Pemetaan Negara Doa (1)

Catatan: Artikel yang kami sajikan memuat informasi mengenai situasi dan jumlah orang Kristen di negara tertentu. Situasi saat ini dan statistik jumlah atau persentase yang dicantumkan, mungkin saja berbeda dengan informasi ketika artikel ini ditulis. Namun demikian, sampai saat ini, umat percaya di negara-negara ini masih mengalami hal yang sama.

Salah satu tantangan terbesar menjadi pendoa syafaat yang efektif adalah kurangnya pengetahuan. Yakobus 5:16 berkata, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Sama seperti sulitnya menjadi efektif dalam pekerjaan kita bila tidak ada atau ada sedikit saja pendidikan dan pelatihan, demikian pula sulit berdoa dengan efektif jika kita sedikit atau tidak memiliki pengetahuan apa-apa.

Ada dua klasifikasi negara:

  1. Negara Terlarang
  2. Negara Tidak Aman

Daftar beberapa negara dalam kedua klasifikasi tersebut ditentukan melalui penelitian mendalam atas laporan yang diterima dari para anggota dan penghubung sebagai sumber yang dapat dipercaya.

PENGERTIAN

  1. Negara Terlarang. Banyak orang Kristen yang membagikan kesaksian iman mereka secara aktif mengalami pencobaan atau menjadi bahan cemoohan (penganiayaan) di setiap negara di bumi. Namun, bentuk-bentuk penganiayaan yang patut mendapat perhatian dan bantuan, termasuk ketika orang Kristen dihalangi untuk memperoleh Alkitab atau literatur Kristen lainnya oleh kebijakan atau praktik pemerintah. Termasuk keadaan tertentu yang dijatuhi sanksi oleh pemerintah pada waktu orang-orang Kristen diserang, dipenjarakan, dibunuh, atau harta benda maupun kemerdekaannya dicabut karena iman mereka terhadap Yesus Kristus, dan kerinduan mereka untuk menyembah Tuhan menurut keinginan hati nurani mereka.

  2. Negara Tidak Aman. Meliputi area yang luas di suatu negara dan pemerintah tetap berusaha memberikan perlindungan bagi penduduk Kristen. Namun, orang-orang Kristen dan hak miliknya masih menjadi korban kekerasan karena kesaksian mereka.

NEGARA TERLARANG

A. NEGARA-NEGARA KOMUNIS ASIA

REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK. Pada tahun 1949 Mao Zedong mendeklarasikan Republik Rakyat Tiongkok dan dengan cepat berusaha menghindarkan rakyat dari segala sesuatu yang mengarah kepada agama. Sejak saat itu rakyat Tiongkok menderita tekanan hebat. Gerakan besar Mao dalam Lompatan Jauh ke Depan pada akhir tahun 50-an serta Revolusi Budaya pada tahun 60-an dan 70-an menyebabkan jutaan rakyatnya meninggal atau menjadi korban. Pada tahun 1950, Tiongkok menguasai Tibet dan memaksa pemimpin agama dan politiknya, Dalai Lama, melarikan diri ke India. Komunis segera melepaskan Tibet dari warisan agama dan budayanya.

Catatan hak asasi manusia Tiongkok saat ini merupakan salah satu yang terburuk di dunia. Sistem "re-edukasi melalui pekerjaan" telah menahan ratusan ribu orang setiap tahunnya dalam kamp kerja tanpa pemeriksaan pengadilan. Pemerintah Tiongkok membuat kebijakan untuk menindak keras para penjahat. Namun, orang-orang Kristen mengalami situasi yang lebih keras. Banyak orang Kristen dipenjarakan atau berada dalam penahanan dibanding dengan negara mana pun di dunia. Penyitaan gereja dan Alkitab terus berlanjut -- bahkan Alkitab yang resmi dicetak oleh pemerintah. Namun, gereja terus bertumbuh -- diperkirakan ada 3.000 orang Tiongkok yang datang kepada Kristus setiap hari. Gerakan gereja rumah di Tiongkok, yang terdiri dari sekitar 80% orang Kristen Tiongkok, mengalami penganiayaan hebat, namun tetap setia kepada Injil. Seseorang memperkirakan ada sekitar 300 orang percaya di Tibet, sementara di Tiongkok, sekitar 6% dari penduduknya adalah orang Kristen.

