You are heree-JEMMI No.37 Vol.14/2011 / Lebih Mudah Tanpa Pendaftaran

Lebih Mudah Tanpa Pendaftaran


Pendeta O, dari gereja Baptis di Urganch, Barat daya Uzbekistan, adalah seorang yang tinggi besar. Dia berpundak lebar dan berperut besar. Dengan rambut cepak merah kekuning-kuningan, dia dapat disebut sebagai seorang perwira angkatan bersenjata yang sudah pensiun. Kecelakaan kerja menyebabkan dia mengalami cedera kaki dan dia berjalan pincang. Pendeta O dan istrinya, N, dulunya adalah bekas pencandu alkohol dan pengguna obat-obatan terlarang. Mereka hidup setiap harinya dalam kasih karunia Allah yang telah membebaskan mereka dari suatu kehidupan yang penuh kecanduan.

Mereka tiba di kota perbatasan yang berdebu ini pada tahun 1998, untuk menggembalakan jemaat terdaftar, siap untuk menjadi benih yang ditanam dan digunakan untuk Kerajaan Allah. Perselisihan mereka dengan pihak kepolisian, terjadi setahun kemudian dan menghebat sampai tahun-tahun selanjutnya.

Awal tahun ini, pemerintah akhirnya menarik izin gereja Pendeta O. Kejahatankah? Bukan, tetapi karena mengundang anak-anak tuli untuk mengikuti sekolah minggu di gerejanya dan menceritakan kepada mereka tentang Yesus. Oleh karena "membuat masalah", izin mereka dicabut dan mereka diperintahkan untuk menghentikan persekutuan.

Ketika Dewan Gereja Nasional Uzbekistan memprotes pemerintah, mereka diperintahkan untuk diam atau kewenangan mereka juga dicabut. Dewan Gereja Nasional dilengserkan, dan secara diam-diam memaksa O untuk berhenti berkhotbah dan menutup gerejanya -- berhenti menanam benih Injil di Urganch.

Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Pendeta O dan N. Mereka memutuskan untuk melanjutkan pelayanannya. O mengatakan kepada KDP bahwa ketika gerejanya terdaftar, setiap 3 bulan dia harus memberikan laporan-laporan kepada pemerintah. Laporan tersebut menceritakan secara spesifik tempat diadakannya persekutuan, apa yang mereka lakukan di dalam persekutuan tersebut, berapa banyak uang persembahan yang diberikan jemaat, bagaimana uang persembahan tersebut dihabiskan, dan berapa banyak jiwa yang menghadiri ibadah. Sejak izin gerejanya dicabut, dia tidak perlu lagi memberikan laporan-laporan tersebut. Dia bahagia memiliki waktu ekstra untuk dihabiskan bagi kegiatan-kegiatan pelayanan.

Kami duduk di atas lantai di dalam apartemen kecilnya, minum teh, dan makan roti bundar yang sudah umum dikonsumsi oleh masyarakat daerah ini. Kami bertanya mengapa pemerintah begitu ketakutan terhadap gereja dan pertumbuhannya?

"Saya tidak tahu mengapa mereka takut", katanya. "Tetapi pemerintah melihat bahwa kami melayani anak-anak dan orang-orang Uzbek, dan pemerintah melihat begitu banyak orang Uzbek datang ke gereja kami. Orang Uzbek sedang mencari-cari Allah yang sesungguhnya. Mereka lelah dengan agama-agama tradisional (agama lain dan komunisme/ateisme). Mereka lapar akan firman-Nya. Kami mengerti bahwa ini adalah peperangan rohani."

Malam itu, gereja Pendeta O mengadakan persekutuan spesial untuk menayangkan film "The Passion of the Christ". Penjangkauan gereja kepada orang-orang tuli, telah menghasilkan buah. Dalam persekutuan tersebut, hampir setengah jemaat menaikkan pujian dengan tepuk tangan daripada bibir mereka. N mengundang 5 orang tetangga wanita untuk ikut menyaksikan film ini. Mereka sangat berhasrat untuk datang dan ingin tahu mengenai film ini, yang rumornya anti terhadap bangsa Yahudi. Banyak dari mereka pulang bercucuran air mata karena melihat dengan jelas gambaran penderitaan Kristus. Setelah ibadah, kelima wanita tersebut dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Mereka mengerumuni N -- ingin sekali meminta penjelasan, ingin sekali menerima benih-benih Injil.

Pelayanan gereja di Urganch berlanjut. Polisi tidak melakukan penggerebekan terhadap persekutuan kami malam itu. Mungkin mereka akan melakukannya di malam lain. Pendeta O, N, dan orang-orang percaya lainnya di sana tidak tahu kapan mereka akan digerebek. Gerejanya tidak akan diberi lagi status terdaftar, jika mereka tidak menghentikan penginjilan atau mengurangi usaha-usaha pelayanan mereka -- jika mereka tidak berhenti menanam benih-benih Injil.

Pendeta O memberitakan lebih lagi mengenai penganiayaan, lebih lagi mengenai perlunya benih-benih yang rela mati untuk melihat buah-buahnya tumbuh. Dia bekerja keras mempersiapkan kawanan dombanya untuk siap menghadapi penganiayaan yang akan datang. Dia sedang melatih para pemimpin rohani, mempersiapkan mereka jika suatu saat mereka diusir dari komunitas mereka.

Pokok Doa

  1. Doakan pendeta O dan istrinya, N, supaya Tuhan menyertai pelayanan mereka dan memberkati hidup mereka.

  2. Doakan agar orang-orang percaya di Uzbekistan bersatu hati, dan Tuhan mengaruniakan keberanian bersaksi dan kesetiaan mengikut Dia.

  3. Doakan agar Tuhan memuaskan kerinduan orang-orang Uzbekistan yang haus akan kebenaran sejati. Doakan juga agar mereka membuka hati untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Edisi November - Desember 2004
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan
Halaman : 6 -- 9

e-JEMMi 37/2011