Seri Mutiara Iman (RBC/Yayasan Gloria/YLSA) SMI-006 Bagaimana Memahami Alkitab?

Bagian 0. Kata Pengantar

Bagaimana memahami Alkitab? Saya bahkan belum pernah belajar bahasa Yunani. Apakah saya harus menempuh pendidikan teologia dan memiliki satu seri lengkap buku tafsiran terlebih dahulu agar dapat memahami Alkitab? Atau, adakah metode tertentu bagi orang Kristen awam seperti saya untuk mempelajari Alkitab secara pribadi sehingga saya dapat mengalami kepenuhan dan sukacita? Dapatkah saya memahami apa yang dipaparkan di dalamnya dan mengaitkannya dengan situasi saat ini?

Jika Anda mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mungkin buku ini yang Anda butuhkan untuk menolong Anda memahami Firman Allah.


Diterbitkan untuk kalangan sendiri oleh Yayasan Gloria P.O. Box 13 YKGD, Yogyakarta 55224 SMI 006-94 Diterjemahkan dari How Can I Understand the Bible?
Naskah dilindungi oleh hak cipta (c) 1985 pada RBC Ministries (R) 317665, 014043 & 014174
Penerjemah: Elyani N. Ilustrator: Wid. NS
Cetakan I 1994. Cetakan II 1996. Cetakan III 1996
Sumbangan Biaya produksi Rp. 700,00

Bagaimana memahami Alkitab? Saya bahkan belum pernah belajar bahasa Yunani. Apakah saya harus menempuh pendidikan teologia dan memiliki satu seri lengkap buku tafsiran terlebih dahulu agar dapat memahami Alkitab? Atau, adakah metode tertentu bagi orang Kristen awam seperti saya untuk mempelajari Alkitab secara pribadi sehingga saya dapat mengalami kepenuhan dan sukacita? Dapatkah saya memahami apa yang dipaparkan di dalamnya dan mengaitkannya dengan situasi saat ini?

Jika Anda mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mungkin buku ini yang Anda butuhkan untuk menolong Anda memahami Firman Allah.


Diterbitkan untuk kalangan sendiri oleh Yayasan Gloria P.O. Box 13 YKGD, Yogyakarta 55224 SMI 006-94 Diterjemahkan dari How Can I Understand the Bible?
Naskah dilindungi oleh hak cipta (c) 1985 pada RBC Ministries (R) 317665, 014043 & 014174
Penerjemah: Elyani N. Ilustrator: Wid. NS
Cetakan I 1994. Cetakan II 1996. Cetakan III 1996
Sumbangan Biaya produksi Rp. 700,00

Bagian A. Menggali Pesan Allah

Tak seorang pun yang suka jika perkataannya dikutip di luar konteks. Jika hal ini terjadi, sekalipun kata-katanya telah dipilih dengan cermat, akan kehilangan kekuatan dan arti yang dimaksud. Perhatikan, sebagai contoh, pernyataan dari seorang presiden Amerika: "Saya lebih suka beremigrasi ke negara yang tidak berpura-pura mencintai kemerdekaan -- ke Rusia misalnya...." Setelah membaca kalimat ini, mungkin Anda akan memiliki kesan yang tidak menyenangkan terhadap orang ini. Kedengarannya sangat tidak patriotik. Mungkin Anda juga akan bertanya-tanya, orang Amerika seperti apakah ia sehingga mengucapkan kata-kata seperti itu. Dan Anda mungkin akan sangat terkejut, karena kalimat ini ditulis oleh pejuang hak asasi Amerika terkenal, Abraham Lincoln.

Permasalahan yang sebenarnya tidaklah terletak pada pernyataan Lincoln, tetapi pada bagaimana pernyataan itu diutarakan. Kata-kata itu dikutip di luar konteksnya. Kalimat ini tertulis dalam sebuah surat di mana Lincoln mengungkapkan dengan sedih berkenaan dengan kecenderungan berbahaya yang terjadi di Amerika. Ia merasa kuatir banyak orang hendak mengubah pernyataan "setiap orang diciptakan sama" menjadi "setiap orang diciptakan sama kecuali orang-orang bukan kulit putih." Jika hal ini terjadi, Lincoln berpendapat bahwa ia lebih senang tinggal di tempat yang pemerintahnya tidak berpura-pura menjunjung tinggi kemerdekaan. Konteks membuat segalanya berubah, karena kontekslah yang membuat kita mengerti dengan tepat apa yang dimaksud oleh Lincoln yang jujur.

Kata-kata manusia bukanlah satu-satunya hal yang dapat diputarbalikkan dengan cara mengubah konteksnya. Kadang-kadang Firman Tuhan direnggut dari tambatannya dan dibelokkan dari maksud sebenarnya. Apabila hal ini terjadi, berarti kita tidak menghargai Allah dengan cara mementingkan diri sendiri. Dan Allah disalahtafsirkan, disalahtempatkan, dan disalah mengerti. Hasil "perampokan" konteks ini jauh lebih berbahaya daripada membuat Abraham Lincoln menjadi orang yang tidak patriotik.

Kita harus sangat berhati-hati dalam mempelajari Alkitab. Merenggut bagian-bagian Alkitab dari konteksnya -- juga menambahkan asumsi-asumsi tertentu atau membenarkan suatu asumsi yang tidak benar -- merupakan suatu penghinaan terhadap sang Pencipta alam semesta. Dan hal itu akan menghancurkan usaha-usaha kita untuk menggali pesan Allah yang sesungguhnya.

Alkitab adalah pesan Allah kepada kita semua. Dia ingin kita memahaminya, dan Dia telah memberi Roh Kudus untuk menolong kita. Namun kita tidak akan pernah mengerti pesan-Nya -- dan memahami Alkitab dengan tepat -- jika kita mengabaikan prinsip-prinsip dasar penafsiran Alkitab.


"Kadang-kadang Firman Tuhan direnggut dari tambatannya dan dibelokkan dari maksud sebenarnya.... Allah disalahtafsirkan, disalahtempatkan, dan disalah mengerti."

Buku ini ditulis dengan dua alasan, yakni untuk meyakinkan bahwa Anda dapat memahami Alkitab, dan untuk memperkenalkan cara penafsiran dengan metode kontekstual. Ketika Anda mempelajari Kitab dari segala kitab ini dengan jujur, dikontrol oleh Roh Kudus dan sesuai dengan konteksnya, maka Anda akan menemukan bahwa Anda dapat memahami Alkitab.

Bagian B. Menafsir Alkitab

Sebagai orang awam, Anda tidak perlu dibingungkan dengan
aturan-aturan rumit untuk memahami Alkitab. Ingat saja satu kata
dalam benak Anda: konteks. Seseorang pernah berkata, "Ada tiga
pedoman untuk berhasil menafsir Alkitab. Pertama adalah 'konteks.'
Kedua adalah 'konteks.' Ketiga adalah 'konteks.'" Penggunaan prinsip
dasar ini melibatkan empat unsur seperti digambarkan di bawah ini.

      
              + + + + + + + + + + + + + + +
                +     Latar Belakang     +
                  +        Yang        +
                    +      Terkait   +
                      +            +
                        ----------
            Kebenaran-  +        +  Keseluruhan
            kebenaran   +  TEKS  +    Alkitab
              Dasar     +        +
                        ----------
                      +            +
                    +    Penerapan   +
                  +    Secara Wajar    +
                +                        +
              + + + + + + + + + + + + + + +

Diagram ini menggambarkan bagaimana keempat pedoman konteks
ini berkaitan dengan upaya memahami Alkitab. Keempat pedoman ini
adalah: latar belakang yang terkait, keseluruhan Alkitab, penerapan
secara wajar dan kebenaran-kebenaran dasar.

