Penginjilan Tetap Jalan Meskipun Serangan Menghadang !!

(Bangladesh)

Berikut ini adalah kisah seorang Penginjil yang melakukan pelayanan di Bangladesh, di antara saudara-saudara sepupu:

Suatu pagi, saya pergi mengunjungi beberapa petobat baru dan orang- orang non-Kristen yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Yesus. Untuk mengunjungi mereka, saya menyewa rickshaw (sejenis becak yang ditarik dari depan oleh manusia) dan sesudah makan siang saya mendapat kesempatan untuk bersaksi pada si penarik rickshaw yang telah seharian mengantar saya dari satu rumah ke rumah lainnya.

Sore harinya, ada dorongan kuat dalam hati saya untuk mengunjungi Azim, seorang petobat baru, dan memberikan dukungan rohani kepadanya. Azim sejak kecil telah menerima pengajaran iman Islam dari ayahnya, seorang profesor Islam dan pemimpin fundamentalis yang radikal. Namun Azim sekarang telah meninggalkan kepercayaannya yang lama dan menerima Tuhan Yesus sebagai Allah dan Juruselamatnya pribadi. Biasanya, saya mengajak seorang teman untuk melakukan kunjungan seperti ini. Tetapi kali ini, demi keselamatan Azim, saya pergi sendirian. Saya menuju rumahnya sesudah hari gelap untuk menghindari perhatian orang dan saya berbicara dengan Azim selama satu jam. Setelah itu, saya pulang dengan naik rickshaw dan dengan sengaja saya meminta penarik rickshaw itu untuk melalui jalan lain dari biasanya.

Kami melewati suatu daerah pertanian yang tidak ada satu rumah pun. Tiba-tiba 12 orang laki-laki melompat dari semak-semak. Mereka menangkap dan menarik saya keluar dari rickshaw. Tak sepatah kata pun mereka ucapkan ketika memukul kepala, muka, pundak, punggung dan kaki saya dengan tongkat besi. Karena ketakutan, si penarik rickshaw meninggalkan tempat itu secepat mungkin. Kelompok ini terus memukul saya sampai saya tidak sadarkan diri. Lalu mereka melempar saya ke selokan karena mengira bahwa saya sudah mati. Saya tidak tahu berapa lama saya terbenam di dalam lumpur.

Sungguh merupakan anugerah Allah, penarik rickshaw, yang mengantar dan sempat saya layani di siang hari itu, ternyata melewati tempat di mana saya berada. Tuhan pasti telah mengarahkan perhatiannya agar dapat melihat tubuh saya yang terbenam di dalam selokan. Dia turun, lalu membalikkan tubuh saya dan mengenali saya sebagai orang yang menyewanya siang hari tadi. Dia mengangkat saya dan menaruh saya di dalam rickshawnya, dan mengantar ke hotel tempat saya menginap. Lalu dia mencari dokter dan mengajaknya ke kamar saya. Setelah dua jam tidak sadar di kamar hotel, saya bangun dan merasakan sakit di sekujur tubuh saya. Paginya dalam keadaan masih lemah, saya merasa perlu segera meninggalkan hotel supaya para penyerang itu tidak menemukan saya. Azim, orang yang saya kunjungi mendengar mengenai penyerangan itu dan segera menemui saya. Ternyata, penyerang itu adalah para mahasiswa yang disewa ayahnya untuk membunuh saya segera setelah saya meninggalkan rumah Azim. Tapi puji Tuhan saya masih diberikan hidup dan dari peristiwa penyerangan itu justru telah mendorong Azim untuk semakin sungguh-sungguh memberitakan Kabar Baik setiap hari dari rumah ke rumah.

Sumber: NEWSBRIEF--2000-11-03

e-JEMMi 07/2001