LAOS. Pada tahun 1975 gerakan Pathet Lao yang komunis mengambil alih daratan ini dan mendirikan sebuah negara bagian satu partai di bawah Partai Revolusioner Rakyat Laos. Orang-orang Kristen dipaksa menandatangani persetujuan dengan ditodong senjata yang menyatakan bahwa mereka tidak akan membentuk gereja. Sebanyak 85% dari penduduknya berpenghidupan sebagai petani, dan hanya 1,53% adalah orang Kristen. Hari ini, tiga atau empat gereja di ibukota Vientiane dianggap memiliki potensi subversif dan dimonitor secara ketat oleh pemerintah. Pertemuan gereja rumah digeledah dan orang-orang Kristen Laos ditahan, sementara orang-orang Kristen luar negeri diusir. Belakangan, para pemimpin Komunis di beberapa distrik menerapkan sebuah program yang dinamakan Mekanisme Baru, yaitu setiap orang yang tidak menganut Buddhisme atau Animisme akan dipaksa dipindahkan dari distrik tersebut. Pemimpin gereja yang disetujui pemerintah, Khampone, sering mengancam para penginjil suku-suku yang tidak dapat dikendalikan olehnya.

KOREA UTARA. Setelah Perang Dunia II, Korea dibagi dua dan rezim komunis ditempatkan di bagian utara. Saat ini, rezim tersebut merupakan rezim Komunis yang paling represif dan terasing di dunia di bawah agama negaranya, yang dinamakan "Juche", artinya bergantung pada diri sendiri. Setiap warga diwajibkan menyembah pemimpin mereka yang telah meninggal, Kim Il Sung, dan anak laki-lakinya, Kim Jong Il. Pemimpin dianggap sebagai dewa. Korea Utara menolak setiap jenis hak asasi manusia bagi warganya. Syukurlah karena banjir dan bencana kelaparan melanda negara ini, pemerintah pengasingan Korea Utara terpaksa membuka perbatasannya bagi bantuan kemanusiaan dari negara luar. Orang-orang Kristen berjumlah 2% dari total penduduk. Namun, Tuhan terus menambahkan jumlah mereka setiap hari, meskipun harus menjalankan iman mereka secara sembunyi-sembunyi dan rahasia.

VIETNAM. Vietnam, yang pernah diperintah oleh Perancis sampai tahun 1954, secara historis telah menjadi tempat perjuangan. Pihak Komunis memiliki tempat berpijak di Vietnam Utara dan mengambil alih seluruh Vietnam pada tahun 1975. Pada saat ini, banyak orang Kristen melarikan diri. Namun, mereka yang tetap tinggal tidak menjadikan penganiayaan sebagai halangan dalam mengikuti Kristus. Orang-orang percaya dilecehkan, dipukuli, dan dipenjarakan karena berkhotbah secara ilegal dan mengorganisir aktivitas penginjilan. Sekalipun dilemahkan karena penganiayaan, iman orang Kristen Vietnam terus tumbuh dan Tubuh Kristus menjadi lebih kuat. Sekarang ini sebanyak 9,8% dari populasi Vietnam adalah orang Kristen.

B. NEGARA-NEGARA TIMUR TENGAH

ARAB SAUDI. Sejak 1.300 tahun yang lalu banyak orang Kristen terusir dari negeri ini. Hari ini, jumlah orang Kristen di Arab Saudi hanya sekitar 4,5% dari total populasi dan perlakuan yang mereka terima tidak lebih dari masa-masa sebelumnya. Setiap orang yang bekerja dalam misi maupun yang bertobat menghadapi ancaman penjara, diusir, atau dieksekusi. Bahkan orang asing Kristen yang datang tidak diperkenankan untuk berkumpul atau mengadakan kebaktian. Sejak tahun 1992, lebih dari 360 kasus telah didokumentasikan dan ekspatriat Kristen dipenjarakan karena melakukan kebaktian pribadi. Ada laporan yang mengatakan bahwa banyak orang Kristen ditahan dengan tuntutan yang salah, dipenjarakan, dan bahkan dipenggal karena iman mereka. Negara ini telah menandatangani persetujuan selama bertahun-tahun yang lalu berkaitan dengan kebebasan beragama. Namun, perjanjian tersebut tidak didukung oleh tindakan nyata. Pejabat Amerika telah mendekati pemerintah Arab Saudi tentang janji mereka untuk melaksanakan toleransi beragama bagi setiap orang, termasuk orang Amerika. Meskipun menghadapi ancaman penganiayaan, pengikut Kristus menemukan cara-cara inovatif untuk bertemu dan saling menguatkan satu sama lain dan jumlah mereka semakin meningkat.