PEDOMAN KONTEKS 1: Latar Belakang yang Terkait

PEDOMAN KONTEKS 2: Keseluruhan Alkitab

PEDOMAN KONTEKS 3: Penerapan Secara Wajar

PEDOMAN KONTEKS 4: Kebenaran-kebenaran Dasar


  1. Latar Belakang yang Terkait

  2. Keseluruhan Alkitab

  3. Penerapan Secara Wajar

  4. Kebenaran-kebenaran Dasar

PEDOMAN KONTEKS 1:

Latar Belakang yang Terkait

Latar Belakang
Yang
Terkait

Hal ini mengacu pada ayat-ayat yang secara langsung mendahului
(sebelum) dan yang mengikuti (sesudah) bagian Alkitab tertentu.
Seseorang yang memperhatikan dengan cermat "bahan-bahan"
yang ada di sekitar bagian tersebut akan terhindar dari berbagai
kesalahan yang umumnya terjadi. Perhatikan beberapa contoh
berikut:

1Yohanes 1:9. Kata-kata yang mudah dikenali dalam ayat ini
adalah tentang pengakuan dosa yang sering dikaitkan sebagai penentu
keselamatan. Namun adanya kata kita pada konteks sebelumnya membuat
hal ini jelas bahwa Yohanes tidak mengalamatkan kalimat ini kepada
orang-orang yang belum percaya. Melainkan lebih kepada orang-orang
yang telah percaya (1Yohanes 1:6,7,8,10), dan ia menunjukkan
kepada mereka bagaimana berjalan bersama Allah yang telah menyelamatkan
mereka.

1Petrus 3:3. Sebagian orang Kristen memakai kata-kata
"Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan
mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas" sebagai larangan
bagi wanita untuk pergi ke salon kecantikan dan mengenakan perhiasan.
Namun bila kita membaca terus, kita akan menjumpai kalimat "tetapi
perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi." Jelas bahwa
sang rasul tidak mengatakan bahwa merapikan rambut atau mengenakan
perhiasan itu salah. Ia hanya mengatakan bahwa kaum wanita harus
memberi tekanan yang lebih besar pada kualitas pribadi di "dalam"
yang akan menghasilkan kecantikan karakter, bukan pada penampakan
luar.

Yakobus 1:5. Yakobus menasehatkan, "Tetapi apabila di antara
kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada
Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan
dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan
kepadanya." Kalimat ini banyak ditafsir sebagai janji bahwa kita akan
menerima kecakapan atau pengetahuan tanpa harus mempelajarinya
terlebih dahulu, dengan cara meminta melalui doa. Namun konteks
menunjukkan bahwa Yakobus sedang berbicara secara khusus tentang
pemberian hikmat untuk mengatasi ujian dan pencobaan.

2Korintus 10:4. Pernyataan Paulus "karena senjata kami
dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang
diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan
benteng-benteng" telah dikutip oleh orang-orang yang cinta damai
untuk mendesak negara mereka melakukan perlucutan senjata. Namun
konteks membuatnya jelas bahwa Rasul Paulus mengacu pada peperangan
rohani antara orang-orang percaya melawan musuh-musuh yang tidak
kelihatan.

Filipi 4:13. Komentar Paulus "segala perkara dapat kutanggung
di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" seringkali diartikan
bahwa jika iman kita cukup kuat, kita akan menerima kekuatan untuk
mencapai segala tujuan pribadi. Namun latar belakang bagian ini
menunjukkan bahwa Rasul Paulus berbicara secara khusus tentang
kekuatan Allah yang akan tetap kita terima, baik pada waktu
kekurangan maupun kelimpahan. Terlebih lagi bagian ini harus
diartikan bahwa kita dapat melakukan segala sesuatu yang Allah
inginkan melalui Yesus Kristus.



"Ada tiga pedoman untuk berhasil menafsir Alkitab, yakni:
konteks, konteks, dan konteks."


Kesalahan menafsir teks Alkitab dapat dihindari jika kita
memperhitungkan latar belakang yang terkait dari teks tersebut.
Memperhatikan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya seharusnya merupakan
langkah awal yang lazim dan logis dalam menafsir Alkitab. Terlepas
dari itu, jika kita akan mengutip pembicaraan teman-teman kita, tentu
kita akan mempertimbangkan latar belakang pembicaraan mereka, bukan?
Namun terkadang, jika hal itu diterapkan terhadap Allah yang adalah
Penulis Alkitab, kita seringkali gagal dalam memberikan penghargaan
yang sama.


  1. Latar Belakang yang Terkait

  2. Keseluruhan Alkitab

  3. Penerapan Secara Wajar

  4. Kebenaran-kebenaran Dasar

PEDOMAN KONTEKS 2:

Keseluruhan Alkitab

keseluruhan

Alkitab

Pedoman kedua dari penafsiran kontekstual adalah mempertimbangkan
bagian tersebut dalam hubungannya dengan keseluruhan Alkitab. Hal ini
sangat penting karena akan mencegah orang yang mempelajari Alkitab
melakukan kesalahan fatal.

Tuhan Yesus sendiri menunjukkan betapa pentingnya mengenali
konteks suatu bagian dalam hubungannya dengan kerangka dari
keseluruhan Alkitab. Setelah berpuasa selama 40 hari dan 40 malam,
Dia dicobai Iblis. Sang Juruselamat mengutip Alkitab untuk mengatasi
tiga pencobaan unik dari Iblis. Mula-mula ia menyarankan agar Tuhan
menyatakan keilahian-Nya dengan cara mengubah batu menjadi roti.
Namun Tuhan Yesus menolak dengan mengutip Ulangan 8:3 sebagai
jawabannya. Iblis kemudian memutuskan untuk mengutip sedikit bagian
Alkitab untuk kepentingannya. Ia membawa Tuhan Yesus ke atas bubungan
bait Allah dan menganjurkan agar Dia menjatuhkan diri ke bawah. Si
jahat kemudian mengutip Mazmur 91:11-12, "...Ia akan memerintahkan
malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas
tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu" (Matius 4:6).
Namun Yesus menjawab dengan perkataan, "Ada pula tertulis: Janganlah
engkau mencobai Tuhan, Allahmu!," dikutip dari Ulangan 6:16

.

Perhatikan kata pula pada kalimat "ada pula tertulis." Dengan
demikian Tuhan Yesus menyatakan kepada Iblis bahwa Dia tidak dapat
menuntut janji dalam Mazmur 91:11-12 tanpa mempertimbangkan larangan
dari Ulangan 6:16. Tak seorang pun memiliki hak untuk mengutip satu
ayat Alkitab, mengabaikan latar belakangnya, dan menghubungkannya
dengan bagian-bagian lain untuk membenarkan apa yang ingin dilakukan
atau dikatakannya.

Kata-kata Yesus dalam Matius 10:5-7 menunjukkan kepada kita
gambaran pentingnya menafsir satu bagian dalam kerangka keseluruhan
Alkitab.

"Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke
dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang
hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga
sudah dekat...."

Yesus memerintahkan para rasul untuk mengajar hanya kepada
orang-orang Yahudi. Apakah hal ini berarti bahwa orang-orang Kristen
selama berabad-abad yang lalu telah melakukan kesalahan dengan
memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa asing? Tentu saja tidak!
Setelah kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus memerintahkan orang-orang
yang sama agar menjadikan "semua bangsa murid-Ku" (Matius 28:19).
Mahasiswa teologia dengan segera mengetahui bahwa ketika berada di
dunia, Yesus hidup sebagai keturunan Yahudi di bawah wewenang hukum
Musa, dan pada saat itu pintu keselamatan belum terbuka bagi semua
orang sampai Dia harus mati di kayu salib.



"Membaca satu bagian dari Alkitab sebagai bagian yang terpisah,
sama seperti melihat sekeping jigsaw puzzle. Alkitab adalah
satu kesatuan yang utuh."


Oleh karena itu, seorang pemula seharusnya tidak mencoba
menguraikan bagian yang sulit. Selagi membaca dan mempelajari
Alkitab, pertama-tama ia harus memenuhi pikirannya dengan
doktrin-doktrin dan bagian-bagian yang terlebih dahulu telah
dipahaminya, sebelum meneruskan pada bagian-bagian yang lebih sulit.

Membaca satu bagian dari Alkitab sebagai bagian yang
terpisah, sama seperti melihat sekeping jigsaw puzzle (mainan dari
gambar yang terpotong dan harus disusun lagi). Potongan-potongan itu
tidaklah berarti sampai kita melihatnya terletak pada tempat yang
tepat dalam gambar yang utuh. Seperti hal itu, Alkitab juga adalah
satu kesatuan yang utuh. Alkitab adalah Firman Allah, bukan sekadar
kumpulan kitab. Benar bahwa Alkitab ditulis selama jangka waktu lebih
dari 1500 tahun. Benar pula bahwa Alkitab ditulis oleh 40 orang yang
berbeda dan dalam tiga bahasa. Namun setiap orang menulis dalam
pimpinan Roh Kudus. Dan Roh yang sama itulah yang menjamin bahwa
setiap penulis menguatkan tulisan penulis lain, dan bahwa setiap
kitab memberi sumbangan terhadap kebenaran Allah secara menyeluruh.

