Hudson Taylor: Salib adalah Pengabdian dan Kebanggaan Baginya

Harga yang harus dibayar, berapa pun mahalnya tidak akan pernah menghentikan semangat yang berkobar-kobar di dalam jiwa yang mencintai Kristus lebih dari apa pun juga. Dihina, dicemooh, menderita sakit, ditinggalkan anak istrinya dalam renggutan kematian, tetapi semua itu tidak pernah mengoyakkan pengabdian dan kasih mesranya kepada Tuhan.

Hudson Taylor

Oktober 1858, Maria, istri Hudson Taylor, melahirkan anak sebelum waktunya, yaitu ketika janin berusia tujuh bulan. Akan tetapi, akhirnya anak itu meninggal. "Kami senantiasa mempersembahkan bayi kecil yang belum lahir itu kepada Tuhan," tulis Maria kepada ibu mertuanya, "dan Ia tentu menerima maksud kami."

31 Juli 1859, Maria melahirkan anaknya yang kedua dan diberi nama Grace Dyer Taylor. Hudson menulis: "Aku telah mendambakan miniatur mungil manis dari Mariaku yang kusayangi."

Bulan Agustus 1867, Grace terkena radang selaput otak. "Tidak ada harapan Grace akan sembuh," katanya kepada Maria. Mereka menyerahkannya kepada Tuhan dan memohon agar Ia melakukan yang terbaik bagi-Nya dan bagi mereka. Kembali ke sisi tempat tidur Grace, Taylor berkata kepada Grace, "Aku kira Yesus akan membawamu kepada diri-Nya. Kau tidak takut memercayakan dirimu kepada-Nya bukan?" "Tidak, ayah." Terdengar jawaban. Esok harinya Hudson menulis surat kepada saudaranya: "Aku sedang menulis beberapa kalimat dari sisi ranjang Grace kecil yang kucintai, yang sekarang terbaring menghadapi ajal .... Saudaraku, jiwa dan daging kita kalah, tapi Tuhan adalah kekuatan jiwa kita, dan bagian kita selama-lamanya. Bukanlah perbuatan sia-sia atau bodoh, ketika mengenal negeri, rakyat, serta iklimnya (maksudnya negeri Cina yang menjadi ladang misinya), aku meletakkan istriku tersayang, anak-anak dan aku sendiri di atas mezbah untuk pelayanan ini."

23 Agustus 1867, keluarga Taylor dan yang paling dekat dengan mereka, berkumpul di sekeliling tempat tidur Grace. Hudson menyanyikan lagu-lagu pujian, sekalipun kadang-kadang suaranya tak keluar. Maria terbungkuk di atas Grace yang sudah tidak sadar. Pukul 08.40 napasnya terhenti.

Maret 1869, Samuel Taylor, anaknya yang berikutnya yang berusia lima tahun terus-menerus menderita TBC usus dan akhirnya meninggal bulan Februari 1870, ketika ia hampir berusia enam tahun.

7 Juli 1870, Maria, istrinya, kembali melahirkan anak dan diberi nama Noel, tapi tidak beberapa lama anak itu mendapat infeksi berat di mulutnya, mencret-mencret, dan meninggal tiga belas hari kemudian. Pada saat itu Maria berumur 33 tahun, penyakit TBC usus itu juga mulai menyerang tubuhnya dan akhirnya merenggut nyawanya. Hari itu tanggal 23 Juli 1870.

Hudson berlutut di samping ranjang dan berdoa: "Tuhan terima kasih, Engkau telah memberikan Maria kekasihku kepadaku. Terima kasih untuk masa dua belas setengah tahun yang telah kami lalui bersama-sama dengan bahagia. Terima kasih Engkau telah membawanya kepada-Mu. Aku kini kembali mengabdikan diriku dalam pelayanan-Mu. Amin."

"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13)
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Sepuluh hari setelah kematian istrinya, Hudson menulis surat kepada ibunya, "Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku gembira bahwa Tuhan melakukan atau dengan sengaja membiarkan semua hal, dan membuat segala-galanya bekerja bersama-sama demi kebaikan orang-orang yang mengasihi-Nya. Dia dan hanya Dia, yang tahu apa artinya istriku yang tercinta bagiku. Ia tahu bagaimana sinar mataku dan kegembiraan hatiku dalam dirinya .... Tapi, Ia berpendapat adalah baik mengambilnya; memang baik untuk dia dan dalam kasih-Nya. Ia mengambilnya tanpa rasa sakit; dan tidak kurang untukku yang sejak itu harus bekerja dan menderita sendiri, tetapi tidak sendirian karena Tuhan belum pernah begitu dekat kepadaku."

Hudson Taylor dilahirkan pada 21 Mei 1823 di Yorkshire, Inggris dan meninggal 3 Juni 1905. Hudson Taylor menjadi misionaris di negeri Cina dan mendirikan Cina Inland Mission (CIM), seorang Bentara Kristus, seorang yang menganggap dirinya hamba yang kecil dari Tuan yang besar. Dalam masa sukar seberat apa pun, Allah selalu menemukan orang-orang-Nya yang setia dan teguh dalam komitmennya kepada Kristus. Mereka adalah orang-orang yang mampu membuktikan bahwa, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13)

Biarlah kemenangan mereka memberi kesaksian yang menguatkan kita untuk bertahan, dan terus berkarya bagi-Nya. Bagaimana dengan Anda?

Diambil dari:
Judul majalah : ABBA GANG, Edisi April 1999
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Abbalove Ministries, Jakarta 1999
Halaman : 8 -- 9
Sumber : e-JEMMi 13/2008