang hanya bisa dikerjakan oleh gereja yang besar dan kaya. Mustahil gereja kecil dan miskin bisa terlibat dalam pekerjaan misi. Lebih banyak lagi yang beranggapan bahwa mereka yang terlibat dalam pekerjaan misi adalah orang-orang tertentu saja. Bahkan ada gereja-gereja yang sama sekali tidak menaruh peduli dengan misi. Tidak ada waktu bagi mereka untuk memikirkan pekerjaan misi dan apalagi terlibat di dalamnya karena terlalu banyak yang harus dipikirkan oleh gereja. Singkatnya, banyak alasan bisa diangkat untuk menghindar dari misi. Padahal, bukankah misi adalah tugas dan tanggung jawab gereja yang paling utama? Saat ini, di mana pun kita berada, di mana pun kita ditempatkan, apa pun profesi kita, apa pun latar belakang pendidikan kita, kita adalah seorang "misionaris", sorang utusan Tuhan.

Bagaimana Terlibat dalam Misi?

Ada berbagai macam faktor yang melatarbelakangi mengapa seseorang melayani Tuhan. Tetapi faktor paling utama yang mendasari pelayanan yang sejati adalah panggilan Tuhan. Faktor panggilan Tuhan akan menjadikan seseorang hidup untuk melayani, bukan melayani untuk hidup. Karena panggilan itu pula, seseorang yang memunyai pengalaman nyata akan kasih karunia Allah dalam hidupnya, menjadikan kasih kepada Allah dan sesama sebagai dasar kehidupan dan pelayanannya. Jika kita adalah orang percaya, kita punya tanggung jawab, yaitu pergi sebagai utusan Injil atau mendukung mereka yang pergi sebagai utusan Injil. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam terlibat dalam pelayanan misi:

  1. Doa

    Ada aktivitas yang bisa dilaksanakan tanpa doa. Namun tidak demikian halnya dengan aktivitas yang berkaitan dengan misi. Allah menginginkan dan meminta doa setiap orang Kristen supaya Kerajaan Allah bisa dibangun di dunia ini. Dengan kata lain, Dia ingin jemaat-Nya berdoa bagi dunia yang penuh dengan orang yang belum diselamatkan. Itulah sebabnya sangat penting bagi kita untuk berdoa agar Amanat Agung bisa terlaksana di dunia ini.

  2. Dana

    Dalam banyak budaya, sering kali orang yang memberi itu dianggap orang kaya. Orang miskin tentulah tidak bisa memberi. Sebenarnya, pola pikir semacam ini menutupi kekikiran yang halus. Alkitab mengajarkan bahwa kasih bersifat memberi dan berkorban. Allah Bapa sendiri menyatakan kasih-Nya yang teramat besar bagi dunia ini dengan memberikan Yesus Kristus, Putra-Nya yang Tunggal, untuk mati ganti kita manusia berdosa agar kita boleh diselamatkan. Pertanyaannya sekarang bagaimana kita dapat memberi bagi pelayanan misi? Pertama melalui Celengan Misi dan Janji Iman.

  3. Daya

    Selain terlibat dalam misi melalui doa dan dana, kita juga dapat terlibat melalui daya, yaitu dengan mengirimkan bahan-bahan misi yang berguna untuk bekal mereka melayani. Di samping itu, kita juga dapat mengirimkan surat dengan memberikan kalimat yang membangun/menghibur mereka yang bekerja di ladang misi.

Penghalang dalam Pelayanan Misi

Tampaknya mengatakan bahwa Tuhan tidak memanggil saya ke ladang misi adalah alasan yang cukup bersifat rohani. Namun, penting kita perhatikan bahwa bila untuk pergi, kita perlu memiliki panggilan yang jelas, maka untuk tinggal pun seharusnya kita memiliki panggilan yang jelas juga sehingga apa pun yang kita lakukan, kita tahu bahwa kita melakukan kehendak-Nya. Kehendak Tuhan sangat jelas bahwa Kabar Keselamatan harus disampaikan ke ujung-ujung bumi. Ada beberapa hal yang umumnya menghalangi dan menghambat kita untuk menjalankan pelayanan misi:

  1. Sindrom Minoritas

    Sindrom minoritas mungkin sekali dirasakan oleh orang-orang percaya yang tinggal di tengah-tengah mayoritas orang yang belum mengenal Tuhan, sehingga sudah menjadi hal yang lumrah bila kita tidak punya nyali untuk menyuarakan kebenaran firman Allah. Selain itu, hidup dalam kemampuan ekonomi yang terbatas di tengah-tengah komunitas masyarakat yang rentan terhadap gejolak sosial, juga dapat menjadi alasan orang percaya untuk mengesampingkan perhatiannya dari tugas misi gereja. Hal ini adalah gejala yang wajar secara manusiawi, tetapi dalam pandangan Alkitab, itu bukan suatu alasan bagi kita untuk tidak menjadi saksi Tuhan.

  2. "Inward-Looking vs Outward-Looking"

    Krisis membuat seseorang harus bergulat untuk memertahankan hidup, karenanya kecenderungan untuk memandang kebutuhan diri sendiri menjadi besar sehingga kita tidak sempat lagi memandang ke luar dan melihat kebutuhan orang lain karena terlalu sibuk memandang ke dalam. Dalam kemitraan atau "kerja sama", kita juga cenderung mencari peluang; "Apa yang bisa kuterima?" dan bukannya "Apa yang bisa kuberikan?"

