You are hereArtikel Misi / Yang Lama dan Yang Baru

Yang Lama dan Yang Baru


Apakah Keseluruhan Isi Alkitab Benar-Benar Ditujukan untuk Kita?

Pada suatu waktu antara tahun 114 -- 124 Masehi, tokoh terkemuka dalam gereja Kristen bernama Marcion mengemukakan sesuatu yang menentang Perjanjian Lama (PL). Dia percaya bahwa Tuhan dalam PL berbeda dengan Allah yang disebut Bapa oleh Yesus Kristus. Maka dia memutuskan untuk mengurangi Alkitab menjadi hanya bagian Perjanjian Baru (PB).

BILA ADA DUA PERJANJIAN, APAKAH ITU BERARTI ADA DUA ALLAH YANG BERBEDA?

Meskipun pendapat Marcion dikutuk oleh gereja mula-mula, pertanyaan di atas masih juga menjadi perdebatan pada zaman ini: "Apakah Allah dalam PL berbeda dengan Allah dalam PB? dan "Apakah kita masih memerlukan PL meski telah mempunyai 27 kitab PB?"

Adalah salah apabila kita membuat garis batas untuk membedakan kedua perjanjian tersebut. Yesus sendiri berkata tentang 39 Kitab PL, "Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku," (Yohanes 5:39). Pada masa itu, tidak ada kitab suci selain ke-39 kitab tersebut. Dalam PB, penulis kitab Ibrani mengawali dengan mengatakan bahwa pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya (Ibrani 1:1-2). Di dalam Yohanes 12:41 disebutkan bahwa ketika Nabi Yesaya mengisahkan dalam PL bahwa ia mendapat penglihatan tentang Tuhan, dia berbicara dengan, tidak lain, daripada Yesus Kristus (Yohanes 12:41).

BENARKAH PB LEBIH BERKUASA DARIPADA PL?

Rasul Paulus mengajarkan, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2Timotius 3:16). Keseluruhan Alkitab merupakan satu rangkaian cerita narasi bersambung. Yesus sendiri menggarisbawahinya dalam perjalanan ke Emaus (Lukas 24:13-35). Kleopas dan temannya sangat terpukul akan kematian Yesus hingga tidak mengenali ketika berjumpa dengan-Nya di jalan menuju Emaus. Mereka telah berharap bahwa Yesus-lah yang akan membebaskan Israel, namun ternyata Dia mati. Yesus berkata, "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi ...! Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci (PL), mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi." Mereka tidak mengerti karena tidak tahu atau tidak percaya bahwa kisah pembebasan yang telah dimulai sejak zaman Musa dan nabi-nabi lain itu telah digenapi dalam Yesus.

PADA KENYATAANNYA TETAP SAJA YANG SATU ADALAH PERJANJIAN YANG "LAMA" SEDANGKAN YANG SATU "BARU", BUKAN?

Beberapa orang mengatakan, "Saya akan menerima bahwa PL memang menekankan kedatangan Sang Mesias, yakni Yesus. Tapi bukankah kekristenan adalah sesuatu yang baru, berdasarkan pada rencana atau perjanjian yang baru dari Allah? Bukankah Yeremia menubuatkan dalam Yeremia 31:31-34 bahwa "perjanjian yang baru" akan datang? Kenapa harus meributkan hal-hal detail dalam PL?

Yeremia benar-benar menubuatkan sebuah "perjanjian yang baru", tapi apa yang dia maksud adalah tambahan dari Allah terhadap "perjanjian yang dulu" dibuat Allah dengan Hawa (Kejadian 3:15), Abraham (Kejadian 12:2-3), dan Daud (2Samuel 7:1-19). Jadi, Tuhan "memperbaharui" perjanjian itu -- dalam bahasa Ibrani, hanya kata "baru" saja yang sesuai untuk mengartikan ini. Lebih dari 70% perjanjian yang baru itu merupakan pengulangan dari janji yang telah dibuat pada zaman taman Eden-Abraham-Daud. Yesus juga memperingatkan supaya kita tidak berpikir bahwa Dia telah datang untuk membatalkan janji-Nya dalam PL. "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya," sabda-Nya dalam Matius 5:17. Firman-Nya lagi, "Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi" (Matius 5:18).

APA YANG MEMBUAT ALKITAB MENJADI SATU KESATUAN?

Keseluruhan isi Alkitab adalah buah pikiran dan rencana Allah. Alkitab menyebutkan hal tersebut sebagai "janji" yang Allah buat melalui Abraham bagi semua bangsa (Keluaran 12:2-3). Dalam buku berjudul "The Prophets and The Promise" (Para Nabi dan Janji), Willis J. Beecher menyatakan bahwa janji Allah tersebut digenapi selamanya, dari dulu hingga sekarang melalui sejarah dan bangsa Israel dengan Kristus sebagai pusatnya.

Ke-39 kitab PL menggunakan berbagai kata untuk menunjuk pada rencana dan janji Allah, seperti "perjanjian", "sumpah", dan "firman", ke-27 kitab PB menggunakan kata "janji" lebih dari lima puluh kali untuk meringkas inti dari karya Allah yang berkelanjutan.

Faktanya, ketika Paulus diadili sebelum kedatangan Agripa, dia meringkas Kitab Suci beserta misinya dan tentang Israel serta gereja sebagai berikut, "Dan sekarang aku harus menghadap pengadilan oleh sebab aku mengharapkan kegenapan JANJI, yang diberikan Allah kepada nenek moyang kita, dan yang dinantikan oleh kedua belas suku kita, sementara mereka siang malam melakukan ibadahnya dengan tekun" (Kisah Para Rasul 26:6-7, ditambah penekanan).

