You are heree-JEMMI No.27 Vol.05/2002 / Gubuk Kecil di Atas Bukit

Gubuk Kecil di Atas Bukit


Tuhan Yesus dengan jelas menyatakan bahwa kita harus menyampaikan berita keselamatan kepada semua orang. Berikut ini adalah kesaksian yang dialami seorang pekerja Every Home for Christ (Red: Review tentang organisasi dan situs EHC dapat Anda lihat di kolom Profil/ Sumber Misi) saat melakukan tugasnya di India. Pekerja ini telah mengunjungi banyak desa di sebuah wilayah tertentu yang telah ditugaskan baginya. Tugas terakhirnya adalah membagikan traktat dari pintu ke pintu di sebuah desa kecil dan terpencil. Dia merasa telah mengunjungi semua rumah di desa itu dan bersiap-siap dengan sepedanya untuk kembali ke markas EHC yang jaraknya beberapa mil dari desa tersebut. Di markas itu dia akan bergabung dengan para pekerja EHC lainnya dan menghabiskan malam itu bersama-sama untuk istirahat.

Gubuk kecil

Saat bersiap-siap untuk mengayuh sepedanya sekilas matanya melihat sebuah gubuk yang berada di atas bukit. Dia merasa yakin bahwa dia belum mengunjungi gubuk itu. Hatinya ragu-ragu karena dia harus berjalan mendaki bukit untuk mencapai gubuk itu. Akan tetapi, dia segera menyadari menaiki bukit itu sama artinya dia harus bermalam di desa itu atau sama waktunya dengan perjalanan yang akan dia tempuh menuju markas EHC. Dia memilih untuk kembali ke markas karena dia berpikir itu hanyalah sebuah gubuk kecil. Saat dia mengayuh sepedanya sebagai satu-satunya alat transportasi yang dimilikinya, pedal sepeda itu sulit sekali digerakkan. Saat dia turun untuk memeriksa kondisi sepedanya, dia melihat bahwa kedua ban sepedanya gembos karena ia telah menaiki sepeda itu seharian. Beberapa warung di desa itu masih buka dan pekerja itu bergegas untuk meminjam pompa sepeda di salah satu warung itu. Masih ada sedikit udara di ban sepedanya, dipompa sedikit saja maka dia bisa kembali ke markas.

Namun, sayang tidak satu pun dari warung di desa itu yang memiliki pompa sepeda. Lalu, saat membayangkan akan menuntun sepedanya beberapa mil pada malam itu, dia melihat seorang pemuda berjalan ke arahnya. "Anak muda," tanya pekerja itu, "apakah ada penduduk desa ini yang memiliki pompa sepeda?" "Oh, ada seorang pria tua yang memilikinya. Dia tinggal di dekat desa ini. Saya pernah melihatnya menggunakan pompa sepeda. Jika Anda melihat dengan teliti, anda dapat melihat rumahnya di atas bukit." Allah tidak menghendaki seorang pun binasa. Hal itu yang terpikirkan dalam benak pekerja EHC itu saat dia memanggul tasnya yang berisi traktat-traktat Injil dan mendaki ke atas bukit.

Allah sungguh-sungguh tidak menghendaki seorang pun binasa.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Pria tua yang tinggal di sebuah gubuk di atas bukit senang sekali atas kunjungan pekerja EHC. Pria tua itu lebih bersukacita saat si pekerja EHC memberinya traktat untuk dibaca. Tanpa ragu-ragu, pria tua tadi membaca traktat itu. Dia telah belajar membaca beberapa tahun yang lalu namun literatur Kristen seperti itu jarang ditemukan di tempatnya. Pria tua itu juga memiliki sebuah pompa sepeda dan dia dengan senang hati meminjamkannya kepada si pekerja EHC. Keesokan harinya, saat si pekerja EHC mendaki ke bukit itu lagi untuk mengembalikan pompa, tampak jelas baginya bahwa Allah mengasihi pria tua di atas bukit itu sampai-sampai si pekerja EHC perlu menempuh perjalanan dua kali dalam sehari untuk menuju gubuk kecil di atas bukit itu. Allah sungguh-sungguh tidak menghendaki seorang pun binasa.

Sumber: FAX OF THE APOSTLES -- Juni 2002

e-JEMMi 27/2002