SUATU GERAKAN PEMBAHARUAN MISI
Secara historis, pergerakan modern untuk mencapai ujung-ujung bumi
untuk memberitakan Berkat Allah telah terjadi dalam bentuk gelombang-
gelombang.
Gelombang pertama yang dimotori oleh William Carey pada akhir tahun
700-an, menyapu rata pantai-pantai barat daratan dunia. Era kedua,
dirintis oleh Hudson Taylor sekitar tahun 1865, mendorong berlomba-
lombanya para misionari yang dengan penuh keberanian masuk ke
wilayah pedalaman berbagai bangsa. Gelombang ketiga bangkit
meresponi ajakan Cameron Townsend dan Donald McGavran untuk pergi ke
tempat "orang-orang yang belum terjangkau" atau "tersembunyi" yang
secara budaya tertutup, yang mulai membengkak di dekade terakhir
sebelum tahun 2000.
Seperti dalam masa-masa Perjanjian Baru, sekarang ada "Paulus" dan
"Timotius". Walaupun lebih sedikit dalam jumlah, ada beberapa orang
yang mengikuti teladan Paulus untuk "pergi ke tempat dimana Kristus
tidak disebut." Mereka telah menetapkan sasaran-sasaran dengan
berani, berpengalaman, dan agresif untuk menembus batas-batas akhir.
"Saya telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus ke wilayah-wilayah
ini, saya akan berangkat ke Spanyol" yang di masa Paulus adalah
ujung bumi! (Baca Roma 15).
Di abad 21 ini, para misionari yang berpikiran maju memegang aspek
Markus 16 dari Amanat Agung: "Pergilah! Ajarkanlah!" Di tempat
dimana para penginjil yang berani dari generasi sebelumnya
memberitakan Injil Damai, sekarang ini ada ribuan "orang-orang
Makedonia" baru yang menurut catatan berdiri di pantai bangsa mereka
untuk memanggil "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!
Ajarkanlah kami Firman itu begitu rupa sehingga kami bisa mengajar
kepada orang lain" (baca 2Timotius 2:2). Timotius, Titus, dan
Erastus-lah yang Paulus utus untuk "mengatur apa yang masih perlu
diatur dan supaya menetapkan penatua-penatua di setiap kota."
(Titus 1:5)
Beberapa orang telah menganjurkan untuk kembali mengatur posisi
15.000 misionaris dunia ini -- yang telah bekerja di ladang-ladang
yang telah terjangkau, kepada sasaran kelompok orang yang belum
dijangkau. Namun pekerjaan-pekerjaan yang sedang dilakukan di antara
kelompok orang yang telah terjangkau Injil juga penting. Gereja-
gereja yang telah berdiri di wilayah-wilayah kelompok orang yang
telah terjangkau perlu diperlengkapi, dilatih, dan dimotivasi bukan
hanya untuk menginjili bangsanya tetapi untuk menjadi markas
pengiriman misionaris untuk menggapai mereka yang belum terjangkau!
Diperlukan dukungan bagi para pekerja misi dan bantuan keuangan
untuk pelayanan. Perlengkapan ini benar-benar perlu untuk memperkuat
gereja-gereja yang baru. Inilah gelombang baru dari para misionari
Dunia Ketiga. Contohnya, ketika berada di pelabuhan Arica Cile, satu
tim pelayanan dari kapal Logos II telah diutus ke LaPaz, Bolivia,
untuk mengadakan konferensi yang berutujuan untuk memotivasi dan
menantang gereja-gereja agar terlibat dalam misi. Setiap malam yang
hadir berjumlah sekitar 350 - 1500 orang dimana rata-tara 100 orang
diantaranya menunjukkan keinginan mereka untuk terlibat dalam misi.
Banyak orang Amerika Latin diutus sebagai misionari baru ke batas-
batas wilayah itu, khususnya ke wilayah orang-orang Muslim di Afrika
Utara dan Timur Tengah.
Ternyata memindahkan semua misionari ke kelompok orang yang belum
dijangkau sebagai sasaran, bukanlah jawabnya. Untuk mengetahui,
menantang, dan menggerakkan tim kelas dunia yang berani, yang
berpikiran seperti Paulus adalah jawaban untuk penginjilan terhadap
12.000 suku bangsa yang belum dijangkau di dunia ini. Namun berita
baiknya: tugas itu bisa dikerjakan!
Sumber:
Judul Buku | : | Melayani sebagai Pengutus (Serving as Senders)
-- Kiat Jitu Mendukung Misionari Profesional |
Penulis | : | Neal Pirolo |
Penerbit | : | OM Indonesia |
Halaman | : | 167 - 169 |