You are hererenungan / Manakah Jalan Menuju Surga?

Manakah Jalan Menuju Surga?


By suwandisetiawan - Posted on 26 February 2019

Sewaktu saya SMA, teman sebangku saya meminjamkan buku tentang surga dan neraka. Usai membacanya, saya jadi ketakutan karena dihantui oleh neraka yang digambarkan dalam buku itu. Saya merasa tidak punya cukup bekal untuk pergi ke surga.

Saya pun mengganti lagu-lagu kegemaran saya zaman itu dengan lagu rohani dan puji-pujian, juga memutar radio yang menyiarkan khotbah dan ayat-ayat Alkitab. Mengira dengan melakukan itu, saya sudah berada di jalan yang benar.

Namun, jauh di lubuk hati, saya merasa ada yang kurang. Meski sejak kecil saya pergi ke Sekolah Minggu dan percaya Yesus, hati dan pikiran saya masih dipenuhi kejahatan dan ketidakmurnian. Saya ingin berubah, tapi tidak sanggup dan tidak tahu bagaimana caranya.

Apakah Anda sedang mengalami hal ini? Anda bertanya-tanya, sudahkah Anda menempuh jalan yang benar menuju surga?
2 Jalan di Dunia Menurut Alkitab

“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya.” – Matius 7:13

1. Jalan yang Luas Menuju Kebinasaan

Ada yang berpikir jalan menuju Surga adalah jalan yang mudah dan gampang. Alasannya, Yesus telah mati bagi kita supaya kita beroleh hidup kekal (Yohanes 3:16). Kita diselamatkan oleh kasih karunia (Roma 3:24). Asalkan cara hidup kita tidak buruk-buruk amat—pokoknya percaya Yesus, berdoa, baca Alkitab, ke gereja setiap Minggu—itu sudah cukup. Apalagi kalau ditambah pelayanan gereja, semua akan baik-baik saja.

Namun, Yesus tidak pernah bilang jalan menuju surga itu mudah dan gampang. Tetapi Yesus menyambung lagi, “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” – Markus 10:24

Kalau begitu, siapakah yang dapat masuk ke surga?

Yang dapat masuk ke surga adalah orang yang melakukan Firman Tuhan.

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

“Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?

“Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

– Matius 7:21-23

Mereka yang dimaksud pada ayat di atas bukanlah orang Kristen biasa. Mereka rajin menyebut nama Tuhan (Matius 15:8), punya karunia bernubuat, bahkan mengusir setan dan melakukan mukjizat (2 Tesalonika 2:9-12). Sudah pasti mereka ini orang-orang hebat.

Sayang, bagi Yesus mereka adalah pembuat kejahatan, karena mereka tidak melakukan Firman Tuhan (Matius 15:9). Di luar pekerjaan yang luar biasa itu, mereka berbohong, egois, merokok, minum minuman keras, berjudi, melakukan seks bebas, selingkuh, menghalalkan segala cara, licik, tidak mengampuni, tidak menguasai diri, penuh amarah, dan mengucapkan kata-kata kotor.

“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” – Yakobus 1:22

Menjadi Kristen dan berstatus sebagai anggota gereja saja tidak cukup. Jalan luas itu, cara mudah yang Anda tempuh itu, bukanlah jalan yang benar. Di jalan yang bertanda Jalan Menuju Kebinasaan, Anda tidak akan sampai ke tujuan yang Anda inginkan.

2. Jalan yang Sempit Menuju Kehidupan

“Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” – Matius 7:14

Umumnya orang cenderung menghindari jalan sempit dan sesak. Jalurnya tidak nyaman dan melelahkan, serta butuh waktu dan perjuangan. Namun, jalan ini bertanda Jalan Menuju Kehidupan. Yesus sendiri harus melalui via dolorosa untuk membuktikan kepatuhan-Nya yang sempurna kepada Allah Bapa. Yesus memikul salib-Nya di sepanjang jalan yang menyakitkan. Dia dihina, diolok-olok, dicaci-maki, dicambuk, bahkan disalib, agar kita diselamatkan.

Sama seperti Yesus telah disalibkan bagi dunia, kita pun harus menyalibkan dunia (dosa-dosa kita) (Galatia 6:14). Jalan Menuju Kehidupan membutuhkan penyangkalan diri. Ketika disakiti, kita mengampuni (Matius 6:14). Kita menyangkal diri dari godaan dan kebiasaan buruk (Matius 16:24). Kita berjuang melawan kemalasan: malas bertobat, malas melakukan firman, dan malas membangun hubungan dengan Tuhan (Yeremia 9:5).

Di jalan sempit ini, Anda tidak bisa egois atau berfokus pada diri sendiri. Anda harus mengasihi sesama seperti Anda mengasihi diri sendiri (Matius 22:39). Kelihatannya sulit sekali, ya? Tapi, jangan khawatir. Yesus sendiri telah menjadi teladan kita, yaitu ketika Dia tidak egois dan mengasihi kita melebihi diri-Nya sendiri.

Setiap hari, sepanjang hidup ini, kita dihadapkan pada dua jalan. Jalan luas dan jalan sempit—Kebinasaan dan Kehidupan. Anda sendirilah yang memutuskan mana yang ingin dilewati. Untuk itu, jangan lupa berdoa dan minta bimbingan Tuhan agar Anda dapat menempuh jalan yang benar menuju surga (Amsal 14:12). Amin!

Source : https://gkdi.org/blog/manakah-jalan-menuju-surga/

Tags