You are hereArtikel Misi / Bagaimana Melatih Para Pekerja Awam

Bagaimana Melatih Para Pekerja Awam


Latihan untuk pekerja awam harus bertumpu pada doa. Pekerjaan ini haruslah merupakan pekerjaan rohani dengan Tuhan yang empunya tuaian sebagai Pemimpinnya.

Kalau Allah yang memimpin, berlaku suatu kemerdekaan yang kudus. Tidak ada yang membosankan. Kehadiran-Nya membawa kepenuhan sukacita. Di bawah pimpinan-Nya, laki-laki dan perempuan yang semula tidak diketahui bakatnya, berkembang menjadi saksi-saksi Injil, utusan Injil, pendeta, dan guru.

Oleh karena itu, setiap orang harus memunyai dasar berdoa yang kuat. " ... mintalah kepada Tuhan yang empunya tuaian agar mengirimkan lebih banyak pekerja" (Lukas 10:2). Setiap orang harus mengajak orang lain untuk berdoa bersama. Sementara Allah memimpin, mereka mempersiapkan diri untuk mengambil langkah iman yang pertama, maka kursus latihan yang pertama diumumkan.

Mereka harus berusaha agar semua orang percaya di daerah itu mengetahui proyek ini, mengerti tujuannya, dan apa saja yang dapat dicapai. Untuk mendapatkan kerja sama sepenuhnya dari semua pihak, penting bahwa sekolah itu merupakan suatu usaha proyek kerja sama para utusan Injil dan pimpinan setempat.

Sejak mula-mula perlu dipilih sebuah tempat pertemuan yang sesuai. Jika ada sebuah gedung gereja setempat, tentu tempat ini dapat dipakai atau mungkin sebuah rumah atau gudang kosong. Jika cuaca mengizinkan, beberapa kelas dapat diadakan di bawah pohon-pohon yang rindang.

Administrasi sekolah dapat dikerjakan secara sederhana atau pun secara rumit tergantung dari keadaan. Susunan staf yang disebut di bawah ini sangat penting, walaupun seorang dapat merangkap dua atau lebih jabatan, jika sekolah itu kecil.

  1. Seorang direktur yang menjalankan sekolah itu membagikan tugas-tugas kepada para pekerja dan mengawasi pelaksanaan tugas itu.

  2. Seorang kepala sekolah yang membantu dalam perencanaan mengunjungi kelas-kelas, membantu para guru dan siswa.

  3. Seorang panitera yang bertugas mencatat secara tepat setiap kemajuan siswa sampai ia lulus.

  4. Seorang pustakawan yang mencatat buku-buku yang dipinjamkan, membagi buku-buku kepada para siswa untuk bacaan mereka pada masa tenggang waktu antara dua kursus, mencatat pula kemajuan para siswa dalam hal membaca Alkitab harian.

  5. Guru-guru yang khusus mengajar di kelas, tapi mereka harus juga bersedia memberikan bimbingan dan penyuluhan di waktu-waktu lain.

Sekolah yang melatih pekerja awam ini harus mengatur waktu kursus, mata pelajaran yang diajarkan, dan menyediakan ruang kelas. Bahan pelajaran yang diajarkan di sekolah harus dapat membimbing siswa ke arah pola pengembangan yang logis. Kursus-kursus harus disesuaikan dengan pelaksanaan tanggung jawab siswa-siswanya. Di daerah pedesaan, kursus selama satu minggu dapat diadakan pada waktu tidak ada kegiatan bertani. Untuk di kota, kursus-kursus yang diadakan pada waktu malam atau akhir minggu akan lebih praktis.

Sekolah harus disesuaikan dengan perluasan wilayah. Sekolah harus menambah ruangan untuk belajar dengan pelayanan Kristen yang praktis. Kerja praktis mencakup: kunjungan ke tempat-tempat lain, pengabaran Injil di tempat terbuka, membagi-bagikan traktat, memperdengarkan rekaman mengenai Injil dan kesaksian, mensponsori pertemuan-pertemuan doa, menggembalakan jemaat, mengajar Sekolah Minggu, kesaksian pribadi, dan kegiatan pemuda. Para siswa mengerjakan semua ini pada waktu mereka tidak bersekolah. Pada waktu mengikuti kursus, kesempatan harus diberikan kepada mereka untuk memberikan laporan mengenai pengalaman mereka dalam pelayanan Kristen. Hal ini akan menolong mereka merasakan pentingnya pelayanan mereka bagi Kristus. Mendengar kisah bekerjanya Roh Kudus yang dialami mereka masing-masing akan mengilhami mereka untuk lebih giat bersaksi. Setiap siswa harus belajar menurut tingkatannya. Hal ini tentu menuntut adanya pembagian kelas agar tidak ada hambatan bagi yang sudah maju dan menghindarkan rasa dikejar-kejar bagi yang lambat. Kami telah melihat adanya kemajuan dalam hal kemampuan pada siswa-siswa yang mula-mula kelihatan terbelakang. Kehadiran yang teratur diselingi dengan pekerjaan pelayanan Kristen yang praktis menimbulkan gairah untuk belajar. Para siswa memiliki kesempatan untuk menguji apa yang telah mereka pelajari dan mencatat bidang-bidang di mana mereka memerlukan lebih banyak pengetahuan.

