Rwanda Tahun 2008

Mungkinkah gereja dipimpin oleh pendeta yang bukan orang Kristen? Pada akhir studi "Injil Sejati", seorang pendeta berdiri dan berkata, "Saya seorang pendeta. Saya menggembalakan banyak gereja. Namun, melalui pelajaran ini, saya menyadari bahwa saya bahkan bukan orang Kristen. Apa yang harus saya lakukan?"

Ternyata ia tidak sendiri. Dari 36 pendeta yang mengikuti pelatihan, 22 orang di antaranya berdiri dan menyatakan secara terang-terangan bahwa mereka baru saja percaya kepada Yesus yang menyelamatkan mereka. Banyak orang Rwanda yang percaya bahwa keselamatan adalah berbalik dari dosa dan masuk ke dalam suatu gereja atau agama. Para pendeta tersebut untuk pertama kalinya memahami bahwa keselamatan merupakan sebuah hubungan dengan Tuhan melalui karya Anak-Nya, Yesus Kristus.

Karena keterbatasan pendeta, maka banyak pendeta yang menggembalakan banyak gereja. Setelah mengikuti pelajaran pengajaran khotbah ekspositori, seorang pendeta bercerita, "Setelah saya berkhotbah dengan cara baru ini untuk pertama kalinya, banyak orang mendatangi saya dan berkata, 'Khotbah Anda benar-benar berubah -- khotbah Anda bagus!' Dan itu juga terjadi di gereja-gereja lain. Saat ini, saya diundang untuk melatih empat belas pendeta lain tentang bagaimana berkhotbah dengan menggunakan metode baru ini." (t/Setyo)

Diterjemahkan dari:

Nama buletin : Body Life, Edisi Juli 2008, Volume 26, No. 7
Nama kolom : World Christian Report
Judul asli artikel : Rwanda: Pastors Get Saved
Penerbit : 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena
Halaman : 4

Pokok doa:

  • Puji syukur kepada Tuhan yang sudah menjamah para pendeta di Rwanda. Biarlah hidup mereka betul-betul diubahkan dan pelayanan mereka menjadi berkat bagi banyak orang yang mereka layani.
  • Doakanlah agar pelatihan metode pengajaran tentang kebenaran Injil di Rwanda semakin berkembang. Doakan juga agar Tuhan mengirim lebih banyak pekerja untuk mengerjakan ladang misi di Rwanda.

e-JEMMi 49/2008



Proyek lintas agama dalam rangka menyediaan pipa air bersih di wilayah Rwanda bagian timur merupakan cara praktis untuk membayar ganti rugi terhadap kaum radikal di Afrika Timur yang dahulu dipinggirkan oleh orang Kristen, kata Uskup Besar Anglikan, EK.

"Kami (orang Kristen) melihatnya sebagai satu cara untuk mengatakan, 'Kami minta maaf,'" kata K berkaitan dengan proyek air di Gatore, bagian timur wilayah Kirehe, Rwanda. Rencana tersebut sudah dilaksanakan tanggal 19 Maret oleh Pendeta IN, Sekjen Lutheran World Federation dan Presiden Inter-Faith Action for Peace di Afrika.

"Proyek ini tidak hanya bertujuan menyalurkan air kepada orang-orang yang kekurangan air," tutur SYB, Imam Besar Provinsi Rwanda bagian timur. "Proyek ini menjadi contoh suatu bentuk kerja sama antaragama yang harmonis demi pembangunan kepada seluruh orang Afrika dan seluruh dunia."

"Kita tidak bisa keluar dan berbicara tentang rekonsiliasi jika kita sendiri masih saling bertentangan," imbuh K.

Dari 9,9 juta jiwa warga Rwanda, kurang lebih 4,6% -- 15% di antaranya beragama mayoritas. Namun, banyak laporan yang menunjukkan peningkatan jumlah penganut mayoritas dalam beberapa tahun setelah genosida. (t/Setyo)

Diterjemahkan dari:

Nama buletin : Body Life, Edisi Mei 2008, Volume 26, No. 5
Nama kolom : World Christian Report
Judul asli artikel : Christians Use Water Project to Reconcile with Muslim
Penerbit : 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena
Halaman : 3

Pokok doa:

  • Berdoalah bagi saudara seiman kita yang tinggal di Rwanda agar mereka bisa menjadi pembawa damai di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas belum mengenal Yesus.
  • Berdoalah supaya Tuhan mencurahkan hujan pertobatan atas Rwanda. Doakan juga untuk kerukunan umat beragama di Rwanda yang saat ini sedang diupayakan, agar pihak-pihak yang tengah bertikai dapat saling memaafkan dan mengasihi.

e-JEMMi 40/2008