Oleh karena kebenaran inilah, setiap orang Kristen harus
mengenal secara dekat pesan utama dari keseluruhan Alkitab. Semakin
baik kita menguasai pengajaran yang ada di dalamnya, semakin baik
kita memahami penggalan-penggalan yang berbeda. Dan bagian-bagian
yang sulit akan menjadi lebih mudah untuk dimengerti.


  1. Latar Belakang yang Terkait

  2. Keseluruhan Alkitab

  3. Penerapan Secara Wajar

  4. Kebenaran-kebenaran Dasar

PEDOMAN KONTEKS 3:

Penerapan Secara Wajar

Penerapan

secara wajar

Prinsip kontekstual ketiga adalah penerapan secara wajar, artinya
setiap kata yang dipakai diartikan sama seperti pemakaian umum. Kita
harus memberlakukan tata bahasa yang benar dan lazim pada Alkitab,
sama seperti pada buku-buku lain. jika kita membaca tulisan paparan
sebagai fakta, kita harus menerimanya sebagai cerita dari peristiwa
yang benar-benar terjadi, sebelum kita membuat penerapan secara
rohani atau mencari arti yang tersembunyi. Jika kita membaca cerita
perumpamaan, kita harus mencari pokok pikiran dari ilustrasi itu
terlebih dahulu. Berusahalah menerima segala tulisan secara harfiah
(literal), kecuali jika nyata-nyata kita tidak mungkin melakukannya
atau menganggapnya demikian. Kalimat-kalimat kiasan, pernyataan-
pernyataan puitis, simbol-simbol dan ungkapan-ungkapan biasanya cukup jelas sehingga mudah dikenali.

Sebagai contoh penyimpangan aturan penerapan secara wajar,
mari kita lihat bagaimana pemahaman beberapa orang tentang kisah
seekor keledai yang dapat berbicara yang terdapat dalam
Bilangan 22:1-41. Keledai betina yang dikendarai Bileam itu
ketakutan ketika melihat Malaikat Tuhan menampakkan diri tiga kali.
Sebanyak itu pula Bileam memukul keledai itu agar menuruti tujuannya.
Pada penampakan Malaikat Tuhan yang ketiga, keledai itu enggan melangkah
lagi dan berbicara, "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau
memukul aku tiga kali?"

Nah, pernahkah Anda melihat Malaikat Tuhan dengan pedang
terhunus? Pernahkah Anda mendengar seekor keledai berbicara seperti
manusia? Untuk mempercayai bahwa hal ini benar-benar terjadi,
dibutuhkan keyakinan akan adanya mukjizat. Orang-orang tertentu
menyatakan bahwa kita tidak boleh mempercayai bagian ini secara
harfiah. Beberapa orang menegaskan bahwa peristiwa itu hanya suatu
penglihatan saja. Lainnya berpendapat bahwa penulis bagian Alkitab
ini bermaksud memberi kita sebuah alegori (kiasan) bahwa Malaikat
dengan pedang terhunus menggambarkan perasaan bersalah Bileam.
Sedangkan kaki yang terhimpit batu mewakili rasa pedih yang dialami
Bileam karena terus-menerus dituduh hati nuraninya.

Aturan dari penerapan secara wajar menuntut adanya penerimaan
bahwa kisah Bileam ini merupakan suatu peristiwa yang benar-benar
terjadi. Jika kita cenderung berpikir bahwa kisah ini merupakan
penglihatan atau alegori, mestinya ada petunjuk yang diberikan kepada
kita untuk konteks tersebut.

Ungkapan-ungkapan Kiasan

Penerapan secara wajar juga akan menghindarkan kita dari kebingungan
yang ditimbulkan oleh ungkapan-ungkapan kiasan. Terlepas dari hal
itu, kita sering menggunakannya dalam pembicaraan sehari-hari karena
ungkapan-ungkapan kiasan dapat menyatakan pikiran dan perasaan kita
dengan efektif. Kiasan adalah gambaran dalam kata-kata. Sebagai
contoh, pernyataan "kakiku mulai beku." Jika yang menyatakan ini
adalah seseorang yang sedang memancing ikan yang berada di bawah
permukaan lapisan es, kita tidak akan melihat kalimat yang
diucapkannya sebagai ungkapan kiasan. Kita tahu bahwa ia akan segera
meninggalkan tempat dingin itu dan pindah ke tempat yang hangat.
Namun jika seseorang membisikkan kalimat itu sambil mengendap
mendekati sebuah rumah untuk menangkap seorang perampok bersenjata,
kita akan tahu bahwa ia tentu tidak hendak menghangatkan kaki. Ia
ingin menyatakan, "Saya takut" dan "Saya berpikir dua kali untuk
melakukan penyergapan ini."

Tuhan Yesus kadang-kadang memakai ungkapan-ungkapan kiasan
untuk memancing pemikiran atau sebagai alat untuk mengajar. Biasanya
ungkapan kiasan tidak terlalu sulit dipahami bila kita mengerti
aturan penerapan secara wajar.



"Kita sering menggunakan ungkapan-ungkapan kiasan dalam
pembicaraan sehari-hari karena ungkapan-ungkapan kiasan
dapat menyatakan pikiran dan perasaan kita dengan efektif."


Pada suatu kesempatan, Tuhan Yesus berkata kepada Rasul
Petrus, "Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang
kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan
di dunia ini akan terlepas di sorga" (Matius 16:19). Kita tidak perlu
bertanya apakah kata kunci di sini merupakan ungkapan kiasan atau
bukan. Kerajaan sorga bukanlah tempat yang dikelilingi tembok dengan
pintu yang membutuhkan kunci (dalam arti yang sesungguhnya) untuk
membukanya. Dalam konteks ini, kunci -- bahkan dalam Perjanjian Lama
(Yesaya 22:22) -- merupakan simbol kewenangan. Petrus diberi wewenang
membuka pintu kekristenan. Ia menggunakan wewenang tersebut di
kalangan orang Yahudi pada hari Pentakosta (Kisah 2:1-47), di
kalangan orang Samaria ketika menumpangkan tangan pada orang-orang
percaya karena pemberitaan Filipus (Kisah 8:1-40), dan di
kalangan orang-orang bukan Yahudi saat ia berkhotbah di rumah
Kornelius (Kisah 10:1-48).

Tuhan berkata, "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan
rumah janda-janda..." (Matius 23:14). Tak pelak lagi bahwa Dia
menunjuk pada tindakan-tindakan mereka yang tidak jujur, bukan dalam
arti harfiah memakan kayu dan adukan semen sebuah rumah. Ketika Yesus
menyebut mereka "pemimpin-pemimpin buta" yang menapiskan nyamuk
tetapi menelan unta (Matius 23:24), Dia mengecam mereka karena lebih
memperhatikan pelanggaran kecil atas hukum yang mereka buat sendiri
daripada menghargai persoalan-persoalan besar menyangkut keadilan dan
kebenaran.

Simbol-simbol

Beberapa khotbah dalam Alkitab menggunakan simbol. Sebuah simbol
biasanya adalah sebuah objek yang nampak atau melambangkan sesuatu
yang tidak kelihatan atau bersifat rohani. Banyak simbol dalam
Alkitab yang telah dijelaskan oleh penulisnya. Dalam Daniel 2:1-49
misalnya, diperlihatkan suatu gambaran patung besar dengan kepala
dari emas, dada dan lengan dari perak, perut dan paha dari perunggu,
dan kaki dari besi. Daniel kemudian menjelaskan bahwa itu adalah
gambaran kerajaan Babilon, Media Persia, Yunani dan Romawi. Kita
tidak perlu menerka artinya, karena secara khusus telah dinyatakan.



"Sebuah simbol biasanya adalah sebuah objek yang nampak atau
melambangkan sesuatu yang tidak kelihatan atau bersifat rohani."


