You are hererenungan / Menanti Pertolongan yang Tampaknya Mustahil

Menanti Pertolongan yang Tampaknya Mustahil


By suwandisetiawan - Posted on 28 March 2019

Apakah Anda sedang mengalami masalah yang tidak mungkin Anda atasi sendiri? Sesuatu yang memerlukan solusi di luar kemampuan manusia? Atau, pertolongan yang Anda harapkan dari Tuhan tidak kunjung datang?

Bagaimana sikap Anda saat bergumul dengan hal ini?

Lewat keempat tokoh wanita ini, kita akan belajar bagaimana memberi respon yang benar terhadap masalah yang tampaknya mustahil, serta apa dampaknya di kemudian hari.

Satu Masalah, Empat Reaksi

Sejumlah kondisi yang satu abad lalu dianggap fatal, misalnya penyakit paru-paru basah (pneumonia), pada masa kini dapat diatasi dengan pengobatan dan penangangan yang tepat. Namun, kondisi sulit memiliki keturunan, sejak dahulu hingga sekarang, tetap berdampak serius bagi kehidupan seseorang.

Inilah yang terjadi pada empat tokoh wanita dalam Alkitab. Keempatnya sama-sama mendambakan buah hati, tetapi punya sikap berbeda dalam penantian dan pergumulan mereka.

1. Sarai – Mencari Jalan Pintas (Kejadian 16:1-11)

Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” – Kejadian 15:5

Itulah janji Tuhan kepada Abram. Kenyataannya, tahun-tahun berlalu, tetapi istrinya Sarai tak kunjung mengandung. Lalu, apa yang Sarai lakukan?

Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. – Kejadian 16:2

Alih-alih meminta pertolongan Tuhan, Sarai malah membuat rencana sendiri. Akibatnya, ketika Hagar mengandung anak Abram, masalah baru terjadi: Hagar memandang rendah Sarai. Tak terima diperlakukan demikian, Sarai pun balik menindasnya. Hagar lalu kabur, meski akhirnya pulang karena malaikat Tuhan menyuruhnya kembali.

Dengan tidak memercayai janji-Nya, Sarai bukan hanya melukai hati Tuhan, melainkan juga melukai diri sendiri karena direndahkan hambanya.

Mungkin saat ini kita sedang kecewa dan putus asa. Kesabaran kita habis karena pergumulan itu serasa tak pernah berakhir. Namun, tetaplah percaya pada kebaikan dan pemeliharan Allah, karena Dia selalu memberikan yang terbaik bagi kita.

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” – Roma 8:28

2. Rahel – Bersikap dan Berkata Negatif (Kejadian 30:1-24)

Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: “Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati.” – Kejadian 30:1

Cemburu melihat Lea kakaknya dikaruniai Tuhan empat anak berturut-turut, sedangkan dirinya sendiri mandul, Rahel melontarkan kata-kata negatif kepada Yakub. Hal ini membuat Yakub marah. Rahel lalu memberikan budaknya kepada Yakub, yang kemudian berturut-turut melahirkan Dan, kemudian Naftali.

Rahel memang harus menunggu lama untuk mendapat keturunan, tetapi Tuhan tetap ingat padanya (Kejadian 30:22-24). Kelahiran Yusuf menghapuskan aib Rahel, dan beberapa tahun kemudian ia melahirkan Benyamin (Kejadian 35:16).

Terkadang kita perlu lama menanti jawaban doa atau pertolongan, tetapi bukan berarti Tuhan melupakan kita. Tetaplah tekun berdoa dan berharaplah yang terbaik dari-Nya, karena Dia Allah yang setia (2 Tesalonika 3:3, 2 Timotius 2:13).

“Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.” – Mazmur 100:5

3. Hana – Datang kepada Tuhan dan Minta Pertolongan-Nya (1 Samuel 1)

Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan. – 1 Samuel 1:7

Tak hanya cinta suami Hana yang terbagi dua karena ada Penina, Tuhan juga menutup kandungannya, dan Penina selalu menyakiti hatinya. Dapat dibayangkan betapa berat penderitaan Hana.

Namun, respon Hana terhadap situasinya adalah datang meminta pertolongan Tuhan. Di bait suci, ia mencurahkan segala cemas dan sakit hatinya, bahkan berjanji akan menyerahkan anaknya untuk menjadi pelayan Tuhan.

Yang patut dicatat adalah bagaimana sikap Hana setelah berdoa, yaitu ia menjadi tenang. Tidak lagi mogok makan dan bermuram durja. Meski mungkin masih bingung tentang kondisinya, Hana percaya bahwa Allah mendengarkan kerisauan dan permohonannya.

Setahun kemudian lahirlah Samuel. Setelah anak itu cerai susu, Hana menepati janjinya dengan mengantarkan anak itu ke rumah Tuhan. Ia memercayakan Samuel kepada Allah untuk dipakai sesuai kehendak-Nya. Dan, apa yang terjadi? Tuhan memberi Hana tiga putra dan dua putri sebagai ganti anak yang ia persembahkan (1 Samuel 2:21).

4. Istri Manoah – Meminta Petunjuk Tuhan dan Menaatinya (Hakim-hakim 13:2-24)

Pada waktu itu ada seorang dari Zora, dari keturunan orang Dan, namanya Manoah; isterinya mandul, tidak beranak. – Hakim-Hakim 13:2

Istri Manoah memang bukan tokoh terkenal, bahkan namanya tidak disebut dalam Alkitab. Namun, Tuhan berkenan mengutus malaikat-Nya untuk memberitahu wanita itu bahwa dia akan melahirkan anak yang kelak menjadi hakim Israel, yaitu Simson.

Mendengar cerita istrinya, Manoah memohon agar Tuhan mendatangkan kembali abdi-Nya untuk mengajari apa yang diperlukan bagi putra mereka. Dan, ketika Tuhan mengabulkan doa Manoah dan mengirimkan lagi malaikat-Nya, suami-istri itu mendengarkan dan mematuhi semua instruksi yang diberikan.

Saat kita datang kepada Tuhan dan minta pertolongan-Nya, taatilah petunjuk yang Dia berikan, kendati itu mungkin tak sesuai keinginan hati. Petunjuk Tuhan bisa datang dari firman yang kita renungkan, dari pembimbing rohani, dari saudara-saudari seiman, atau hamba Tuhan. Ketika kita mau rendah hati melakukannya, niscaya hasil yang baik akan datang.

Kalau Anda mengalami masalah yang tidak sanggup dibereskan oleh kekuatan sendiri, belajarlah merespon dengan sikap yang benar, yaitu menyampaikan pergumulan melalui doa. Hindari menggunakan pemahaman sendiri atau bersikap negatif. Saat mendapat petunjuk dari Tuhan, lakukanlah. Dan, kalau Anda bernazar kepada Tuhan, tepatilah saat Tuhan menjawab doa Anda.

Di atas semua itu, ingatlah bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil. Setiap masalah sanggup Dia selesaikan dengan cara dan waktu-Nya sendiri. Amin.

Source : https://gkdi.org/blog/pertolongan/

Tags