IRAK. Irak telah mengalami sejarah sulit dalam masa Alkitab. Tanah ini merupakan tempat orang-orang Yahudi mengalami pembuangan dan tempat Nabi Daniel melayani Raja Babilonia. Sejak Saddam Hussein berkuasa pada tahun 1979, ada banyak kekacauan yang dihadapi rakyat Irak. Kebanyakan tahun 1980-an dihabiskan dengan masa berperang dengan Iran mengenai perebutan kekuasaan atas terusan Shatt-al-Arab menuju Teluk Persia. Perang Teluk Persia berikutnya adalah pemusnahan kelompok etnis tertentu, dan banyak orang, termasuk orang Kristen, disemprot gas, ditembak, atau dipaksa meninggalkan rumah mereka. Kekuasaan pemerintah dan militer yang bersifat represif mungkin akan terus berlanjut dalam cengkeraman Saddam Hussein. Agama-agama diizinkan jika mereka menunjukkan loyalitas kepada rezim Saddam. Banyak permintaan atas literatur Kristen, meski impor literatur tersebut dilarang. Orang Kristen di negara ini hanya sebanyak 1,5% dari seluruh penduduk. Orang Kristen dari suku Kurdistan banyak diintimidasi dan sebagian telah menjadi martir.

IRAN. Penggulingan Shah Iran pada tahun 1979 mengakhiri persahabatan negara ini dengan dunia Barat. Hari ini, penganiayaan tetap berlanjut sekalipun ada undang-undang yang menjamin kebebasan beragama. Tidak mudah bagi orang Kristen, yang hanya berjumlah 0,3% dari total populasi untuk hidup di sini. Bersaksi merupakan hal yang dilarang. Pemerintah mengutus mata-mata untuk memonitor kelompok Kristen. Orang-orang percaya juga mengalami diskriminasi dalam dunia pendidikan, pekerjaan, dan pemilikan properti. Dalam dekade terakhir, beberapa pendeta dibunuh. Meskipun kegiatan misi tidak diizinkan masuk Iran, sejumlah orang telah bertobat. Ada banyak warga Iran di luar negeri yang sedang lapar rohani; di Amerika Serikat sendiri ada lebih dari dua juta orang. Pada tahun 1979 ada sekitar 500 orang Kristen Iran dari latar belakang agama lain dan sekarang telah berlipat ganda menjadi 20.000, dan separuhnya tinggal di Iran.

ALJAZAIR. Lebih dari 30 tahun Aljazair diperintah oleh rezim Partai Sosialis yang didukung oleh angkatan bersenjata. Pemilihan bebas pada tahun 1999 tidak mengubah kepemimpinan negara ini, namun setidaknya membuka pintu damai antara kelompok pemberontak dan pemerintah. Dalam tahun-tahun terakhir, orang-orang Kristen di Aljazair mengalami penderitaan akibat kekerasan Front Pembebasan agama mayoritas yang ada di negara ini. Anggota kelompok pemberontak ini sering masuk kota dan menggorok leher tiap orang yang tidak hidup berdasarkan panggilan fundamentalisme agama mereka. Dua pertiga orang Aljazair berusia muda dan tidak tahu apa-apa selain kebingungan yang diberikan oleh sistem sosialis dalam negara tersebut. Aljazair memiliki sangat sedikit orang Kristen (0,4 persen), dan gereja di sana menderita keputusasaan. Tekanan-tekanan sosial sering memaksa gadis-gadis Kristen untuk menikah dengan orang beragama setempat dan beberapa orang percaya mulai mundur dari persekutuan karena adanya intimidasi dari keluarga, teman, maupun para ektremis agama setempat.

