Gereja dan Misi

Ketika Yesus mengutus murid-murid-Nya dengan mengatakan "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (Yohanes 20:21). Dia menegaskan agar para murid dan pengikut-Nya melanjutkan pekerjaan yang telah Ia mulai. Sebagaimana Kristus telah diutus ke dunia oleh Bapa untuk "mencari dan menyelamatkan" mereka yang terhilang, secara tak langsung Ia juga mengutus gereja yang telah Ia dirikan untuk melakukan hal yang sama. Tuhan telah membuat gereja untuk menjadi saksi lewat perkataan dan perbuatan mereka kepada dunia.

Gereja adalah `yang terutus` untuk melanjutkan pekerjaan Yesus dalam mencari mereka yang terhilang sehingga mereka dapat diselamatkan dan turut serta dalam Kerajaan Surga. Ini, dalam kata lain, disebut sebagai pekerjaan misi. Misi adalah segalanya tentang gereja, orang-orang yang telah ditebus, yang dikirim atau diutus ke dunia untuk melaksanakannya. Gereja tidak dibuat untuk melakukan pekerjaan misi karena gereja itu sendiri adalah misi. Dengan kuasa Roh Kudus, gereja adalah alat dimana Kristus dapat melanjutkan pemenuhan misi-Nya. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8)


AMANAT AGUNG

Selain dalam ayat-ayat yang disebutkan di atas, Amanat Agung tersebut juga tertulis di kitab Matius 28:18-20, Markus 16:15, dan Lukas 24:47. Tidaklah penting untuk mempersoalkan keyakinan bahwa ayat-ayat tersebut adalah 5 versi berbeda dari sebuah perintah yang diberikan satu kali. Karena keempat penulis Injil itu telah mengutip Amanat Agung, wajar jika kita menganggap bahwa Amanat Agung tersebut adalah sebuah bagian penting dari perintah yang diberikan Kristus yang telah bangkit kepada para murid sebelum Dia terangkat ke surga.

Mari kita membaca kembali Matius 28:18-20, versi Amanat Agung terpanjang dan yang paling sering dikutip: "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Perlu dicatat bahwa perintah itu dimulai dengan pendeklarasian kebesaran kuasa Kristus dan kemudian diikuti kata "karena itu" yang berarti bahwa kuasa itulah yang menjadi dasar dari perintah untuk pergi, memuridkan, membaptis dan mengajar. Selanjutnya perintah itu pun ditutup dengan sebuah janji.

Dengan memberikan Amanat Agung, Yesus memberikan pada para murid-Nya perintah berkelanjutan untuk sepanjang masa dan segala tempat.

Dalam Perjanjian Baru, kita membaca bahwa gereja dengan penuh iman dan kuasa bersaksi pada orang-orang di seluruh daerah kekaisaran Romawi. Mereka terlibat dalam pekerjaan misi -- yakni mengirimkan orang-orang yang memenuhi syarat ke berbagai masyarakat di daerah dan budaya yang berbeda untuk mengabarkan dan menunjukkan kasih Kristus. Dengan melakukannya, Kerajaan Allah pun berkembang ke dalam jumlah yang mencengangkan.

GEREJA DAN ORGANISASI MISI SEBAGAI MITRA

Misi adalah tanggung jawab utama gereja. Meski demikian, akhir-akhir ini, sepertinya gereja telah memberikan tanggung jawab tersebut pada organisasi-organisasi misi yang mengambil peran besar dalam pengiriman misionaris.

Meski gereja harus memikul tanggung jawab utama dalam pengiriman misionaris, masih ada ruang untuk membina kerjasama yang baik dengan organisasi-organisasi misi dan organisasi pelayanan lainnya. Tidak ada gereja lokal yang benar-benar mengerti tentang kemungkinan situasi di suatu daerah misi yang terletak jauh dan begitu luas itu, dan organisasi misi di sini dapat membantu dengan segala pengetahuan dan pengalamannya. Bermodal fokus pada bidang dan pengalaman mereka, organisasi-organisasi misi telah mengembangkan pemahaman tersendiri mengenai suatu daerah misi tertentu, serta dapat memberikan bantuan dan fasilitas administratif untuk para pekerja. Dalam banyak kasus, organisasi misi telah lebih mempunyai pengalaman dengan "kebudayaan daerah sasaran", dan dapat membantu para misionaris pemula dalam hal pengurusan visa, pengetahuan bahasa, pemahaman budaya dan lainnya.