Meskipun beberapa simbol tidak dijelaskan, arti atau maksud
dari simbol-simbol tersebut akan terjelaskan dengan sendirinya.
Sebagai contoh, dalam Wahyu 1:12-16 Yesus digambarkan sedang berjalan
di antara tujuh kaki dian emas. Kita diberitahu bahwa tujuh kaki dian
tersebut melambangkan tujuh gereja di Asia Kecil yang kepadanya
Kristus berbicara (ayat Wahyu 1:20). Namun bagian ini tidak memberi
keterangan lebih lanjut mengenai kata-kata yang digunakan untuk
menggambarkan Tuhan (ayat Wahyu 1:18). Mata-Nya bagaikan nyala api,
kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara dan dari mulut-Nya keluar
sebilah pedang tajam bermata dua. Namun secara umum arti simbol-simbol ini
tidaklah sulit dipahami jika kita melihat konteksnya. Kalimat "mata-Nya
bagaikan nyala api" menggambarkan bahwa Dia melihat dan membakar kejahatan
dalam gereja-gereja tersebut. Gambaran ini secara keseluruhan menegaskan
kekudusan Tuhan selagi Dia menyelidiki dan menghakimi gereja-gereja-Nya.
Kita tidak perlu berpikir untuk menempuh pendidikan teologia terlebih
dahulu sebelum mendalaminya.


  1. Latar Belakang yang Terkait

  2. Keseluruhan Alkitab

  3. Penerapan Secara Wajar

  4. Kebenaran-kebenaran Dasar

PEDOMAN KONTEKS 4:

Kebenaran-kebenaran Dasar

Kebenaran-

Kebenaran
Dasar

Seseorang yang ingin memahami Alkitab harus
terlebih dahulu memusatkan perhatian pada hal-hal
pokok yang menjadi dasar iman Kristen. Ia harus
bertumbuh mantap dalam hal pemahaman rohani dan
dan hidup kekristenan, serta menolak daya tarik
topik-topik yang tidak utama yang dapat menyebabkan
penyimpangan atau kesalahan.

Rasul Paulus menegaskan prinsip-prinsip kebenaran yang
mendasar dalam suratnya yang kedua kepada Timotius. Ketika ia
menuliskannya dari dalam penjara, menunggu hukuman mati, ia
memprihatinkan beberapa orang yang mengaku Kristen yang terlibat
dalam perdebatan sia-sia mengenai hal-hal yang tidak utama. Oleh
karena itu, ia mendesak Timotius untuk mengajarkan
kebenaran-kebenaran utama, dan menunjuk pemimpin-pemimpin yang akan
terus mengajar mereka (2Timotius 1:13; 2:1-2,11-13,19,22). Ia terus
mengingatkan anak rohaninya ini untuk tidak terlibat dalam penyakit
bersilat kata. Kemudian ia memerintahkan Timotius untuk
memperingatkan jemaat yang suka beromong kosong tentang topik-topik
kecil dari Alkitab (2Timotius 2:14,16-18).

Agar berpijak pada hal-hal dasar, kita harus mengajarkan
doktrin-doktrin utama yang dapat diringkas sebagai berikut:


  1. Satu Allah dalam tiga pribadi -- Bapa, Anak dan Roh Kudus.

  2. Ke-66 kitab dari Alkitab diinspirasikan secara lengkap, suatu
    pewahyuan yang sempurna dari Allah.

  3. Ketuhanan Yesus Kristus: Kelahiran-Nya dari anak dara,
    kemanusiaan-Nya yang tidak berdosa, kematian-Nya yang menggantikan,
    kebangkitan-Nya yang ragawi, kenaikan-Nya ke sorga, dan
    kedatangan-Nya kembali ke bumi kelak.

  4. Keselamatan hanya oleh iman kepada Yesus Kristus, bukan karena
    usaha manusia, dan semata-mata karena anugerah.

  5. Darah Kristus berkuasa menghapuskan dosa setiap orang yang datang
    kepada Allah melalui Dia.

  6. Perlunya perbuatan baik setelah menerima keselamatan untuk
    menyatakan ucapan syukur dan kesaksian yang hidup kepada dunia
    tentang kuasa Allah yang mengubahkan.

  7. Kebangkitan tubuh: tempat tinggal yang mulia dan abadi tersedia
    bagi orang yang percaya di sorga, dan penghukuman abadi di neraka
    bagi orang yang menolak Kristus.

  8. Satu gereja yang sejati, tubuh Kristus, yang terdiri dari semua
    orang percaya tanpa memandang warna kulit, ras atau kedudukan, dan
    kebutuhan akan keberadaan dan dukungan gereja lokal yang percaya
    kepada kebenaran Alkitab.

  9. Kebutuhan akan pertumbuhan iman tiap-tiap hari melalui waktu
    teduh, pemahaman Alkitab, doa dan kesaksian.

  10. Ketaatan mutlak terhadap perintah Kristus untuk mewartakan kabar
    baik kepada semua bangsa dan mengajar orang percaya akan kebenaran
    Firman Allah.

  11. Kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang telah dekat untuk membawa
    umat-Nya dari dunia dan kemudian membangun Kerajaan-Nya di bumi.



"Kepercayaan yang dilandasi kasih kepada sang Penulis Alkitab
merupakan persiapan terbaik untuk memahami Alkitab secara
bijaksana."

-H.C. Trumbull


Jika kita berkonsentrasi pada kebenaran-kebenaran dasar ini,
kita akan terhindar dari pemborosan waktu pada persoalan-persoalan
yang tidak utama. Kita akan lebih terfokus pada aspek-aspek utama
dari hidup kristiani. Dan yang terpenting, Allah akan menghindarkan
kita dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.

Bagian C. 12 Aturan Pemahaman Alkitab

Jika kita menerapkan prinsip-prinsip kontekstual yang telah dijelaskan, kita akan melihat di dalamnya telah teringkas elemen-elemen dasar penafsiran Alkitab. Namun, kita juga akan sangat terbantu dengan menggunakan 12 pedoman yang menguraikan cara tersebut dengan lebih detil, sebagaimana dipaparkan di bawah ini.

  1. Mintalah pertolongan Roh Kudus. Roh Kudus dikaruniakan kepada untuk memperjelas isi Alkitab dan membuatnya menjadi hidup saat kita mempelajarinya. Mintalah penerangan dari-Nya.
  2. Pahami Alkitab secara harfiah (literal). Artikan kata-kata yang ada seperti penggunaan yang lazim. Perhatikan tata bahasa, susunan kalimat dan paragrafnya.
  3. Pertimbangkan konteks yang terkait. Latar belakang khusus dari setiap tulisan sangatlah penting. Hal itu menolong kita mengerti kapan penafsiran non-harfiah (tidak literal) diperlukan dan akan memperjelas bagian yang sedang kita baca.
  4. Tanamkan keutuhan isi Alkitab dalam pikiran. Mengembangkan pemahaman berdasarkan pesan Alkitab secara utuh akan mencegah kita membangun doktrin yang salah karena penafsiran yang tidak tepat terhadap ayat tertentu.
  5. Berkonsentrasilah pada kebenaran-kebenaran yang pokok (utama). Hindari masalah-masalah yang menjadi perdebatan, dan tolak godaan yang dapat menggelincirkan kita ke hal-hal yang spekulatif (dugaan yang tidak berdasar kuat).
  6. Ingatlah pembaca mula-mula. Setiap bagian Alkitab ditujukan kepada orang-orang tertentu dengan suatu maksud. Carilah maksud tersebut sebelum Anda membuat aplikasi yang sesuai dengan situasi saat ini.
  7. Mulailah dengan bagian-bagian yang lebih mudah. Anda harus bertumbuh dahulu dalam pemahaman tentang kitab-kitab Injil (Matius, Markus Lukas dan Yohanes) dan Roma sebelum mulai menggali kitab Yehezkiel atau Wahyu.
  8. Mulailah dari hal-hal yang diketahui ke hal-hal yang tidak diketahui. Pahamilah bagian-bagian yang sulit, tidak jelas, dan kontroversial dengan tuntunan kebenaran yang telah pasti, jelas dan mudah dipahami.
  9. Nikmatilah gambaran-gambaran dalam Alkitab. Bahasa penggambaran (metafora, kiasan, penokohan dan simbol) menjadikan Alkitab berkilauan. Gunakan kamus untuk menolong kita memahami artinya.
  10. Pekalah terhadap pola-pola nubuatan. Tandailah unsur-unsur nubuatan yang segera digenapi setelah nubutan itu dinyatakan. Kemudian carilah hal-hal yang digenapi pada kedatangan Kristus yang pertama. Akhirnya, temukan nubuatan-nubuatan yang akan digenapi pada waktu kedatangan-Nya kembali.
  11. Dapatkan gambaran umum terlebih dahulu. Bacalah sebagian besar atau seluruh kitab sebelum memahami lebih dalam satu pasal atau ayat-ayat di dalamnya. Setiap penulis memiliki gaya penulisan dan pesan-pesan khusus yang akan disampaikan dalam setiap kitab yang ditulisnya.
  12. Sadari keterbatasan Anda. Akuilah bahwa dalam hidup ini kita tidak mungkin dapat memahami seluruh kebenaran yang tertuang dalam Buku yang diinspirasikan Allah ini.