MESIR. Selama abad-abad pertama setelah Kristus, Mesir lebih banyak didiami oleh orang Kristen. Pada tahun 969 Masehi, negara ini dikalahkan oleh Jawhar al-Siqili dan Kairo dijadikan ibukota baru. Syukurlah, gereja Kristen Koptik Mesir tidak pernah hilang. Hari ini, Mesir memiliki warga Kristen terbesar di Timur Tengah, sekitar 14,2 persen dari total penduduknya. Namun, undang-undang negara ini lebih memihak masyarakat agama mayoritas, sedangkan orang-orang Kristen diperlakukan sebagai warga negara kelas dua, perwakilan politik tidak diakui, dan mengalami diskriminasi dalam pekerjaan. Pemerintah menggunakan undang-undang Kesultanan Utsmaniyah tahun 1856 untuk menghambat adanya pembangunan, perbaikan, atau bahkan pengecatan ulang gereja, tanpa izin presiden Mesir. Orang-orang Kristen juga rawan diserang oleh ekstremis agama lain yang sering kali tidak dihukum oleh pihak berwenang Mesir. Kadang, terdapat gadis-gadis Kristen diperkosa dan dipaksa untuk menikah dengan pria dari agama lain. Gadis-gadis yang lain diculik dan dipaksa untuk beralih ke agama mayoritas.

SUDAN. Pemerintah Sudan Utara telah mendeklarasikan perang suci melawan orang-orang Kristen di selatan. Salah satu pemimpinnya menyatakan bahwa setiap orang yang melawan tidak akan memiliki masa depan. Para pelajar beragama mayoritas direkrut dari universitas mereka dan diberitahu bahwa mereka dapat mangambil apa pun yang mereka rampas jika mereka bergabung dalam perang melawan orang-orang bukan agama mereka. Orang-orang Kristen dari utara yang menolak perang melawan saudara-saudari mereka di selatan dipaksa bekerja sebagai penyapu ranjau. Secara keseluruhan, orang Kristen berjumlah 23% dari seluruh populasi. Sejak tahun 1985, sekitar dua juta orang telah dibinasakan karena perang dan pemusnahan. Banyak keluarga di selatan mengalami teror -- para ayah dibunuh, ibu-ibu diperkosa, dan anak-anak dijual sebagai budak. Pengeboman sekolah minggu, penghancuran gereja, rumah sakit, dan sekolah masih berlangsung sebagai usaha untuk menghabiskan kelompok Kristen. Banyak pendeta dan pemimpin kelompok sel yang telah dibunuh. Penduduk yang lain diancam dengan hukuman mati jika mereka tidak mau mengubah agamanya. Sekarang, hanya sedikit penginjil yang ada di Sudan. Namun di tengah-tengah kekejaman ini, Tubuh Kristus di Sudan tetap kuat, menyembah Juru Selamat mereka dan memimpin orang lain datang kepada-Nya. Menurut berita terbaru, ada sekitar ribuan orang telah menerima Yesus sebagai Juru Selamat dan juga ada sebuah desa, yang seluruh penduduknya telah menerima Kristus.

TURKI. Kesultanan Utsmaniyah Turki selama berabad-abad merupakan penjaga tempat-tempat bersejarah. Pada abad ke-20, jumlah orang Kristen Turki menurun drastis dan pengaruh agama lain meningkat. Namun, kini telah terjadi peningkatan kembali. Menurut Operation World, Turki merupakan salah satu negara yang paling sulit dijangkau di dunia. Hanya 0,3 persen dari penduduknya mengaku Kristen. Dari 55 juta penduduk, hanya sedikit yang telah mendengar Injil. Orang Turki yang berani menyaksikan Kristus, hidupnya akan berbahaya. Orang-orang percaya dilecehkan, diancam, dan dipenjarakan karena iman mereka terhadap Kristus. Penginjilan sulit dilakukan karena orang Turki cenderung berpikir bahwa orang Kristen memiliki kategori sama dengan teroris Armenia dan saksi Yehova.