APAKAH JANJI INI HANYA UNTUK BANGSA ISRAEL DAN BUKAN UNTUK BANGSA KAFIR?

Rasul Paulus berusaha keras memastikan bahwa tidak seorang pun merasa bahwa Allah hanya mementingkan umat kasayangannya, bangsa Yahudi. Dia menyimpulkan dalam kitab Roma dengan petikan ayat dari 2Samuel 22:50, Ulangan 32:43, Mazmur 117:1 dan Yesaya 11:10 untuk menunjukkan bahwa "Janji yang dibuat untuk [Abraham, Ishak, dan Yakub] diberikan supaya orang-orang bukan Yahudi memuliakan Allah" (Roma 15:8-12) bersama-sama dengan bangsa Yahudi.

Lebih lanjut lagi, ketika perpecahan antarorang Yahudi terjadi, tentang apa dan bagaimana mereka harus menerima orang-orang bukan Yahudi, Yakobus mengutip kitab Amos (PL) yang menunjukkan bahwa bangsa kafir juga termasuk di dalam kerajaan Daud, "Semua orang lain mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut milik-Ku" (Kis. 15:17). Ini sama dengan apa yang telah dijanjikan kepada Abraham dalam Kejadian 12:3, "Olehmu (Abraham) semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."

APAKAH JANJI INI MENIADAKAN HUKUM ALLAH?

Roma 3:31 dengan jelas mengatakan, "Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya."

"Bila kita berpendapat demikian," beberapa orang akan dengan cepat menyimpulkan, "haruskah kita membawa domba dan kambing ke gereja sebagai persembahan dan tidak memakai baju yang terbuat dari dua jenis bahan yang berbeda dan ditenun bersamaan karena hal itu melanggar hukum?"

Ada perbedaan antara hukum moral (seperti Sepuluh Hukum Tuhan dan Hukum Suci di Imamat 18-20), jenis-jenis hukum sipil yang bersifat seremonial yang diberikan Allah pada Musa. Banyak yang mengatakan bahwa hukum tersebut hanya satu dan kita tidak bisa membedakannya menjadi tiga. Tapi, inilah yang diajarkan Yesus, Sang Guru Agung, dalam Matius 23:23, bahwa ada beberapa hal dalam hukum tersebut yang dinilai "lebih tinggi" atau "lebih penting". Yesus setuju bahwa persepuluhan dari selasih, adas manis, dan jintan harus dibayar (karena waktu itu Ia belum disalibkan). Tapi keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan, menempati prioritas pertama (menunjuk pada hukum moral).

Lebih lagi, ketika Allah memberikan Sepuluh Hukum-Nya pada Musa di Gunung Sinai, Musa diminta untuk membuat Kemah Suci dan segala perabotannya berdasarkan pola yang diberikan (Keluaran 25:9, 40). Hal ini menunjukkan bahwa aspek-aspek seremonial dari hukum tersebut merupakan "salinan" dan "contoh" dari bentuk dan wujud sesungguhnya yang masih ada di surga. Oleh karena itu, mereka mengira-ngira apa yang akan terjadi pada kedatangan-Nya yang pertama dan kedua. Ibrani (PB) menyebut Kemah Suci, perabotan, pelayan, dan pelayanannya sebagai "gambaran dan bayangan" dari apa yang sesungguhnya akan datang di dalam Kristus (Ibrani 8:5).

APAKAH DI MASA SEKARANG JANJI TERSEBUT MASIH BERLAKU?

Paulus mengajarkan dalam Galatia 3:8, "Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati." Jadi, "kabar baik" yang menjadi dasar bagi penebusan jiwa Abraham sama dengan "kabar keselamatan" yang memanggil seluruh umat kepada Penebus kita, Yesus Kristus.

Roma 1:2-4 menunjuk pada kesamaan ini, "Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam Kitab Suci, tentang Anak-Nya ... Anak Allah yang berkuasa." Dalam Ibrani 3:17; 4:2 ketika menyebutkan tentang Israel yang mengeraskan hati mereka dan jatuh dalam dosa, diperingatkan juga supaya kita harus berjaga-jaga karena "Sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku ... kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan" (Ibrani 4:1-2), seperti juga yang telah diberitakan kepada para pria dan wanita yang pada waktu itu jatuh ke dalam dosa karena tidak percaya pada sabda-Nya.

SATU KATA UNTUK SEMUANYA

Pesan yang disampaikan oleh Alkitab berpusat pada satu firman-Nya yang masih berbicara pada kita hingga sekarang. Bagaimana kita bisa memisahkan apa yang telah Tuhan satukan? Bagaimana kita bisa membedakan Tuhan PL dan PB? Bagaimana kita menyatakan bahwa Tuhan berubah arah pikiran karena adanya dua Perjanjian tanpa membandingkan dulu apa yang Ia ajarkan lewat firman dan lewat bibir-Nya ketika Dia berada di bumi? Mazmur 119:160 menegaskan, "Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya." (t/Dian H)

Bahan diterjemahkan dari sumber:

Judul majalah : Decision, Juli/Agustus 2006
Judul asli : Something Old, Something New: Is The Whole Bible
Really For All Of Us?
Penulis : Walter C. Kaiser Jr.
Penerbit : Billy Graham Evangelistic Assosiation, North Carolina
Halaman : 16 -- 17
Situs : http://www.decisionmag.org/

e-JEMMi 48/2006