You are hereProfil Bangsa / Profil Bangsa

Profil Bangsa

warning: Creating default object from empty value in /home/sabdaorg/public_sabda/misi/modules/taxonomy/taxonomy.pages.inc on line 33.

Bali, Indonesia

Pendahuluan/Sejarah

Pulau Bali mungkin lebih dikenal daripada negara Indonesia. Kata "Bali" memberi kesan kepada kita tentang sebuah surga tropis. Keindahannya, penduduknya yang ramah, kesenian, dan tariannya yang indah, telah menjadikan Bali sebagai sebuah tujuan wisata favorit bagi jutaan turis dari berbagai belahan dunia. Di "Pulau Dewata" inilah tempat tinggal suku Bali. Namun, orang-orang Bali dapat juga dijumpai di sekitar pulau Lombok, Lampung, Sulawesi, Kalimantan Selatan, Sumbawa, dan Papua.

Orang-Orang Bugis, Indonesia

Siapakah orang-orang Bugis?

Orang-orang Bugis (terkadang disebut Ugi) tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah orang Bugis disebut Tellumponcoe dan terdiri dari Kabupaten Bone, Wajo, dan Soppeng. Ada juga orang-orang Bugis yang tinggal di Kabupaten Luwu, Sidenreng, Polmas, Pinrang, Pare-pare, Barru, Pangkajene, Maros, Bulukumba, dan Sinjai. Orang-orang Bugis adalah orang-orang yang dinamis dan mobilitasnya tinggi, mereka dianggap sebagai kelompok suku yang dominan di Sulawesi Selatan. Banyak orang Bugis meninggalkan rumah mereka untuk mencari kesuksesan dan kekayaan. Khususnya, mereka bermigrasi ke Sumbawa, Jawa, Papua, bahkan Malaysia. Bahasa Ugi mereka terbagi ke dalam beberapa dialek yaitu Luwu, Wajo, Bira, Selayar, Palaka, Sidenreng, dan Sawito.

Banjar, Indonesia

Pendahuluan/Sejarah

Bangka, Indonesia

Pendahuluan/Sejarah

Orang-orang Bangka tinggal di pulau Bangka di laut Cina selatan, di sebelah timur Sumatera, khususnya di kabupaten dan kota madya Pangkal Pinang, di provinsi Bangka-Belitung. Orang-orang Indonesia sering mengunjungi pulau ini karena pulau ini memiliki panorama pantai yang indah dan mudah dijangkau dari ibukota Sumatera Selatan (Palembang). Lebih dari separuh penduduk Bangka adalah orang Melayu (Malay), dan seperempat penduduknya adalah warga keturunan China, yang bermigrasi ke pulau itu. Bahasa Bangka merupakan suatu cabang dari kelompok bahasa Melayu.

Aneuk Jamee, Indonesia

Siapakah Orang-Orang Aneuk Jamee?

Orang-orang Aneuk Jamee adalah salah satu kelompok masyarakat yang tinggal di pesisir barat Provinsi Aceh. Mereka pada umumnya tinggal di sekitar teluk-teluk kecil di sepanjang pantai. Mereka juga tersebar di kawasan dataran rendah, yang dikelilingi oleh pegunungan Bukit Barisan. Aneuk Jamee sebagian besar berada di Kabupaten Aceh Barat, yang meliputi lima kecamatan yaitu Tapak Tuan, Samadua, Susoh, Manggeng, dan Labuhan Haji. Ada sebagian kecil yang tinggal di Kabupaten Aceh Selatan di tiga kecamatan, yaitu Johan Pahlawan, Kaway XVI, dan Kuala.

Guinea Bissau

KEMBALI KE LADANG PERJANJIAN

Sekembali dari cuti di Indonesia, pada minggu-minggu pertama di Guinea Bissau saya memerlukan waktu untuk beradaptasi kembali dengan iklim, budaya, dan terutama dengan bahasa Kreol. Dalam tahap pelayanan yang kedua ini saya melayani di tiga tempat dengan kebiasaan dan juga dengan bentuk pelayanan yang berbeda. Tempat-tempat itu adalah:

Orang Asmat Pantai Kasuari di Papua

Agama

Diperkirakan lebih dari 50 persen suku Asmat, yang berbicara dalam bahasa Kasuarina, telah mengenal Injil. Di daerah ini, terdapat tiga gereja persekutuan Alkitab dan sejumlah gereja-gereja Katolik.

