Visi Gerakan Doa

Kegerakan doa terjalin dalam persatuan dan kesatuan gereja-gereja di Indonesia. Kegerakan doa ini merupakan penggenapan doa Tuhan Yesus supaya mereka semuanya menjadi satu dan orang akan mendengar suara Tuhan dan dunia akan percaya kepada-Nya. Sebagai akibat dari kegerakan ini adalah bangsa kita diberkati, kota-kota diberkati, banyak orang diberkati, suku-suku diberkati, banyak orang membesarkan dan memuliakan Tuhan.

DAMPAK dari kegerakan doa:

Transformasi Kota Melalui Doa

Ketika menyadari bahwa kita ini mempunyai kesalahan, kelemahan maka kita harus mengakuinya di hadapan orang lain. Kita mengakui bahwa kita membutuhkan orang lain dalam pelayanan ini. Tidak ada satu organisasi pun yang bisa membuat transformasi di Indonesia ini, kita harus bersama-sama dan kita satu di hadapan Tuhan. Transformasi perlu kelembutan hati untuk dapat menerima keberadaan orang lain.

Tiga tahapan awal untuk mencapai transformasi komunitas:

1. Saat pulang ke kota/daerah kita harus membentuk pangkalan rohani.

Kita tidak sanggup melakukannya dengan kekuatan kita sendiri namun Allah yang menyanggupkan kita -- akan ada kebangkitan rohani yang nyata dalam diri kita (Pengkhotbah 9:14-15). Awal kebangkitan adalah saat dimana gereja-gereja/pribadi-pribadi menyadari adanya hubungan yang rusak dengan Tuhan dan sesama serta hubungan itu perlu diperbaiki sehingga doa bersama di dalam kesatuan dapat tercapai.

2. Ada terobosan-terobosan rohani dimana semua denominasi/gereja akan bertumbuh dan menuai jiwa-jiwa.

Terjadi gelombang pertobatan dan gerakan doa syafaat yang menjadi kegiatan inti gereja, lembaga kristen, atau organisasi apapun. Nilai-nilai kerajaan Allah akan keluar dari gereja dan akan menyentuh setiap aspek di dalam kota (politik, ekonomi, pendoa syafaat). Ada infrastruktur dimana komunitas di dalam gereja sekota muncul lembaga-lembaga pelaksana, pelayanan, belas kasihan dimana ada sekolah pelayanan, menara doa, tim kepemimpinan gereja sekota lahir, semua pelayanan saling berkaitan dan membutuhkan.

Tim pendoa sekota yang mempromosikan dan mengharmonisasikan doa- doa ke seluruh kota (gereja, pemimpin, pendeta, para pemimpin kota, pengawas, pendoa syafaat, kubu spiritual):

3. Kita semua saling merendahkan diri dalam takut akan Kristus.

Melepaskan organisasi/denominasi kita masing-masing dan datang sebagai tubuh Kristus yang mewakili geereja-gereja Tuhan yang ada di negeri ini. Kita sudah terlalu lama menggunakan doa kita untuk kepentingan diri kita. Perhatikan Mazmur 2:8 -- doa bukan hanya untuk menjawab kebutuhan kita, namun juga untuk menjawab kerinduan Allah untuk melahirkan Indonesia baru. [DP/RM]

Sumber:
Artikel ini merupakan ringkasan dari renungan yang disampaikan oleh Iman Santoso, Ph.D. (Ketua Umum JDN), Ev. Daniel H. Pandji (Koordinator JDJB), dan Ir. Rachmat T. Manullang, MSi (Koordinator Training dan Fasilitator JDN).

e-JEMMi 23/2002