Bagian D. Penuntun Pemahaman Alkitab Pribadi:

  1. Tabel Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
    1. Penuntun Untuk Mempelajari Perjanjian Lama
    2. Penuntun Untuk Mempelajari Perjanjian Baru
  2. Memilih Alkitab untuk Bahan Pemahaman
  3. Alat Bantu untuk Pemahaman Alkitab
  4. Bagaimana Cara Menggunakan Buku Tafsir

PENUNTUN UNTUK MEMPELAJARI PERJANJIAN LAMA










JENIS TULISAN : SEJARAH/BIOGRAFI (Kejadian sampai Ester, kecuali Imamat)
SITUASI ROHANI DAN BUDAYA : Allah menjangkau manusia di mana mereka berada dan mewahyukan diri dan kebenaran-Nya secara bertahap.
AJUKAN PERTANYAAN KUNCI : Apa yang terjadi? Kapan? Mengapa hal itu dicatat? Apa yang dinyatakannya tentang Allah? Tentang sejarah manusia? Pelajaran praktis apakah bagi kita saat ini?


JENIS TULISAN
:
HUKUM (Imamat; beberapa bagian Keluaran; Bilangan; dan Ulangan)
SITUASI ROHANI DAN BUDAYA
:
Hukum-hukum ini diberikan kepada bangsa Israel yang hidup di tengah-tengah bangsa bengis penyembah berhala. Beberapa hukum diadaptasi untuk diberlakukan secara praktis waktu itu.
AJUKAN PERTANYAAN KUNCI
:
Apa maksud hukum-hukum tersebut? (Gal 3:19-25). Apakah hukum khusus yang saya pelajari adalah perintah dasar? Jika itu merupakan hukum sipil, mengapa Allah memberikannya? Jika bersifat tatacara, bagaimana hal itu dapat melambangkan bayang-bayang keselamatan dalam PB? Apa yang dapat saya pelajari dari hal tersebut?


JENIS TULISAN
:
PUISI/HIKMAT (Ayub sampai Kidung Agung)
SITUASI ROHANI DAN BUDAYA
:
Puisi Ibrani dipenuhi dengan gambaran. Gagasan-gagasan diulang dengan kata-kata yang berbeda. Secara umum Amsal mengungkapkan prinsip, bukan janji-janji Allah.
AJUKAN PERTANYAAN KUNCI
:
Apa arti bagian ini bagi orang-orang sebelum zaman Kristus? Apa artinya bagi saya? Apa yang disampaikannya tentang penyembahan? Tentang kehidupan? Tentang Allah?


JENIS TULISAN
:
NUBUATAN (Yesaya sampai Maleakhi)
SITUASI ROHANI DAN BUDAYA
:
Nubuatan bukanlah ide sederhana yang kemudian menjadi sejarah. Nubuatan atas suatu peristiwa yang akan terjadi di masa depan terkait dengan peristiwa yang akan terjadi dalam waktu dekat.
AJUKAN PERTANYAAN KUNCI
:
Apa konteks sejarah dari nubuat ini? Apakah sudah digenapi sebelum Kristus? Melalui Kristus? Unsur nubuatan apakah yang masih belum digenapi? Apa yang dapat saya pelajari dari nubuatan ini?

  1. Tabel Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
    1. Penuntun Untuk Mempelajari Perjajian Lama
    2. Penuntun Untuk Mempelajari Perjajian Baru
  2. Memilih Alkitab untuk Bahan Pemahaman
  3. Alat Bantu untuk Pemahaman Alkitab
  4. Bagaimana Cara Menggunakan Buku Tafsir

PENUNTUN UNTUK MEMPELAJARI PERJANJIAN BARU









JENIS TULISAN : INJIL
(Matius sampai Yohanes): Kelahiran, pengajaran, mujizat, penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus
SITUASI ROHANI DAN BUDAYA : Yesus berbicara terutama kepada orang-orang Yahudi yang hidup di bawah hukum Taurat dan yang beribadah di bait Allah. Gambaran-gambaran tersebut terdapat di dalam semua Injil.
AJUKAN PERTANYAAN KUNCI : Apa maksud tindakan dan perkataan Tuhan bagi orang-orang pada zaman-Nya? Bagaimana saya dapat menerapkannya pada kehidupan saat ini?




Sejarah kekristenan pada abad pertama.





JENIS TULISAN : KISAH PARA RASUL
SITUASI ROHANI DAN BUDAYA : Kabar baik tentang keselamatan melalui Kristus diterima bukan saja oleh kaum Yahudi, tetapi juga oleh bangsa-bangsa asing. Masa transisi dari kepercayaan Yudaisme kepada kekristenan berlangsung secara berangsur-angsur.
AJUKAN PERTANYAAN KUNCI : Unsur apakah yang terdapat dalam pengalaman dan pengajaran para rasul yang memiliki arti penting pada masa transisi tersebut? Manakah yang dapat saya terapkan dalam kehidupan?









JENIS TULISAN : SURAT-SURAT PARA RASUL
(Roma sampai Yudas): Surat-surat yang ditulis dan ditujukan kepada gereja-gereja dan/atau pemimpin-pemimpin gereja.
SITUASI ROHANI DAN BUDAYA : Kepada gereja-gereja dan para pemimpinnya telah diberikan petunjuk-petunjuk teliti tentang iman kepada Allah dan petunjuk-petunjuk praktis bagi gereja segala zaman.
AJUKAN PERTANYAAN KUNCI : Siapa penulis surat ini? Mengapa surat ini ditulis? Kepada siapa surat ini ditujukan? Apa garis besar isi surat ini? Doktrin dasar apa yang ingin diajarkan? Bagaimana menerapkannya dalam hidup saya? Dalam gereja? Pada orang non-Kristen?









JENIS TULISAN : WAHYU
Gambaran rencana Allah tentang akhir zaman dalam bahasa simbolik.
SITUASI ROHANI DAN BUDAYA : Sebuah pesan bagi gereja-gereja pada akhir abad pertama dan bagi semua orang percaya segala zaman. Berbicara tentang peristiwa yang akan terjadi di masa depan.
AJUKAN PERTANYAAN KUNCI : Mengapa kitab ini ditulis? Kepada siapa kitab ini ditujukan? Apa yang dibicarakan di dalamnya? Nilai apakah yang ingin disampaikan kepada pembaca mula-mula? Tuntunan apakah yang kita dapat darinya?

  1. Tabel Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
    1. Penuntun Untuk Mempelajari Perjanjian Lama
    2. Penuntun Untuk Mempelajari Perjanjian Baru
  2. Memilih Alkitab untuk Bahan Pemahaman
  3. Alat Bantu untuk Pemahaman Alkitab
  4. Bagaimana Cara Menggunakan Buku Tafsir

MEMILIH BAHAN PEMAHAMAN ALKITAB

Dr. Irving Jensen, guru besar Alkitab dari Bryan College, yang pemahaman Alkitab induktifnya telah dikenal secara luas, memulai pelajaran metode pemahaman Alkitab di kelasnya dengan menunjukkan empat hal pokok untuk melakukan pemahaman Alkitab, yakni: Alkitab, mata, pensil, dan kertas.

Hal pertama adalah Alkitab. Anda dapat menggunakan Alkitab Terjemahan Baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) sebagai pedoman pembacaan. Juga tidak tertutup kemungkinan Anda menggunakan Alkitab dalam bahasa Indonesia sehari-hari sebagai pembanding. Namun itu saja belumlah cukup. Akan sangat menolong bila Anda juga menggunakan Alkitab bahasa Inggris dan Alkitab khusus untuk pemahaman Alkitab.

Khusus untuk Alkitab bahasa Inggris, haruslah dipilih dengan bijaksana. Pertama-tama Anda harus mempertimbangkan versi yang akan digunakan, sebelum membeli Alkitab tersebut. Berbagai penjelasan dan catatan khusus yang ada di dalamnya akan memberi berbagai informasi yang berguna, menghemat waktu dan mencegah Anda menarik kesimpulan yang salah. Mari kita perhatikan beberapa versi Alkitab bahasa Inggris yang dapat kita gunakan dalam pemahaman Alkitab.