Bajau, Indonesia

Pendahuluan/Sejarah

Orang Bajau (juga disebut orang Bayo, Gaj, Luaan, atau Lutaos) adalah kelompok orang yang sangat giat melaut yang tinggal di sepanjang daerah-daerah pantai Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Sumatera, dan Nusa Tenggara. Mobilitas mereka yang tinggi membuat orang luar menyebut mereka sebagai "gipsi laut". Di kawasan Indonesia timur, sebagian besar orang Bajau ditemukan di kepulauan dan distrik-distrik pantai Sulawesi. Bahasa sehari-hari mereka adalah bahasa Bajau, yang adalah cabang dari kelompok bahasa Melayu.

Badui, Indonesia

Pendahuluan/Sejarah

Daerah perbukitan Jawa Barat sebagian besar dihuni oleh kaum Muslim suku Sunda, namun daerah yang terletak di sektor barat dihuni oleh suku Badui -- suatu komunitas Sunda purba yang masih tersisa, yang menggunakan dialek Sunda kuno. Suku Badui sengaja mengisolasi diri mereka di daerah pegunungan, ketika mayoritas penduduk pulau Jawa menjadi pemeluk agama Islam. Mereka telah mempertahankan kasta sebagai sistem stratifikasi sosial yang kental. Keturunannya ditandai melalui kedua orang tua mereka, namun keluarga asalnya tidak sekuat seperti pada kalangan etnis utama suku Jawa. Bentuk atau corak desa terdiri dari lebih kurang 35 kelompok kecil, yang terdiri dari rumah-rumah penduduk yang tersebar di sekitar lahan padi gagarancah, yang digarap secara musiman dan berpindah-pindah. Terdapat tiga desa yang tetap terisolasi sama sekali dari kontak-kontak dengan suku non-Badui. Orang Badui yang mengenakan busana hitam, berbicara dengan pihak luar; namun mereka yang mengenakan sarung putih, harus tetap mempertahankan isolasi secara ketat. Pemerintah telah berupaya untuk mendidik mereka dan telah membawa suatu perubahan gaya hidup bagi mereka. Namun, sebagian besar di antara mereka menolak bantuan ini, dan sebagai akibatnya mereka tetap buta aksara dan primitif. Suku Badui memiliki reputasi sebagai orang-orang yang gemar menggunakan ilmu hitam. Banyak orang yang takut karena kemampuan mereka untuk meramalkan masa depan dan menjampi musuh-musuh mereka.

Bakumpai, Indonesia

Sejarah

Mayoritas orang Bakumpai tinggal dekat Sungai Barito, yang mengalir melalui provinsi Kalimantan Tengah. Di Kalimantan bagian selatan, orang Bakumpai tinggal di Distrik Bakumpai, kabupaten Barito Kuala; sementara mereka yang di Kalimantan Tengah tinggal di kabupaten Barito Selatan. Tetangga mereka di selatan adalah orang Banjar dan di utara adalah orang-orang Ngaju dan Maayan. Beberapa ahli berspekulasi bahwa orang Bakumpai adalah salah satu sub-kelompok dari kelompok orang Ngaju, meskipun Bakumpai menganggap mereka sebagai suatu kelompok yang terpisah. Orang Bakumpai adalah satu dari kelompok orang dalam kelompok Barito, yang merupakan bagian dari kelompok etno-linguistik Dayak yang lebih luas. Orang-orang Dayak (kadang-kadang dibagi berdasarkan tempat tinggal, orang Dayak Daratan dan orang Dayak Pantai/laut) cenderung tinggal di sepanjang bantaran Sungai bagian dalam Kalimantan. Suku Dayak mungkin berasal dari Asia Barat sebagai orang-orang Mongolia migran, yang memasuki kepulauan melalui sebelah barat kota pesisir, yang saat ini disebut Martapura (di Kalimantan Selatan).