You are heremedis / medis

medis

warning: Creating default object from empty value in /home/sabdaorg/public_sabda/misi/modules/taxonomy/taxonomy.pages.inc on line 33.

Mengapa Misi Medis Begitu Efektif

Charles Woodrow adalah seorang dokter dan misionaris yang telah menghabiskan beberapa dekade melayani di Nampula, Mozambik. Dalam laporan baru-baru ini, dia memberi tahu nilai dari misi di bidang medis dan saya meminta izin darinya untuk membagikannya kepada Anda. Saya harap Anda akan terdorong saat membacanya. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang Charles dan karyanya di sini.

Florence Nightingale (1820 -- 1910)

Dua bayi perempuan dilahirkan di tengah keluarga William (W.E.N) dan Fanny Nightingale dalam suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Parthenope, anak pertama, lahir di Napoli, Yunani. Putri kedua diberi nama sesuai dengan nama sebuah kota di Italia, tempat dia dilahirkan pada tanggal 12 Mei 1820: Florence.

Dr. C. Everett Koop -- Dokter Misionaris

Setelah bekerja selama tiga puluh tahun sebagai dokter bedah anak terkemuka, Dr. C. Everett Koop mendekati masa pensiun pada pertengahan tahun 1970-an ketika beliau memutuskan bahwa perjuangan melawan aborsi itu sepenting usaha menyelamatkan nyawa di meja operasi. Koop adalah seorang Kristen taat yang mencurahkan hasratnya dalam menentang aborsi ke dalam dua buku, lima film pendidikan, dan tur ceramah ke berbagai kota di negaranya. Gaya argumentasinya netral: dalam satu bagian film, Koop memandangi lautan boneka telanjang yang melambangkan janin-janin korban aborsi dan berkata, "Saya berdiri di Sodom, tempat terjadinya kejahatan dan kematian."

Florence Nightigale : Terang Kristus dalam Pekatnya Dunia Perawat

Keputusannya menyentak seisi rumah. Keluarganya tak menyangka bahwa gadis manis yang telah terbiasa hidup senang memilih menjadi perawat, padahal citra perawat pada waktu itu buruk.

Florence Nightingale

Sebuah Visi

Florence gadis manis yang cantik itu lahir di kota Florence, Italia pada 12 Mei 1820. Flo, begitu panggilannya, dilahirkan dari keluarga kaya. Karena itu hidupnya bergelimang kesenangan. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia merasa prihatin dengan orang-orang yang hidup miskin.

Pada 7 Februari 1873, Florence mendapat visi untuk mengabdi kepada masyarakat. Dalam buku pribadinya ia menulis, "Tuhan telah bersabda kepadaku dan memanggilku untuk mengabdi kepada-Nya." Visi itu selalu menantangnya untuk mematuhi panggilan mulia ini. Namun, tampaknya hal ini tidak semudah yang ia bayangkan.