Terjemahan Alkitab Dalam Bahasa Inggris

  • The King James Version. Versi ini telah digunakan selama berabad-abad. Keindahan bahasanya telah dikenal oleh berjuta pembaca. Versi ini akan sangat menolong bila digunakan sebagai rujukan untuk menjelaskan arti kata-kata yang telah kuno.

  • The New King James Version. Versi yang lebih kemudian ini diterbitkan oleh Thomas Nelson, dengan memperbarui bahasa yang digunakan pada versi King James namun tetap mempertahankan gayanya yang unik.
  • The New American Standard Bible Version. Bahasa yang digunakan dalam Alkitab ini adalah bahasa yang paling harfiah dari bahasa Ibrani dan Yunani. Diterbitkan oleh Lockman Foundation. Banyak pengajar Alkitab merekomendasi Alkitab versi ini untuk bahan pemahaman Alkitab pribadi
  • The New International Version. Terjemahan ini dilakukan oleh International Bible Society bekerjasama dengan Zondervan. Versi ini mengkombinasikan teks pengajaran formal dan gaya penulisan harfiah yang mudah dibaca.
  • Alkitab untuk Pemahaman

    • The New Scofield Reference Bible. Sebuah hasil kerja yang handal dari C.I. Scofield yang diperbarui tahun 1966 di bawah koordinasi E. Schuyler English. Catatan kaki, ringkasan doktrin, catatan pinggir dan atlas akan sangat menolong kita. Kata pengantar diberikan pada setiap kitab, disertai kepala pasal dan perikop.

  • Thompson Chain-Reference Bible. Keistimewaannya terletak pada sistem indeks ringkasan topik yang demikian cermat dari lebih kurang 4.200 pokok bahasan dalam Alkitab. Topik-topik ini disusun sedemikian rupa sehingga menyajikan kekayaan informasi yang siap dimanfaatkan. Manfaat lainnya adalah adanya analisa pada setiap kitab, garis besar biografi karakter dalam Alkitab, keselarasan berita Injil dan atlas berindeks dari Rand-McNally.
  • The Ryrie Study Bible. Catatan-catatan kaki dari buku karya Charles Ryre ini memberikan ringkasan tafsiran dari seluruh Alkitab. Sistem referensi silang marginal dan indeks yang penting, disajikan bersama peta Hammond dan tabel berdasarkan masa. Setiap kitab diberi garis besar yang cermat dan mendalam.
    1. Tabel Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
      1. Penuntun Untuk Mempelajari Perjanjian Lama
      2. Penuntun Untuk Mempelajari Perjanjian Baru
    2. Memilih Alkitab untuk Bahan Pemahaman
    3. Alat Bantu untuk Pemahaman Alkitab
    4. Bagaimana Cara Menggunakan Buku Tafsir

    ALAT-ALAT BANTU PEMAHAMAN ALKITAB

    Pada masa kini tidaklah sulit mencari buku-buku yang dirancang untuk memperlengkapi pembaca dalam mempelajari Alkitab secara pribadi. Di bawah ini kami sarankan beberapa di antaranya.

    Konkordansi

    • Konkordansi Alkitab. Konkordansi ini dalam bahasa Indonesia, dikerjakan oleh Dr. D.F. Walker, diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia dan Kanisius.
    • Strong's Exhaustive Concordance of the Bible. Konkordansi ini telah menjadi referensi standar pemahaman Alkitab selama beberapa dekade. Daftar kata-kata yang disusun menurut abjad (teks King James Version) menawarkan referensi silang yang sangat menolong. Adanya kamus singkat bahasa Yunani dan Ibrani menambah manfaat buku ini.
    • Young's Analytical Concordance to the Bible
    • Cruden's Complete Concordance

    Ensiklopedia Alkitab

    Ensiklopedia Alkitab biasanya merupakan titik mula yang baik untuk memahami dengan lebih dalam sebuah kitab atau topik khusus.

    • Ensiklopedia Alkitab Praktis, diterbitkan oleh Lembaga Literatur Baptis.
    • Ensiklopedi Perjanjian Baru, diterbitkan oleh Kanisius.
    • The Zondervan Pictorial Encyclopedia of the Bible. Ensiklopedia ini sebanyak 5 volume, diterbitkan oleh Zondervan Publishing House.
    • Wycliffe Bible Encyclopedia. Ensiklopedia ini sebanyak 2 volume, diterbitkan oleh Moody Press
    • .
    Buku Pegangan Alkitab

    Buku pegangan pemahaman Alkitab berisi antara lain: bahan-bahan pengantar, latar belakang, tabel-tabel informasi, atlas, gambar-gambar dan komentar ringkas.

    • The New Unger's Bible Handbook, diterbitkan oleh Moody Press.
    • Eerdman's Handbook to the Bible, diterbitkan oleh Eerdmans Publishing Company.

    Kamus Alkitab

    Kamus Alkitab memuat penjelasan kata-kata penting dalam Alkitab.

    • Kamus Alkitab, diterbitkan oleh Nusa Indah.
    • Kamus Alkitab, diterbitkan oleh YPI Immanuel.
    • Kamus Istilah Teologia, diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia.
    • Unger's Bible Dictionary, diterbitkan oleh Moody Press.
    • New Bible Dictionary, diterbitkan oleh Eerdmans Publishing Company.

    Tafsiran Alkitab

    • Tafsiran Alkitab Masa Kini (3 jilid), diterbitkan oleh Yayasan Komunikasi Bina Kasih.

  • Tafsiran Alkitab, diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia.
  • The Wycliffe Bible Commentary (1 vol.), diterbitkan oleh Moody Press. Eksposisi ringkas ini menyajikan informasi latar belakang, garis besar dan tafsiran.
  • The Bible Knowledge Commentary (2 vol.), diterbitkan oleh Victor Books. Ditulis oleh staf Dallas Theological Seminary, merupakan kombinasi dari pengajaran yang tajam dan jelas.
  • Atlas Alkitab

    Atlas dapat menjadi petunjuk yang berharga untuk menempatkan orang dan lokasi pada sudut pandang yang tepat.

    • Atlas Alkitab Masa Kini, diterbitkan oleh SAAT.
    • Atlas Alkitab, diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia.
    • Peta Alkitab, diterbitkan oleh SAAT.
    • Atlas of Bible Lands, diterbitkan oleh Hammond, Inc.
    • Bakers's Bible Atlas, diterbitkan oleh Baker Book House.
    • The Moody Atlas of Bible Lands, diterbitkan oleh Moody Press.
    Pemahaman Bahasa

    Untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang arti kata, sejarah dan konteks linguistik dalam Alkitab, buku-buku berikut ini sangat baik.

    • An Expository Dictionary of Biblical Words, karya W.E. Vine, diterbitkan oleh Revell.
    • Theological Wordbook of the Old Testament (2 vol.), diterbitkan oleh Moody Press.
    • Dictionary of New Testament Theology (3 vol.), diterbitkan oleh Zondervan Publishing House
    Pemahaman Topik

    Semua ayat dalam topik-topik khusus dikumpulkan dan diklasifikasikan.

    * Nave's Topical Bible, diterbitkan oleh Moody Press.

    Pengantar Alkitab

    Pengantar Alkitab menawarkan pandangan tentang penulis, teologia, dan latar belakang sejarah.

    • Pengantar Perjanjian Lama, diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia.
    • Mari Mengenal Perjanjian Lama, diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia.
    • Pengantar Perjanjian Baru, diterbitkan oleh Kalam Hidup.
    • Dunia Perjanjian Baru, diterbitkan oleh Yakin dan Gandum Mas.
    • A Survey of Old Testament, diterbitkan oleh Moody Press.
    • Introduction to the New Testament, diterbitkan oleh Eerdmans Publishing Company.
    • New Testament Indoduction, diterbitkan oleh InterVarsity Press.

