You are hererenungan / Manakah yang Menyelamatkan: Kasih Karunia atau Iman kepada Allah?

Manakah yang Menyelamatkan: Kasih Karunia atau Iman kepada Allah?


By suwandisetiawan - Posted on 13 February 2019

Apakah kasih karunia atau iman kepada Allah yang menyelamatkan kita? Pertanyaan ini mungkin sering muncul dalam benak Anda.

Beragam versi jawaban pun beredar. Ada yang berpendapat keselamatan itu murni kasih karunia, jadi tidak perlu lagi iman kepada Allah. Orang Kristen bebas melakukan apa saja, karena Tuhan pasti mengampuni dan menyelamatkan. Yang lain berargumen, iman kepada Allah yang menyelamatkan. Orang Kristen perlu mengusahakannya, karena tanpa iman, takkan ada keselamatan.

Kalau begitu, jawaban manakah yang benar?

Keselamatan = Kasih Karunia + Iman kepada Allah

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” – Efesus 2 : 8

Jika Anda bingung mencari jawaban, pastikan mengecek sumbernya, yaitu Alkitab, agar tidak diombang-ambingkan ajaran-ajaran lain. Mengacu pada ayat di atas, keselamatan kita peroleh karena kasih karunia dan oleh iman. Maksudnya bagaimana?

Pertama-tama, perlu dipahami bahwa terkadang kita menemukan dua hal atau lebih dengan konteks serupa di dalam Alkitab. Ini tidak berarti kita harus memilih mana yang benar, tetapi justru kita melihatnya sebagai hal yang saling melengkapi.

Berdasarkan prinsip tersebut, maka yang menyelamatkan bukanlah kasih karunia atau iman kepada Allah, melainkan kasih karunia dan iman kepada Allah.

Jalan Tol, Mobil, dan Bahan Bakar Rohani

Kasih karunia itu seumpama jalan tol, yang dibangun sedemikian rupa dengan kualitas lebih baik dari jalan umum lainnya. Aspek keamanan dan kenyamanan diutamakan sehingga pengguna dapat tiba dengan selamat di tujuan. Kematian Yesus di kayu salib adalah jalan tol bagi mereka yang percaya kepada-Nya.

Di sisi lain, iman kepada Allah bagaikan kendaraan kita. Anda tidak dapat melintasi jalan tol tanpa kendaraan yang tepat, juga tidak boleh bertindak semaunya. Misalnya, Anda mengendarai sepeda di jalan tol, berhenti seenaknya, lalu selfie di tengah jalan. Dijamin Anda ditilang atau ditangkap, kalau bukan cedera.

Ada orang Kristen yang memiliki paradigma keliru tentang kasih karunia. Ini karena mereka mengambil sebagian saja dari keseluruhan Firman Tuhan. Ibarat makan burger, kita hanya mengecap sepotong sehingga mengira burger itu sekadar roti. Kita tidak merasakan kelezatan daging, sayur, atau sausnya. Paradigma keliru membuat kita berpikir jadi Kristen itu enak; bertindak apa saja boleh. Keselamatan sudah di tangan, diperoleh cuma-cuma pula.

Padahal, tertulis dalam Galatia 5:13, “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” Artinya, tetap ada bagian yang perlu kita usahakan di dalam keselamatan itu.

Iman kepada Allah perlu kita tumbuhkan dan jaga. Tanpa iman (kendaraan), kita tidak dapat menikmati kasih karunia Tuhan (jalan tol). Iman harus dibangun dengan kesengajaan karena iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati (Yakobus 2:17).

Bayangkan usaha membangun iman ini seperti usaha saat ingin membeli sebuah mobil. Kita perlu menabung dan menghemat pengeluaran. Mungkin kita juga berlatih mengemudi, serta mempelajari berbagai peraturan dan rambu lalu-lintas. Kita butuh persiapan, bahkan pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran. Sama halnya dengan kerohanian kita: iman tidak akan tumbuh jika tidak dengan sengaja ditumbuhkan.
Bagaimana cara menumbuhkan iman?

Seorang yang beriman adalah orang yang memfokuskan diri kepada Tuhan. Dia peduli pada apa yang Tuhan katakan, bukan pemikiran sendiri atau pendapat orang lain. Orang beriman menjaga perasaan Tuhan di atas kenyamanan pribadi. Dia tetap melangkah sesuai firman, meski dengan melakukannya dia tampak berbeda dari yang lain. Orang ini tidak mundur saat harus memikul salib, karena percaya Tuhan pasti menyertai dan memberinya kekuatan.

“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” – Roma 10:17

Iman timbul dari pendengaran oleh firman Kristus, bukan dari firman-firman lain. Contohnya, ‘firman’ dari leluhur / orang tua. Atau, ‘firman’ dari orang lain, misalnya hari baik, diskriminasi terhadap ras atau golongan tertentu, mitos, zodiak, serta nubuat-nubuat palsu. Orang Kristen harus menyukai firman Tuhan lebih daripada hal-hal tersebut.

Jika kasih karunia adalah jalan tol dan iman adalah kendaraan kita, firman Tuhan merupakan bahan bakarnya. Kita tidak dapat mencampurnya dengan firman lain. Kalau BBM kendaraan kita dicampur air, hasilnya pasti mogok. Demikian pula iman kita akan ‘mogok’ ketika tidak diisi firman Tuhan.

Kesimpulannya, keselamatan merupakan pemberian Allah, lewat kematian Yesus di kayu salib. Bagian kita adalah mensyukuri jalan yang diberikan Tuhan dengan cara menjaga iman kepada Allah, melalui pendengaran akan firman Tuhan dan melakukannya. Keselamatan adalah kasih karunia ditambah iman kepada Allah.

Semoga tulisan ini membantu kita memiliki iman kepada Allah dengan benar dan senantiasa bertumbuh. Tuhan memberkati.

Source : https://gkdi.org/blog/kasih-karunia-atau-iman-kepada-allah/

Tags