You are hererenungan / Rumus Kepercayaan Daud yang Hakiki

Rumus Kepercayaan Daud yang Hakiki


By suwandisetiawan - Posted on 20 February 2019

Saat kita lemah dan berada dalam situasi sulit, masihkah kuatkah kepercayaan kita kepada Tuhan? Atau, sebaliknya, kita marah dan menyalahkan Tuhan? Bagaimana kalau kita ternyata lebih sering mengalami yang kedua?

Ada kabar baik buat kita semua. Situasi dunia memang mudah berubah, tetapi kita bisa memiliki percaya kepada Tuhan yang tidak pernah berubah. Untuk itu, mari kita telusuri apa saja yang melemahkan keyakinan kita dan cara-cara menerapkan kepercayaan sejati seperti Daud.

Apa yang Salah dengan Hidup Saya?

Sebelum menjadi seorang Kristen, saya pernah marah kepada Tuhan.

Saya merasa sudah hidup benar. Datang ke kelas tepat waktu, rajin belajar, tidak berbuat curang dalam tugas. Saya bekerja sembari kuliah, juga melakukan pelayanan musik hampir setiap hari. Namun, saya tidak bahagia. Kondisi keuangan saya menyedihkan, dan di usia sematang itu, saya belum punya pasangan. Sementara teman-teman saya, yang tidak perlu mengalami penderitaan, bisa memiliki semuanya.

Setelah menjalani Bible Study, pola pikir saya berubah. Ternyata selama ini saya takut menghadapi masa depan dan lupa menaruh pengharapan kepada Tuhan. Saya tidak bersyukur dengan apa yang saya miliki dan selalu mengeluh. Akibatnya, kepercayaan saya kepada Allah pun terkikis habis.

3 Rumus Kepercayaan Daud
Salah satu inspirasi yang mengubah pola pikir saya adalah kepercayaan Raja Daud yang hakiki kepada Tuhan. Dan, saya ingin membagikan rumus Daud tersebut.

Berikut tiga pedoman Daud yang dapat menguatkan hati kita dalam masa-masa lemah:

1. Kepercayaan dalam Penderitaan

Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya. – 1 Samuel 30:6b

Ketika Daud dan para prajuritnya tiba di Ziklag, kota itu sudah hancur terbakar. Sejumlah warganya, termasuk kedua istri Daud, ditawan oleh orang Amalek. Tak hanya itu, Daud juga terancam dilempari batu oleh rakyat yang kecewa padanya.

Saat mengalami penderitaan, kita mungkin akan ketakutan dan merasa dunia tidak adil. Daud pun tak luput dari perasaan-perasaan itu. Namun, ayat di atas menyiratkan besarnya iman Daud kepada Tuhan. Kekuatannya untuk bangkit kembali didasarkan pada kepercayaan Daud yang hakiki bahwa Tuhan akan menolongnya.

“Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” – Mazmur 56:3-4

Kepercayaan dan ketakutan adalah dua hal yang kontras secara logika. Namun, alih-alih kehilangan iman, penderitaan justru membentuk Daud untuk hidup dalam kepasrahan dan keadilan Tuhan. Semakin besar ketakutan Daud, semakin besar pula imannya kepada Tuhan.

Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. – Mazmur 37:5-6

Daud juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi tentang keberpihakan Tuhan kepadanya. Sikap hati Daud menginspirasi kita untuk tetap setia dan beriman kepada Tuhan sekalipun dalam kondisi tidak nyaman.

2. Kepercayaan dalam Pertobatan

Ketika nabi Natan menegurnya atas dosa perzinahan dan pembunuhan, Daud dengan serius mengambil sikap tobat. Dia mengungkapkan kesedihan atas dosa-dosanya:

“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.” – Mazmur 51:1-3

Sering kali kesombongan dan pembenaran diri membuat kita gagal menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Alhasil, kita mudah mengeluh, gampang kecewa, dan iri hati. Inilah penyakit spiritual yang dapat menggoyahkan kepercayaan kita kepada Tuhan. Kemauan untuk segera bertobat merupakan wujud kerendahan hati Daud yang dapat kita teladani.

3. Kepercayaan untuk Berbahagia

“Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling kepada orang-orang yang angkuh, atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan!” – Mazmur 40:4

Saya yakin ketika Daud menulis mazmur tersebut, dia telah mengalaminya secara pribadi. Daud memperoleh kebahagiaan saat menaruh kepercayaan sepenuhnya di dalam Tuhan.

“Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.” – Mazmur 37:3-4

Selain itu, Daud memberi nasehat agar kita tidak marah dan iri hati dengan orang yang berbuat curang. Sebaliknya, kita merespon mereka dengan kebaikan dan kesetiaan. Daud meyakinkan bahwa ketika kita bergembira karena Tuhan dan bertindak motivasi yang benar, ada janji indah yang menanti kita.

Bagaimana iman kita pada Tuhan hari ini? Semoga rumus kepercayaan hakiki Daud dapat membantu kita untuk meyakini satu hal: Dunia boleh berubah, tetapi kasih setia Tuhan tidak pernah berubah sampai selama-lamanya. Amin.

Source : https://gkdi.org/blog/kepercayaan-daud/

Tags