Kredit-kredit yang telah diperoleh para siswa di kelas harus dicatat. Di samping itu juga, penting untuk menilai mereka dalam tugas pelayanan mereka. Selain untuk mendorong mereka agar lebih giat belajar, ijazah perlu diberikan sebagai tanda akhir pendidikan. Dua tahun adalah waktu yang cukup singkat untuk mendidik mereka. Mereka akan berusaha mencapai hasil yang lebih baik, bila mereka diberikan tanda penghargaan. Menurut pengalaman kami, waktu latihan selama dua tahun dengan penghargaan yang sewajarnya atas keberhasilan mereka adalah waktu yang cukup untuk melatih

orang-orang yang taraf hidupnya masih sederhana. Ada satu aspek praktis lainnya: berhubung siswa-siswa kami adalah para pekerja yang selalu berhubungan dengan orang-orang lain, maka ijazah akan menambah kepercayaan mereka dalam menghadapi orang-orang itu.

Di daerah di mana banyak orang masih buta huruf, siswa-siswa perlu dipersiapkan dulu agar mereka dapat membaca. Jika hal ini tidak dapat dilakukan secara terpisah dari sekolah latihan, maka perlu diadakan dulu kursus pemberantasan buta huruf selama 1 tahun tanpa diberikan kredit.

Bila seorang siswa baru dapat membaca, maka sesuai dengan kemampuannya ia dapat mengikuti pelajaran pada bagian kursus Alkitab untuk tingkat pemula atau kursus Alkitab tingkat dasar. Setelah menyelesaikan kursus Alkitab tingkat dasar ini, seorang dapat melanjutkan pelajaran pada kursus Alkitab tingkat lanjutan. Menurut pengalaman kami, banyak yang masih ingin melanjutkan pendidikan mereka setelah mereka menyelesaikan kursus Alkitab tingkat lanjutan ini. Ada juga di antaranya yang dapat melanjutkan pendidikannya di Sekolah Alkitab. Sebagian lagi mungkin lebih baik lagi dengan mengikuti pendidikan tingkat sarjana untuk pekerja awam.

Tingkatan-tingkatan seperti di atas hanya sekali-kali untuk menilai hasil para siswa dalam ruang lingkup yang lebih luas. Tujuan kami adalah menghasilkan pekerja-pekerja, bukan para sarjana. Sering terjadi bahwa mereka yang memperoleh angka terbaik di kelas pada kenyataannya paling sedikit bekerja untuk pelayanan Kristen. Sebaliknya, mereka yang dengan susah payah menyelesaikan pelajaran berhasil sebagai saksi-saksi kaum awam.

Itulah sebabnya kami mengusulkan tiga ukuran untuk menilai seorang siswa:

  1. Kehadiran di kelas dan nilai ujian-ujian.
  2. Laporan-laporan mengenai buku yang dipersiapkan pada masa tenggang waktu antara dua kursus.
  3. Kerja praktik dalam pelayanan yang dilakukan pada masa tenggang waktu antara dua kursus.

Meskipun seorang siswa kurang pandai di dalam kelas, tetapi bila ia menunjukkan usaha yang jujur dalam penyusunan laporan mengenai buku yang dibacanya dan melakukan kerja praktik yang baik dalam pelayanan, ia dapat mengumpulkan cukup banyak angka untuk dapat lulus.

Fleksibilitas adalah cara yang terbaik untuk menilai siswa. Bukan maksudnya untuk mengakibatkan kemunduran, tetapi fleksibilitas dilakukan untuk merangsang kemajuan siswa. Misalnya, ada orang-orang yang mendaftar karena hatinya tergerak untuk menyelamatkan orang yang tersesat, tetapi mereka tidak memunyai dasar pendidikan sebelumnya. Mungkin angka pelajaran mereka pada kursus pertama sangat rendah dan mereka menjadi patah semangat. Dalam hal ini perlu sekali dinilai semangat hati mereka dan mendorong mereka supaya mau meneruskan pendidikannya. Dengan seringnya mereka hadir dan semakin mengenal cara mengajar dan sifat-sifat gurunya, mereka akan mulai mengerti. Lambat laun mereka dapat mengikuti. Angka-angka mereka makin meningkat. Seorang siswa yang mula-mula kelihatan tak ada harapan mungkin berubah menjadi seorang pekerja Kristen yang berharga di ladang Tuhan.