  3. "Church/Christian-Oriented"

    Pada umumnya, orang percaya berpikir bahwa melayani Tuhan berarti melayani orang-orang percaya, melayani untuk kalangan sendiri. Persiapan dalam studi formal teologi juga lebih menitikberatkan persiapan untuk hamba-hamba Tuhan yang akan melayani orang-orang Kristen. Di satu sisi, gereja-gereja memang membutuhkan pendidikan Kristen yang memadai. Karena itu, amatlah penting untuk menyiapkan para pemimpin yang terdidik dengan baik. Di sisi lain, kita cenderung lebih berfokus "ke dalam". Pelayanan kristiani kita hampir seluruhnya di dalam gereja dan hanya melayani orang-orang Kristen saja. Perhatian kita seluruhnya terserap hanya untuk memikirkan gereja kita. Sangat sedikit gereja yang memerhatikan pekerjaan misi yang perhatiannya ditujukan pada dunia di luar tembok gereja.

  4. "Problem-Oriented vs Program-Oriented"

    Orang yang hanya terpaku memandang masalah disebut orang yang "problem-oriented". Orang yang demikian akan selalu melihat kesulitan dalam melakukan segala sesuatu. Sebaliknya, orang yang bisa melihat dengan jernih akan mampu memilah-milah hal yang memang harus diselesaikan dengan hal yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Implementasi misi di lapangan membutuhkan program yang tepat dan mengenai sasaran. Untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang sanggup berkonsentrasi untuk memikirkan program-program dan terobosan-terobosan kreatif dalam pekerjaan misi. Orang yang melulu terpaku dengan masalahnya tidak cocok untuk hal itu. Kalau seseorang hanya terpaku kepada permasalahannya, ia tidak akan punya waktu untuk memikirkan pekerjaan misi, bahkan setidaknya mendoakan pekerjaan misi. Orang-orang yang sanggup menghadapi dan mengatasi masalah mereka akan memunyai waktu untuk memikirkan kebutuhan orang lain. Kita lebih memerlukan orang-orang yang mampu berkonsentrasi memikirkan program-program daripada masalah-masalah. Orang yang demikian disebut orang yang "program-oriented".

  5. "Success-Oriented"

    Kesuksesan menjadi tolok ukur berhasil tidaknya suatu pelayanan. "Tuaian" atau "menuai" menjadi kata emas dan target dalam perlombaan pengumpulan hasil. Walaupun hal ini tidak salah, namun kita perlu mengindahkan proses, peran para pendahulu kita, dan etika dalam pelayanan bersama sebagai Tubuh Kristus. Ingatlah satu prinsip berikut: "Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan" (1 Korintus 3:7). Kita tidak boleh lupa bahwa tidak ada tuaian tanpa ada yang menanam. Menuai adalah pekerjaan akhir yang mengembirakan dari proses suatu tanaman karena menuai dalam konteks pelayanan misi berarti mendapatkan hasil berupa pertobatan jiwa-jiwa dan banyak pujian sebagai "hamba Tuhan yang dipakai-Nya". Kita sering lupa bahwa ada orang-orang sebelum kita yang sudah lebih dulu berjerih lelah, namun tidak berkesempatan melihat hasilnya. Ketika kita berhasil, itu tak lepas dari peran orang-orang lain sebelum kita yang telah bekerja keras merintis atau membuka jalan sehingga kita sekarang dapat menuai hasilnya.

Misi tidak hanya menuai, tapi juga menabur dan menyirami. Semuanya memunyai bagiannya masing-masing. Semuanya penting. Ingatlah firman Tuhan yang mengatakan bahwa penabur dan penuai sama-sama menerima upahnya. Bersedialah juga untuk mengambil peran, baik yang sukar maupun yang mudah.

Dirangkum dari:

A. Tucker, Ruth. "Misi Kesehatan: Malaikat-Malaikat Penuh Belas Kasih". Dalam http://misi.sabda.org/misi_kesehatan_malaikat_malaikat_penuh_belas_kasih

A. Tucker, Ruth. "Misionaris Terbang Melintasi Hutan". Dalam http://misi.sabda.org/misionaris_terbang_melintasi_hutan

Hidayat S.Th., Paul. "Kendala dalam Pelayanan". Dalam http://misi.sabda.org/kendala_dalam_pelayanan

Oeniyati, Yulia. "Melayani Wanita Adalah Kunci Mengembangkan Masyarakat". Dalam http://misi.sabda.org/melayani_wanita_adalah_kunci_mengembangkan_masyarakat

Selan, Dr. Ruth F.. "Peranan Khusus Kaum Wanita dalam Penginjilan". Dalam http://misi.sabda.org/peranan_khusus_kaum_wanita_dalam_penginjilan

Surjantoro, Bagus. "Hakikat Gereja: Gereja Ada Dari Misi Dan Untuk Misi". Dalam http://misi.sabda.org/hakikat_gereja_gereja_ada_dari_misi_dan_untuk_misi

Surjantoro, Bagus. "Penghalang-Penghalang Untuk Bermisi". Dalam http://misi.sabda.org/penghalang_penghalang_untuk_bermisi

Surjantoro, Bagus. "Bagaimana Terlibat dalam Pekerjaan Misi". Dalam http://misi.sabda.org/bagaimana_terlibat_dalam_pekerjaan_misi

Surjantoro, Bagus. "Pentingnya Misi di Hati Allah". Dalam http://misi.sabda.org/pentingnya_misi_di_hati_allah

Warren, Rick. "Diciptakan untuk Sebuah Misi". Dalam http://misi.sabda.org/diciptakan_untuk_sebuah_misi

Yamamori, Tetsunao. "Keberhasilan Melayani Mereka Yang Berkekurangan". Dalam http://misi.sabda.org/keberhasilan_melayani_mereka_berkekurangan

_______. "Misi bagi Para Pelaut". Dalam http://misi.sabda.org/misi_bagi_para_pelaut

e-JEMMi 47/2008