MENGAPA GEREJA PERLU MENGUTUS MISIONARIS?

  1. Karena misi adalah hakikat alami dari Tuhan. Misi adalah hati, sifat dan perbuatan Tuhan. Suatu dorongan untuk menyemaikan sifat alamiah Tuhan, dan yang melambangkan segala pekerjaan-Nya. Bapa adalah Tuhan yang diutus (Yohanes 20:21). Dan Ia adalah Bapa yang karena kasih, mengutus Yesus untuk menjangkau dunia

  2. Karena misi sebagai sifat alamiah gereja. Tujuan dari gereja untuk menyebarkan Injil Kristus dan melebarkan Kerajaan Tuhan. Kegagalan dalam melakukan tugas ini sama dengan kegagalan tujuan utama yang semula dicanangkan Kristus ketika mendirikan gereja. Kita diperintahkan untuk "mengabarkan" Kabar Baik atau seperti dikatakan penulis lagu "beritakan kabar baik". (1Petrus 2:9; Yesaya 43:10,21)

  3. Karena perintah Tuhan. Amanat Agung adalah perintah yang harus dituruti, bukan sekedar satu permintaan atau nasihat yang bisa tidak dituruti. John Stott menulis: "Gereja telah ada di bawah perintah. Tuhan yang telah bangkit telah menyuruh kita untuk pergi, berkhotbah, memuridkan dan itu telah cukup bagi kita."

Meski demikian, motivasi kita hendaknya bukan bersumber dari kepatuhan atas perintah yang kaku namun lebih dari kasih kita pada Yesus yang telah mengasihi para pendosa yang merindukan keselamatan. Harus bersumber dari hasrat kita yang menyala-nyala untuk melihat jiwa-jiwa datang pada Tuhan.

SIAPA YANG HARUS DIUTUS GEREJA?

  1. Mereka yang telah diselamatkan.

    Sikap alami yang harus dimiliki mereka yang telah diselamatkan seharusnya adalah keinginan untuk membagikan sukacita yang telah mereka rasakan dalam Yesus. Gereja, oleh karenanya, harus mengatur, melatih, memperlengkapi dan menggerakkan anggotanya untuk ambil bagian dalam setiap aspek di dunia misi. Setiap orang Kristen memiliki bagian dalam tugas besar misi dan kita harus bertanya pada Tuhan dan diri sendiri tentang hal ini.

  2. Mereka yang memenuhi syarat.

    Setiap tugas tertentu memerlukan orang tertentu pula. Kita perlu mempertimbangkan talenta rohani tiap orang, selain juga latihan, kemampuan, dan apakah ia mampu bekerja baik dalam kelompok, dengan partner, atau sendirian. Normalnya, persyaratan bagi misionaris meliputi pelatihan Alkitab resmi selain juga pengalaman dalam melayani di gereja. Fisik yang prima, kondisi kejiwaan dan emosi yang sehat juga penting. (Catatan: dalam artian lain, calon misionaris yang terbaik adalah yang dengan rendah hati menyadari bahwa ketaatan adalah yang lebih penting dari segala `persyaratan` yang ia miliki.) Persyaratan lain tergantung pada jenis tujuan pelayanan dari tiap misionaris, terutama di negara yang aturan visanya membatasi jumlah pengunjung yang tak terlatih atau tak memenuhi syarat. Status perkawinan juga harus dipertimbangkan bagi misionaris untuk disesuaikan dengan jenis masyarakat dan bidang pelayanan yang akan ia lakukan di ladang misi. Pergi sebagai lajang atau pasangan menikah masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian sendiri.

    Di daerah dengan budaya non-Kristen, misalnya, seorang misionaris wanita lajang mungkin hanya akan memiliki sedikit kesempatan untuk berbicara dengan pria, dan di banyak kasus, misionaris wanita juga harus lebih mempersiapkan diri untuk lebih banyak melayani wanita dan anak-anak. Di hampir kebanyakan situasi, pasangan misionaris yang menikah mungkin akan mendapati bahwa anak mereka pun dapat membantu dalam hal menjalin hubungan atau persahabatan. Di lain pihak, misionaris yang menikah juga harus meluangkan waktu untuk pasangan atau anaknya, yang karenanya akan membuatnya tak selalu siap sedia atau fleksibel.

    Status lajang juga dapat disalahpahami di beberapa budaya dimana pria dan wanita menikah di usia muda. Bahkan ada juga budaya yang menganggap jika ada seseorang yang masih belum menikah di usia tertentu, pasti ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Hal-hal seperti ini dan lainnya harus dipahami terlebih dulu.