Di Sarangani kami menggunakan cara berikut ini untuk menilai pekerjaan para siswa:

Satu kredit setiap satu pelajaran setiap hari untuk mencapai 30 kredit selama satu minggu mengikuti kursus. Lima kredit untuk laporan mengenai buku yang dibuat pada masa tenggang waktu antara dua kursus dan lima kredit untuk pembacaan Alkitab. (Selain harus membaca buku dan membuat laporan mengenai buku yang dipinjam, setiap siswa diharapkan dapat membaca tamat Alkitabnya selama 1 tahun).

Sepuluh kredit untuk kerja praktik dalam pelayanan Kristen pada masa tenggang waktu antara dua kursus. Jumlah kredit yang dapat dicapai setiap triwulan: 50.

Jika tidak hadir di kelas tidak diberi kredit. Untuk mengesahkan kredit tugas lapangan, setiap siswa harus menghadiri dua pertiga dari jumlah waktu pelajaran dalam setiap kursus.

Untuk lulus dari kursus Alkitab tingkat dasar atau kursus Alkitab tingkat lanjutan, kami tetapkan 300 kredit. 200 di antaranya adalah dari kehadiran di kelas. Karena seorang siswa yang cakap dapat menyelesaikan kursus ini dalam waktu 1 tahun dari jangka waktu 2 tahun yang ditetapkan, maka angka kelulusan sebenarnya hanya 50%.

Mereka yang mengajar pada suatu program pekerja awam akan memerlukan bakat dan kemampuan yang dibutuhkan pada pengajaran biasa. Di samping itu, ada bermacam-macam teknik khusus untuk pendidikan yang khas ini.

Tiap mata pelajaran harus dipandang dari segi menyeluruh atau berdasarkan pengalaman dan pengamatan. Analisa secara terperinci sedapat mungkin dihindarkan karena umumnya para siswa tidak dapat mengingat terlalu banyak hal-hal kecil. Tetapi, ini tidak berarti meniadakan pelajaran tentang prinsip-prinsip analisa atau pemahaman beberapa bagian Alkitab secara analitik yang sangat penting.

Tujuan utama pendidikan ini ialah kualitas, bukan kuantitas. Yang penting bukanlah berapa banyak yang telah dipelajari seorang siswa, tetapi sejauh mana ia telah mengerti apa yang telah dipelajarinya. Pikirannya dapat diumpamakan sebuah ruang gelap yang kemudian diterangi dengan membuka jendela-jendela. Ia berkenalan dengan macam-macam kebenaran yang baru baginya, yang dapat ditelitinya di kemudian hari bila diperlukan.

Kesabaran terhadap mereka yang kurang memuaskan dalam ujian-ujian, tetapi memiliki tekad untuk melayani Tuhan sepenuhnya, biasanya lambat laun akan diberkati dengan pertumbuhan mental dan rohani yang nyata. Seorang pria di antara orang-orang lulusan pertama Institut Sarangani, sebelumnya mengalami kegagalan dalam kursus pertama yang diikutinya, tetapi kami mendorongnya untuk terus belajar dan sedikit demi sedikit angka-angkanya bertambah naik, sehingga akhirnya lebih tinggi daripada batas yang ditetapkan untuk lulus. Ia menjadi pekerja awam pertama yang terlatih, yang diakui secara sah oleh Gereja Nasional Filipina sebagai seorang pejabat resmi. Dewasa ini ia menjadi guru di Institut Sarangani. Allah secara luar biasa telah memakainya untuk menjadi seorang pendeta, seorang penginjil, dan pelopor pendiri gereja-gereja baru.

Bersikaplah positif. Usahakanlah agar para siswa selalu mau bekerja keras dan berikanlah penghargaan semestinya terhadap hasil pekerjaan para siswa.

Usahakanlah penggunaan bahasa yang sama antara Anda dan para siswa. Bagaimanapun juga penggunaan dua bahasa yang berlainan akan membawa hasil yang kurang baik. Dengan sering mengajukan pertanyaan dan mengadakan diskusi dapat diselidiki sampai di mana pengertian para siswa. Sebelum dapat menyatakan kembali sesuatu dalam ungkapan bahasanya sendiri, siswa itu belum mengerti sepenuhnya.