    1. Tabel Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
      1. Penuntun Untuk Mempelajari Perjajian Lama
      2. Penuntun Untuk Mempelajari Perjajian Baru
    2. Memilih Alkitab untuk Bahan Pemahaman
    3. Alat Bantu untuk Pemahaman Alkitab
    4. Bagaimana Cara Menggunakan Buku Tafsir

    CARA MENGGUNAKAN BUKU TAFSIRAN

    Tafsiran adalah buku yang menguraikan dan menjelaskan teks Alkitab. Tafsiran yang baik melibatkan setiap ayat -- memberi arti kata, menjelaskan latar belakang, dan menawarkan rujukan dari bagian-bagian lain Alkitab. Sebagian besar tafsiran adalah hasil studi yang cermat, tekun dan dilandasi doa. Beberapa di antaranya diterbitkan dalam satu atau dua volume, lainnya dalam satu seri lengkap. Tafsiran sangat diperlukan bagi pemahaman Alkitab yang efektif, tetapi harus digunakan secara tepat. Sebelum Anda menggali sendiri suatu bagian Alkitab dengan teliti, kami tidak menganjurkan Anda memakai buku tafsiran.

    Setelah Anda berusaha sebaik-baiknya untuk memahami suatu bagian, barulah Anda membandingkannya dengan tiga atau empat tafsiran yang baik. Jika Anda menggunakan tafsiran sebelum berusaha menggalinya sendiri, hal itu akan mempersempit wawasan pemikiran Anda. Jika Anda hanya bersandar pada apa yang ditulis orang lain, Anda akan kehilangan gairah dalam menggali dan sukacita dari proses kreatif yang dipimpin Roh Kudus dalam pemahaman Alkitab.

    Manfaat efektif apakah yang dapat diberikan buku-buku tafsiran yang baik ketika Anda melakukan pemahaman Alkitab? Di bawah ini ada beberapa hal yang mungkin Anda harapkan.

    1. Kadang-kadang tafsiran dapat meyakinkan pengertian Anda akan bagian tersebut. Jika Anda menemukan semua tafsiran yang Anda gali secara pokok menginterpretasikan hal yang sama, Anda dapat diyakinkan bahwa kesimpulan yang Anda tarik adalah tepat.
    2. Kadang-kadang tafsiran akan mempertajam pemahaman kita akan bagian tersebut. Para penafsir mungkin memberi wawasan yang tidak pernah terpikir oleh Anda, dengan demikian akan memperdalam dan memperkaya pemahaman Anda akan bagian tersebut.
    3. Kadang-kadang tafsiran membuat Anda mengevaluasi kembali penafsiran Anda. Suatu kali mungkin Anda menemukan bahwa tafsiran yang Anda pakai memberikan kesimpulan yang berbeda dengan kesimpulan yang Anda tarik. Anda juga mungkin akan menemukan bahwa antara satu tafsiran dengan tafsiran lainnya berbeda. Jika hal ini terjadi, Anda patut bersyukur atas penggalian yang Anda lakukan. Hal ini akan menolong Anda untuk mengevaluasi pandangan-pandangan tersebut. Setelah dipikirkan secara cermat, Anda mungkin akan memilih sebuah penafsiran yang sangat berbeda dengan penafsiran yang mula-mula Anda tarik.

    4. "Jika Anda menggunakan tafsiran sebelum berusaha menggalinya sendiri, hal itu akan mempersempit wawasan pemikiran Anda."

    5. Kadang-kadang tafsiran memperlihatkan bahwa pemahaman Anda akan bagian tersebut hampir semua salah. Dengan membaca tafsiran, Anda akan memperoleh informasi yang akan menyadarkan Anda dari kesalahan persepsi atau pemahaman terhadap suatu elemen dalam bagian atau ayat yang Anda pelajari. Jika hal ini terjadi, Anda harus kembali ke teks dan memikirkannya kembali.

    Bagian E. Pedoman untuk Menafsir Nubuatan

    Untuk memahami bagian-bagian Alkitab yang mengungkapkan nubuatan,
    orang Kristen harus mengetahui dua hukum, dan mengikuti enam aturan
    penafsiran.

    DUA HUKUM

    1. Hukum Referensi Ganda. Kadang-kadang nubuatan tertuju pada
    manusia, tetapi memiliki elemen-elemen yang dapat diterapkan pada
    makhluk adikodrati atau manusia di masa yang akan datang. Sebagai
    contoh, pada kisah pengutukan ular setelah kejatuhan manusia dalam
    dosa, Allah mengatakan bahwa Dia akan mengadakan permusuhan antara
    ular dan perempuan (Kejadian 3:14-15). Di sini Allah menunjuk pada
    Iblis, yang berbicara melalui ular untuk mencobai Hawa. Dia sedang
    menubuatkan pergumulan antara Kristus dan Iblis (Roma 16:20;
    Galatia 3:16; Ibrani 11:15; Wahyu 19:11 - 20:10).

    Nubuatan dalam Yesaya 14:1-32 dan Yehezkiel 28:1-26
    tertuju pada raja-raja Israel. Namun dalam setiap penggenapannya, tidak
    dapat dibatasi hanya pada orang-orang tersebut ketika mereka muncul dalam
    sejarah. Keduanya mengacu pada Iblis, memberi informasi tentang ia
    yang tidak terdapat di tempat lain dalam Alkitab.

    2. Hukum Perspektif Nubuatan. Para nabi sering menggambarkan
    peristiwa-peristiwa di masa yang akan datang dalam suatu gambaran
    tanpa menunjukkan pemisahan dalam hal waktu. Hal ini dapat
    diumpamakan seperti memandang puncak-puncak gunung dengan sekali
    pandang tanpa memperhatikan lembah-lembah di antara puncak.

    Yesus menggunakan hukum perspektif nubuatan ketika Dia
    membacakan Kitab Suci di sebuah sinagoga di Nazaret. Dia membuka
    gulungan kitab Yesaya dan membaca:

    "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
    menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah
    mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
    tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan
    orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan
    telah datang" (Lukas 4:18-19).

    Kemudian Yesus menutup gulungan kitab tersebut. Orang-orang yang
    telah mengenal Yesaya 61:1-2 dengan baik mestinya bertanya-tanya
    mengapa Yesus berhenti di tengah-tengah ayat kedua. Dia tidak
    membacanya karena bagian terakhir dari ayat Yesaya 61:2, "dan hari
    pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung," mengacu
    pada masa kesengsaraan. Jadi bagian pertama Yesaya 61:1-2 adalah
    nubuatan tentang kedatangan Yesus yang pertama; sedangkan bagian terakhir
    adalah nubuatan tentang kedatangan-Nya yang kedua. Nabi Yesaya melihat
    semuanya itu dengan sekali pandang. Ia tidak mengetahui bahwa sedikitnya
    ada rentang waktu duaribu tahun memisahkan kedua fase dalam nubuatannya.


    Nubuatan dalam Yoel 2:28-32 juga memiliki penggenapan ganda.
    Bagian pertama digenapi saat Pentakosta, seperti yang dikatakan Rasul
    Petrus dalam khotbahnya (Kisah 2:17-21). Namun bagian
    kedua, yang mengacu pada bulan yang berubah menjadi darah dan
    tanda-tanda adikodrati lainnya, belum digenapi pada awal masa gereja
    mula-mula (Kisah 2:19-20). Hal itu akan terjadi pada masa
    kesengsaraan yang mendahului kedatangan kembali Kristus dengan segala
    kemuliaan-Nya.

    ENAM ATURAN


    1. Tafsirkan dalam konteks. Bersama seluruh bagian Alkitab,
      pertimbangkan penulis/pembicaranya, situasi, orang-orang yang menjadi
      tujuan pemberitaan, dan subjek nubuatan.

  • Tafsirkan secara harfiah (literal). Berikan arti yang lazim pada
    setiap kata, kenalilah gambaran-gambaran yang ada dalam pembicaraan.
    Jika para nabi menyebutkan jumlah hari atau tahun, terimalah apa
    adanya.
  • Berhati-hati dengan simbol. Jangan mengartikan bagian nubuatan
    dengan arti simbolik atau rohani bila penafsiran harfiah cukup logis.
    Sebagai contoh, gempa bumi dalam Wahyu 6:12-17 harus diterima
    sebagai gempa bumi yang sesungguhnya; bukannya diartikan sebagai
    perpecahan yang terjadi di antara umat manusia.
  • Lihatlah penggenapan yang segera akan terjadi. Pertama-tama
    lihatlah pada unsur-unsur nubuatan yang digenapi hanya dalam jangka
    waktu beberapa tahun, kemudian yang digenapi selama kedatangan
    Kristus yang pertama dan yang akan digenapi pada kedatangan-Nya yang
    kedua.
  • Tetaplah konsisten. Jangan memperlakukan nubuatan-nubuatan Kristus
    berbeda dari nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama.
  • Jangan mengartikan terlalu jauh. Tolaklah godaan untuk menjadikan
    detil-detil kecil sebagai dogma. Beberapa pertanyaan berkenaan dengan
    akhir zaman, tetap tidak akan terjawab.

