USKUP HAIK HOVSEPIANS-MEHR (1946 -- 1994)

Pemimpin Sidang Jemaat Allah, Haik Hovsepians-Mehr, menjadi martir di tangan para penganut "agama lain" di Iran setelah negara tersebut menjadi republik "agama lain" pada tahun 1979. Di bawah ini adalah tulisan anak berumur sebelas tahun yang mengutip tulisan Haik Hovsepians-Mehr. Situasi di Iran sampai sekarang masih tetap sama.

Revolusi agama sangat memberkati gereja karena kami telah memeroleh banyak pelajaran melalui ini. Penganiayaan telah membuat orang-orang Kristen pilihan tetap melanjutkan pelayanan walaupun mengalami berbagai jenis perlawanan dari pihak yang berseberangan. Di waktu yang sama, penganiayaan membantu gereja untuk mengetahui siapa yang merupakan hamba Tuhan sesungguhnya dan siapa yang hamba Tuhan bayaran! Sebelum revolusi, kami memiliki "orang-orang Kristen Beras", tetapi setelah revolusi terjadi, tidak satu orang pun dari mereka yang kami lihat! Hari-hari ini, semua orang yang datang kepada Kristus harus membayar harga dengan nyawanya atau paling tidak kehilangan banyak uang maupun keuntungan. Kesatuan para hamba Tuhan dari berbagai denominasi adalah berkat yang luar biasa lainnya yang kami alami.

Seorang pendeta Presbiterian di kota Tabriz dipenjarakan dan dipukuli tanpa ampun. Satu minggu setelah dibebaskan dari penjara, dia mengalami sakit tulang punggung belakang dan sakit kepala yang luar biasa. Seorang saudara seiman di kota Ahwas dipenjarakan selama 27 hari. Dia diancam dan diminta bekerja sama dengan polisi untuk memberikan nama-nama petobat baru. Puji Tuhan, semua pendeta yang masih tinggal di Iran tetap setia dalam pelayanan, walaupun hampir semua dari mereka mengalami masalah yang sulit.

Banyaknya pendeta dan jemaat yang meninggalkan Iran adalah ancaman lain bagi keberadaan gereja di sini. Sejumlah besar pemimpin gereja dan jemaat yang mencari suatu kehidupan yang lebih baik dalam kerohanian dan keuangan, mulai pergi ke negara lainnya. Ini adalah pukulan hebat lainnya dari iblis bagi gereja. Lebih dari sepertiga pendeta Injili di sana meninggalkan Iran. Beratus-ratus orang Kristen Iran bermigrasi ke Barat sehingga gereja di sini menghadapi krisis besar.

Penganiayaan terus berlanjut. Mereka mencoba menangkap sebanyak-banyaknya pendeta dengan cara yang brutal. Seorang pendeta digantung di dalam penjara pada Desember 1990 yang lalu. Dia meninggalkan seorang istri yang buta dan empat orang anak. Dulunya dia berasal dari "agama lain" dan bertobat, lalu ditasbihkan menjadi seorang pendeta Pantekosta di kota Mashhad. Ada pula seorang penatua gereja yang sedang menghabiskan masa hukuman delapan tahun penjara. Dia dikenai dakwaan menjadi murtad menurut "agama lain". Masih banyak anggota jemaat lain yang dipenjarakan. Mereka dikenai dakwaan karena membawa orang lain kepada Kristus. Ini adalah hal yang luar biasa, bagaimana para petobat baru dari "agama lain" yang terkasih ini teguh bertahan demi iman di dalam Kritus. Ada satu kejadian, ketika pendeta Hossein Soudmand menjadi martir demi imannya, seorang petobat dari "agama lain" datang kepada saya dengan bercucuran air mata dan berkata, "Saya bingung mengapa saya tidak menjadi martir seperti pendeta itu." Segera sesudah itu, saudara seiman ini ditangkap. Dia dituduh menjual kitab Perjanjian Baru di jalan-jalan. Dia dipenjarakan selama 45 hari dan diperingatkan akan dibunuh karena imannya. Dia sudah mengucapkan selamat tinggal kepada istri dan anak-anaknya, tetapi ia dibebaskan setelah beberapa hari mendekam di penjara. Merupakan hal yang sangat umum terjadi di Iran, di mana orang-orang Kristen keluar masuk penjara atau mati sebagai martir.

Sebenarnya, banyak orang dari "agama lain" yang datang ke gereja dan mengemukakan keinginan mereka untuk bertobat, tetapi mereka takut akan hukuman mati. Kita percaya pada saat masalah ini terpecahkan, akan lebih banyak lagi orang-orang dari "agama lain" yang bertobat.

Satu hal yang kita tekankan di sini bahwa ada sejumlah kecil kelompok Kristen (dari etnis A) yang tidak memiliki masalah khusus. Bahkan pemerintah Iran berusaha sebaik mungkin untuk memecahkan masalah mereka. Mereka tidak pernah mengalami penganiayaan hanya karena menjadi Kristen. Penganiayaan terjadi ketika kami mulai melakukan penginjilan.

Kematian Uskup Haik dan kematian pendeta Iran lainnya telah menghasilkan buah. Hari-hari ini, beberapa ribu para petobat baru dari "agama lain" menyembah Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat di dalam rumah-rumah mereka dengan sembunyi-sembunyi. Perkiraan kasar jumlah para pemercaya Kristus ini adalah antara 15.000 sampai 25.000. Bahkan, jika perkiraan jumlah mereka di bawah angka-angka tersebut adalah mungkin saja benar, ini dapat menempatkan Iran sebagai negara yang memunyai petobat baru dari "agama lain" terbanyak di dunia "agama lain".

Keberanian dan pengorbanan dari saudara seiman kita dan sakitnya penderitaan yang dialami oleh janda-janda mereka tidaklah sia-sia. Berdoalah bagi orang Kristen dan lawatan Tuhan di Iran.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buleti : Kasih dalam Perbuatan, Edisi Juli-Agustus 2004
Penulis : Tidak Dicantumkan
Penerbit : Voice of the Martyrs
Halaman : 12

e-JEMMi 17/2008