Pergunakanlah kapur dan papan tulis untuk menerangkan pelajaran. Catatlah ringkasan pelajaran, kalimat-kalimat kunci, dan kata-kata yang asing. Pergunakanlah peta, grafik, dan alat-alat peraga lainnya untuk memperjelas kebenaran yang hendak dikemukakan dalam pelajaran. Berilah contoh-contoh yang jelas. Bilamana mungkin, sebaiknya ambillah contoh dari lingkungan hidup para siswa sendiri. Penjelasan yang termudah dari orang yang tahu kepada orang yang tak tahu ialah melalui serangkaian ilustrasi.

Sesuaikanlah alat-alat yang ada bilamana perlu, tetapi pertimbangkan juga dengan pengalaman pribadi Anda.

Sering-seringlah mengulangi. Perkuatlah reaksi dari setiap siswa dengan memanggil mereka secara pribadi untuk menjawab pertanyaan. Perkataan mendidik berasal dari bahasa Latin yang berarti menarik keluar bakat yang ada di dalam diri si anak didik itu.

Setiap hari ikutilah jadwal yang sudah disusun. Jangan sampai tertinggal.

Sediakan waktu agar Anda lebih saling mengenal dengan para siswa pada setiap sebelum pelajaran dimulai. Catatlah nama dan tempat asal mereka. Carilah keterangan tentang apa yang telah mereka lakukan untuk Kristus. Pergunakanlah daftar nama-nama ini untuk mengajak mereka semua, supaya ikut serta dalam setiap kegiatan setiap hari.

Pada pembukaan umumkanlah nama kursus dan terangkanlah secara singkat maksudnya. Ceritakanlah bagaimana sejarahnya dan perkembangannya sampai sekarang dan bagaimana pengetahuan ini dapat membantu pelayanan mereka dikemudian hari. Terangkanlah definisi-definisi singkat dan latihlah mereka untuk mengulanginya.

Ajarkanlah agar para siswa dapat membuat catatan. Berikanlah contoh cara melakukannya pada setiap siswa baru. Tunjukkanlah kepada mereka hal-hal yang harus mereka catat. Pastikanlah bahwa mereka telah mengerti dan mencatat definisi-definisi yang penting dan mengerti akan hal itu.

Suatu ringkasan singkat dapat dibagikan kepada para siswa, walaupun hal ini bukan merupakan suatu keharusan.

Menguji secara cepat dengan metode memilih salah dan benar setiap hari, memaksa para siswa untuk terus belajar dan dapat juga memberikan petunjuk apakah mereka mengerti atau tidak. Mintalah agar siswa yang pandai membantu mereka yang lemah setelah pelajaran selesai.

Siapkanlah para siswa untuk menghadapi ujian akhir. Bila waktu ujian tiba, para siswa sudah harus siap dengan pengetahuan yang telah mereka terima. Hindarilah penggunaan pertanyaan jebakan atau pertanyaan yang meragukan. Jangan menggunakan ungkapan yang tak pernah diajarkan.

Periksalah hasil ujian dengan segera dan bagikanlah kembali kepada para siswa sebelum mereka pulang. Jika waktu memungkinkan, tuliskanlah catatan-catatan yang membantu.

Para calon yang akan mengikuti latihan pekerja awam, yang datang dari desa atau ladang, mungkin memiliki bayangan yang kabur mengenai program latihan ini. Ia harus diyakinkan bahwa:

  1. Kristus telah memanggil beberapa orang untuk menjadi pendeta, guru, utusan Injil atau saksi untuk pergi melayani sampai ke bagian terpencil di dunia ini.

  2. Secara pribadi ia ikut ambil bagian dalam rencana Tuhan untuk gereja.

  3. Melayani Tuhan menuntut pengabdian yang sungguh-sungguh.

  4. Memiliki pengetahuan yang mendalam tentang firman Allah adalah suatu keharusan.

  5. Pengetahuan yang cukup di bidang-bidang lain pun perlu.

  6. Mengetahui teknik-teknik penginjilan, memimpin kebaktian, mempersiapkan khotbah, administrasi Sekolah Minggu dan kunjungan keluarga, akan membantunya untuk melakukan pekerjaan lebih baik.

  7. Ada keuntungan dan kesukacitaan dalam persaingan dan kegiatan sekolah.

  8. Melayani dalam suatu organisasi wilayah sebagai seorang pekerja Kristen adalah pekerjaan yang agung dan mulia.

Diambil dari:

Judul buku : Melatih Pekerja Awam
Judul buku asli : Training Lay Workers
Judul artikel : Bagaimana Melatih Para Pekerja Awam
Penulis : Byron W. Ross
Penerjemah : Drs. Harso
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman : 15 -- 22

e-JEMMi 47/2010