SURIAH. Presiden Suriah, Hafiz al-Asad, memperoleh kekuasaan saat terjadinya kudeta (perebutan kekuasaan) pada tahun 970. Pada tahun 1973, Suriah dinyatakan sebagai negara seluler, namun penduduk beragama mayoritas masih mendapatkan perlakuan istimewa dalam banyak hal dalam masyarakat. Pemerintah Suriah memerintah dengan tangan besi -- Undang-Undang Daruat (Emergency Law) tahun 1963 mengizinkan pihak berwenang melakukan penahanan reventif dan menahan para tahanan tanpa perlindungan hukum. Orang Kristen yang berjumlah 5% dari populasi sulit menyebarkan Kabar Baik dengan bebas di bawah kondisi macam itu. Para misionaris tidak diberi visa untuk masuk alam negara tersebut. Jadi, orang Kristen tidak dapat menyatakan iman mereka dalam kehidupan sehari-hari, baik secara profesional maupun informal. Jumlah orang yang menjadi Kristen tidak banyak tapi terus meningkat.


C. NEGARA-NEGARA ASIA

BRUNEI. Konstitusi Brunei tahun 1959 menyebutkan bahwa negara ini adalah negara monarki dengan lima dewan penasehat. Namun pada tahun 1962, Sultan menerima kekuasaan darurat selama masa pemberontakan saat itu, dan belum mengembalikannya sejak saat itu. Ia menempatkan keluarganya sebagai para penasehat dan menyatakan bahwa Brunei sebagai negara agama. Konstitusi yang menjamin adanya praktik kebebasan beragama perlahan-lahan terkikis. Para pernimpin Kristen diusir pada tahun 1991, dan pada tahun berikutnya literatur Kristen dilarang dan perayaan Natal dianggap menyalahi hukum -- meskipun 8% dari penduduk negara ini beragama Kristen. Umat agama mayoritas di sana meningkat karena adanya suku-suku lokal dan para imigran. Mereka mereka mengendalikan sistem pendidikan negara. Pertobatan menjadi Kristen dilarang sejak penginjilan dinyatakan ilegal.

MALAYSIA. Federasi 13 negara bagian ini terbentuk pada tahun 1963 sebagai sebuah kerajaan. Konstitusi Malaysia menjamin adanya kebebasan beragama, namun kelompok fundamental agama mayoritas menggunakan kuasa politiknya untuk mencegah gerakan Kristen. Semua literatur Kristen yang dicetak hanya diperbolehan bagi orang bukan etnis Melayu. Etnis Melayu tidak diizinkan memiliki tempat ibadah Kristen. Beberapa buku dan literatur lainnya yang berisi tentang Islam dilarang oleh pemerintah untuk mencegah adanya penggunaan istilah agama yang tidak sah. Izin untuk membangun gereja jarang diberikan dan gereja-gereja rumah benar-benar dilarang. Kebebasan mengeluarkan pendapat dan pertemuan publik juga dilarang. Orang-orang Kristen berjumlah 8,6% dari total penduduk.

AFGHANISTAN. Afghanistan tidak asing dengan peperangan. Invasi Soviet pada tahun 1978 menyebabkan bencana. Memasuki dekade berikutnya masih tidak membawa kedamaian bagi negara ini. Saat pemerintahan komunis kehilangan kekuasaannya, kelompok agama mayoritas mengambil alih kekuasaan dan terlibat dalam perang saudara yang semakin memburuk dan menjadi kontes supremasi politik dan agama yang kejam. Taliban membuat peraturan ketat. Wanita dilarang bersekolah atau bekerja serta harus berpakaian tertutup rapat (burqa). Pria harus berjanggut. Tidak boleh ada TV dan radio. Kebebasan berkumpul dihambat dan pernyataan iman dalam Kristus secara terbuka sering kali mengakibatkan kematian. Kekalahan Taliban disambut antusias oleh warga Afghanistan sendiri. Orang Kristen hanya seperseratus dari setiap 1 persen populasi. Masih ada 88 kelompok masyarakat yang belum dijangkau di negara ini.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Batu-Batu Tersembunyi
Judul asli buku : The Hidden Stones in Our Foundations
Penulis : Tim Voice of the Martyrs
Penerjemah : Ivan Haryanto
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2005
Halaman : 139 -- 153 dan 160 -- 161