  • Tujuh manfaat pemahaman Alkitab bagi kita:

    1. Menyadarkan kita akan dosa (Ibrani 4:12)

    2. Membersihkan kita dari pencemaran dosa (Mazmur 119:9,11)

    3. Memberikan kekuatan (Keluaran 12:1-51; Ulangan 8:3)

    4. Memberitahu kita apa yang harus dilakukan (Yakobus 1:2)

    5. Mempersenjatai kita untuk menang atas dosa (Efesus 6:17)

    6. Menjadikan hidup kita berbuah (Mazmur 1:1-3)

    7. Memberikan kuasa dalam doa (Yohanes 15:7)

    - Wilbur M. Smith

    Bagian F. "Alkitab Adalah Milik Kita"

    Banyak orang merasa bahwa mereka tidak mungkin dapat memahami Alkitab, tidak peduli seberapa keras mereka mencoba. Bill dan Gwen Petroski juga merasakan hal tersebut sampai sesuatu terjadi dan membukakan jalan bagi mereka. Inilah kisah mereka.

    "Salah satu berkat terbesar dalam hidup kami adalah mengetahui bahwa kami dapat membaca dan memahami Alkitab. Kami berdua tumbuh dalam kepercayaan yang tidak menekankan pada kebenaran Alkitab.

    "Setelah menikah, kami mulai memikirkan hal-hal rohani. Kami merasa tidak puas sama sekali. Kami ingin anak-anak kami mengenal Allah dan memiliki nilai-nilai kristiani. Karena itu kami mulai menyelidiki Alkitab.

    "Kemudian pada suatu saat kami menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi. Kami mulai menghadiri gereja yang mengkhotbahkan kebenaran Alkitab dan mendengar Firman Tuhan. Perlahan-lahan kami mulai menyadari bahwa Alkitab adalah milik kami dan kami dapat membaca dan mempelajarinya bagi diri kami sendiri."

    Gwen: "Saya masih ingat dengan jelas ketika pertama kali membaca kitab Ibrani. Suatu Minggu pagi saya membacanya sampai selesai. Airmata saya mengalir, dan hal ini masih terjadi jika saya menyadari bahwa tembok pemisah antara Allah dan saya telah dirubuhkan, dan kini saya memiliki jalan kepada Allah."

    Bill: "Ketika pertama kali membaca Efesus 2:8-9 dan memahami bahwa keselamatan hanya oleh kasih karunia karena iman, hati saya dipenuhi rasa syukur kepada Allah. Bagian itu selalu menjadi favorit saya.

    "Sekarang kami tahu bahwa Alkitab adalah milik kami. Sementara kami terus membaca dan mempelajarinya, kami merasa Alkitab lebih berarti lagi bagi kami daripada sebelumnya. Kami mencoba menerapkan pengajaran-pengajarannya dalam kehidupan, sehingga anak-anak kami dapat melihat bahwa Firman Tuhan sungguh nyata bagi mereka."

    Kesaksian Bill dan Gwen ini mengungkapkan getaran hati mereka karena menemukan kekayaan kebenaran rohani melalui pemahaman Alkitab pribadi. Roh Kudus melayani setiap orang percaya dengan cara-Nya yang khusus melalui Firman Tuhan, tetapi Dia juga memberikan pemahaman kepada orang-orang non-Kristen yang membaca Alkitab dengan kesungguhan hati mencari Allah.

    Carl Armerding menceritakan kisah tentang seorang gembala domba di Australia dan istrinya yang mengenal Kristus dengan cara demikian. Mereka mulai membaca kitab Roma dari Alkitab tua milik keluarga untuk melewatkan waktu senggang di malam hari. Setelah beberapa waktu, pria itu berkata, "Istriku, jika isi buku ini benar, kita adalah pendosa-pendosa di hadapan Allah. Kita adalah orang-orang hukuman." Sebagai kesimpulan dari pembacaan mereka selama beberapa hari, pria itu berseru, "Istriku, bila buku ini benar, kita tidak perlu terus-menerus menjadi orang-orang hukuman. Seseorang bernama Yesus Kristus telah mengambil alih hukuman kita dengan cara mati bagi kita. Namun Dia hidup kembali dan Dia ingin kita percaya kepada-Nya."

    Sungguhpun orang-orang ini memiliki pendidikan yang sangat terbatas, mereka mampu memperoleh kebenaran dasar yang diperlukan bagi keselamatan mereka dari Alkitab. Ketika mereka membaca Alkitab, mereka makin menemukan bahwa Alkitab diperuntukkan bagi mereka.

    Alkitab juga diperuntukkan bagi Anda. Alkitab diperuntukkan bagi semua orang.

    Bagian G. Daftar Pertanyaan untuk Pemahaman Alkitab

    Pertanyaan-pertanyaan tentang sebuah perikop dari Alkitab.

    • Apakah saya mengerti arti dari kata-kata dalam perikop ini sebelum saya tafsirkan?
    • Sudahkah saya membaca ayat-ayat yang mendahului perikop ini?
    • Sudahkah saya memeriksa pasal sebelum dan sesudahnya?
    • Apakah saya mengerti tujuan dari kitab di mana perikop ini terletak?
    • Apakah saya mengerti arti ungkapan kiasan di dalamnya?
    • Sudahkah saya melihat di atlas tempat-tempat yang disebutkan di dalamnya?
    • Sudahkah saya menggunakan kamus Alkitab untuk mengenali orang-orang yang disebut di dalamnya?
    • Sudahkah saya membaca perikop-perikop paralelnya?
    • Sudahkah saya memeriksa kitab lain dengan topik ini?
    • Sudahkah saya mengikuti aturan penafsiran simbol, bentuk dan nubuatan?
    • Sudahkah saya memeriksa ulang tafsiran saya dengan membandingkannya dengan buku tafsiran yang handal?
    • Apakah saya terjebak dengan berfokus pada hal-hal kecil yang akan mengesampingkan kebenaran dasar?
    • Sudahkah saya menemukan janji-janji Allah untuk diharapkan?
    • Apakah ada perintah-perintah untuk ditaati?
    • Apakah saya bersedia menerapkan kebenaran-kebenaran ini dalam kehidupan saya?
    • Apakah ada dosa yang harus dihindari?
    • Sudahkah saya mengenali kutipan-kutipan Perjanjian Lama dan memeriksa konteksnya?

    Pertanyaan-pertanyaan tentang sebuah perikop dari Alkitab.

    • Apakah saya mengerti arti dari kata-kata dalam perikop ini sebelum saya tafsirkan?
    • Sudahkah saya membaca ayat-ayat yang mendahului perikop ini?
    • Sudahkah saya memeriksa pasal sebelum dan sesudahnya?
    • Apakah saya mengerti tujuan dari kitab di mana perikop ini terletak?
    • Apakah saya mengerti arti ungkapan kiasan di dalamnya?
    • Sudahkah saya melihat di atlas tempat-tempat yang disebutkan di dalamnya?
    • Sudahkah saya menggunakan kamus Alkitab untuk mengenali orang-orang yang disebut di dalamnya?
    • Sudahkah saya membaca perikop-perikop paralelnya?
    • Sudahkah saya memeriksa kitab lain dengan topik ini?
    • Sudahkah saya mengikuti aturan penafsiran simbol, bentuk dan nubuatan?
    • Sudahkah saya memeriksa ulang tafsiran saya dengan membandingkannya dengan buku tafsiran yang handal?
    • Apakah saya terjebak dengan berfokus pada hal-hal kecil yang akan mengesampingkan kebenaran dasar?
    • Sudahkah saya menemukan janji-janji Allah untuk diharapkan?
    • Apakah ada perintah-perintah untuk ditaati?
    • Apakah saya bersedia menerapkan kebenaran-kebenaran ini dalam kehidupan saya?
    • Apakah ada dosa yang harus dihindari?
    • Sudahkah saya mengenali kutipan-kutipan Perjanjian Lama dan memeriksa konteksnya?