  3. Mereka yang terpanggil.

    Tuhan memanggil para misionaris. Tuhan pulalah yang menyatukan Paulus dan Barnabas dan bukannya pasangan lain yang mungkin memiliki kemampuan yang sama. Gereja di Antiokhia mengutus mereka karena menaati perintah Roh Kudus (Kisah Para Rasul 13).

    Saat ini, Tuhan terus memanggil orang-orang tertentu untuk menjadi misionaris. Sebagai umat Tuhan, kita hendaknya tidak menahan namun bersedia melepaskan dan mendukung para hamba yang telah Ia utus untuk pelayanan tertentu.

GEREJA BERTANGGUNG JAWAB ATAS MEREKA YANG DIUTUS

  1. Dukungan rohani.

    Gereja harus mengutus para misionaris dengan diiringi banyak doa dan puasa (Kisah Para Rasul 13). Beberapa gereja mengadakan "Ibadah Pengutusan" untuk para misionaris mereka di tengah ibadah raya sehingga seluruh jemaat dapat terlibat dalam mendoakan dan mengirimkan orang tersebut. Berdoa secara teratur dan sungguh-sungguh bagi misionaris kita harus menjadi prioritas utama. Kita tidak boleh, setelah mengirim misionaris, kemudian tak peduli lagi dengan keadaannya, dengan tidak banyak mendoakannya. "... jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu ...." (1Samuel 12:23)

  2. Dukungan praktis.

    Gereja harus mengutus misionaris dengan dukungan praktis. Hal ini meliputi dukungan keuangan, perhatian pribadi dan gembala lewat jalinan komunikasi yang teratur via surat atau telepon; dan menjenguk jika ada kesempatan.

    Gereja hendaknya juga melihat apakah kebutuhan mendasar dan kebutuhan jasmani misionaris telah tercukupi. Hal ini meliputi makanan, pakaian, kebutuhan rumah tangga, transportasi, pendidikan anak-anak dan sebagainya. Seorang misionaris pernah bercerita betapa leganya ia ketika seseorang memberikan koper sebelum ia pergi. Hal itulah yang ia butuhkan pada saat itu karena ia mengalami kesulitan membawa barang-barangnya dalam tas kecil yang ia miliki.

    Biaya yang dibutuhkan untuk mengirim misionaris memang tinggi, karenanya banyak gereja terhalang masalah dana ini. Namun, beberapa gereja masih dapat melakukannya dengan cara mengumpulkan sumber-sumber yang dimiliki untuk mendukung kebutuhan pekerjanya. Dana yang kurang tidak boleh menghalangi kita untuk menjadi gereja misi.

KAPAN GEREJA MELAKUKAN PENGUTUSAN?

  1. Pada masa kemakmuran.

    Bagi mereka yang telah diberkati lebihlah, harapan ini digantungkan. Gereja-gereja yang memiliki banyak sumber dana dan sumber daya hendaknya mau melakukan pengutusan dan dukungan bagi kegiatan misi.

  2. Pada masa kesukaran.

    Penderitaan bukanlah alasan untuk tidak terlibat dalam kegiatan misi. Seringkali saat gereja sedang sangat membutuhkan baik sumber daya manusia atau materi, mereka cenderung hanya akan memikirkan kebutuhannya sendiri. Namun Alkitab mengatakan bahwa seharusnya bukan ini yang dilakukan.

    Kitab Wahyu mungkin ditulis pada masa penganiayaan gereja di bawah kekaisaran Romawi pada abad pertama. Walau demikian kita dapat melihat bahwa meski gereja sedang menderita, orang Kristen tetap mengemban tanggung jawabnya untuk menjadi kesaksian hidup untuk melaksanakan Firman Tuhan dan karya-karya-Nya di bumi.

    Gereja di Makedonia sedang dalam ancaman hukuman dan kemiskinan ketika mereka dengan tulus mengirimkan bantuan keuangan pada Paulus. Bahkan mereka berkorban dengan "sukacita meluap". Mereka menganggap bahwa adalah kesempatan istimewa untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan Paulus dan rekan. (2 Korintus 8:1-4) (t/Ary)

Bahan diterjemahkan dari sumber:

Judul Buku: Mission is for Every Church
Judul Artikel Asli: The Church and Mission
Penulis : Jojo Manzano
Penerbit: OMF Literature Inc, Philippines, 1994
Halaman : 37 - 45

e-JEMMi 06/2006