You are hererenungan / Membangun Keluarga Sehat Rohani

Membangun Keluarga Sehat Rohani


By suwandisetiawan - Posted on 23 January 2019

Setiap kita pasti mendambakan punya keluarga sehat. Kita berolahraga, menyantap makanan bergizi, cukup tidur, pantang merokok, dan melatih anak-anak kita untuk membiasakan disiplin hidup sehat. Bahkan orang yang tidak bergaya hidup sehat pun, saat sakit pasti berusaha agar sehat lagi.

Namun, sudahkah kita menerapkan disiplin serupa atas tubuh rohani kita?

Jika belum, bacalah perumpamaan anak yang hilang dalam Lukas 15:11-32. Lalu, simak tiga cara untuk membangun keluarga sehat secara rohani.

1. Jangan kompromi dengan dosa, seenak apa pun rasanya

Dalam perumpamaan di atas, Si Bungsu mulai jatuh dalam dosa saat ia meminta warisan bagiannya, padahal ayahnya masih hidup. Ia lalu pergi keluar negeri dan berfoya-foya sampai hartanya habis.

Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. – Lukas 15:14-16

Dosa tidak hanya membuat si Bungsu sakit secara fisik, tetapi juga rohani. Bagi bangsa Israel, babi adalah binatang haram. Hidup si Bungsu pastilah jadi begitu susah, bahkan kelaparan, sampai-sampai mau menyantap makanan babi.

Ketika salah satu anggota keluarga berkompromi dengan kebiasaan dosa, rusaklah keluarga itu. Begitu suami tergoda selingkuh dengan wanita lain, rusaklah keluarganya. Jika seorang pemuda menjadi pecandu narkoba dan seks bebas, bukan hanya fisiknya yang sakit, masa depannya pun ikut rusak.

Memang, dosa selalu tampak nikmat di awal, tetapi merusak pada akhirnya. Keluarga sehat rohani adalah keluarga yang semua anggotanya sepakat melawan dosa. Dan, tentunya ini berjalan dua arah. Jangan hanya sibuk memperingatkan satu sama lain, tetapi kita sendiri hendaknya bersedia menerima teguran jika berbuat salah.

“Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.” – Lukas 17:3

2. Sadar diri dan bertobatlah

Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

– Lukas 15:18-20

Jika Anda melakukan kesalahan, jangan ragu untuk kembali kepada-Nya dengan segenap keberadaan Anda (Lukas 18:13-14). Bapa kita di Surga selalu siap memulihkan hidup kita, jika kita dengan rendah hati datang kepada-Nya, mengakui dosa, dan mau berubah. Jangan segan atau malu untuk datang ke gereja, mengaku kepada saudara atau saudari seiman, agar Anda dibantu untuk berubah.

“Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” – Lukas 15:10

3. Terimalah anggota keluarga yang bertobat dengan kasih

Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” – Lukas 15:17-20

Terkadang, ada keluarga yang menolak menerima kembali anggotanya yang pernah membuat malu atau durhaka kepada orang tua. Memang, tidak mudah melupakan kesalahan berat, apalagi yang sungguh mendukakan hati. Namun, keluarga yang takut akan Tuhan akan menerima ‘anak yang hilang’, karena mereka mempraktikkan kasih Kristus (Lukas 19:10).

Ada pula orang yang tidak senang melihat orang berdosa bertobat dan jadi anggota gereja. Padahal, Yesus selalu mengasihi orang berdosa. Kita semua telah berdosa, dan oleh kasih Kristus kita diampuni. Jadi, mengapa kita jengkel lihat orang bertobat dan menjadi anggota keluarga rohani kita? Mengapa kita seperti si Sulung, yang marah saat saudaranya bertobat?

Kita sendiri pasti ingin diampuni dan diterima kembali oleh keluarga kandung maupun keluarga rohani, yaitu gereja. Karena itu, lakukan hal yang sama. Terimalah saudara kandung maupun saudara rohani yang bertobat dengan kasih. Lakukan berbagai tindakan kasih untuknya dan ucapkan perkataan yang membangun hidupnya.

“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.” – Matius 6:14

Brothers and sisters, keluarga sehat rohani adalah keluarga yang saling menjaga satu sama lain agar mampu menolak godaan dosa. Saat kita mengasihi keluarga kandung dan keluarga rohani, kita menjaga kesehatan rohani mereka dan diri sendiri.

Source : https://gkdi.org/blog/membangun-keluarga-sehat-rohani/

Tags