MAKIN MENGENAL KRISTUS DAN KEBENARAN-NYA
Oleh: Pdt. Bob Jokiman
Joseph Stowell, president Moody Bible Institute di Chicago dalam
bukunya berjudul 'Simply Jesus', menceritakan bagaimana ia begitu
bergairah ketika menerima undangan untuk bertemu dengan presiden
Amerika di Gedung Putih. Ia lalu menyiapkan diri sebaik-baiknya
untuk mengunjungi Gedung Putih dan bertemu dengan Presiden. Seperti
kebanyakan pendukung presiden terpilih, Joseph Stowell telah banyak
membaca tentang presiden tersebut. Sudah tak terhitung berapa banyak
kali ia melihat gambarnya dan menyaksikannya di TV. Jikalau ada yang
bertanya kepadanya berapa banyak ia tahu tentang presiden tersebut
maka dengan lancar ia dapat mengutarakan dengan berlimpah mengenai
latar belakang, filsafat serta kebijaksanaan politik presiden itu.
Namun kali ini lain sebab ia akan bertemu langsung dengan presiden
tersebut. Maka dengan pakaian yang terapi dan yang telah
dipersiapkan secara khusus ia menuju ke Gedung Putih. Hampir kepada
setiap orang yang menyiapkan pakaian dan sepatunya dengan antusias
ia ingin berkata:
"Kerjakan semuanya dengan baik, karena aku akan menuju Gedung
Putih untuk bertemu dengan presiden."
Joseph Stowell merasa begitu tenangnya ketika berjalan menuju ruang
tunggu yang begitu megah dari rumah kediaman presiden. Dalam hatinya
ia berkata:
"Sungguh ini adalah serambi kekuasaan. Di balik pintu-pintu
yang tertutup itu dihasilkan keputusan-keputusan yang sangat
penting; perang diumumkan dan sejarah dibuat."
Kerumunan orang yang sedang menunggu tiba-tiba menjadi senyap ketika
terdengar suara lantang mengatakan,
"Tuan-tuan dan nyonya-nyonya sekalian; Presiden Amerika Serikat!"
yang mewartakan kedatangan presiden memasuki ruang tunggu tersebut.
Semua hadirin kemudian berdiri dengan penuh hormat ketika ia
berjalan menuju ke podium yang telah disediakan.
Joseph Stowell melanjutkan kesannya:
"Saya tidak bisa mengalihkan pandangan mata saya daripadanya.
Saya berada di hadapannya dan terus mengikuti gerakannya dengan
penuh minat. Kemudian menyusul percakapan pribadi yang singkat
dengannya, saya menjadi begitu kagum betapa mengesankannya
berbicara dengan dia. Apalagi ketika ia melihat kepada saya dan
memberikan perhatiannya. Terus terang mengalami sendiri dengan
nyata berada di hadapan presiden maka saya tidak akan memandang
presiden kita dengan pandangan yang sama lagi. Saya meninggalkan
Gedung Putih dengan harapan untuk lebih mengenal dia lagi."
Saudara, demikian pula seharusnya hubungan kita dengan Kristus. Ada
orang yang sudah cukup puas jika hanya mengetahui tentang Kristus
atau Anda dapat lebih dalam lagi mengenal Dia melalui pengalaman
nyata secara pribadi, itu adalah pilihan Anda. Hanya Anda-lah yang
dapat menentukan pilihan tersebut. Pilihan tersebut akan menentukan
perbedaan antara penganut agama pada umumnya atau pengikut Kristus
yang mempunyai hubungan yang intim dengan Dia yang menghendaki kita
sungguh-sungguh menikmatinya!
Kerinduan untuk lebih mengenal Kristus
Selama dua ribu tahun ini tidak ada pribadi yang begitu dikenal baik
di dunia Barat maupun Timur selain Yesus Kristus. Pergumulan manusia
selama dua ribu tahun ini dalam masalah hukum, etika dan moral tidak
bisa dilepaskan dari pengajaran-pengajaran Kristus. Dalam dunia seni
selama dua milenium ini sangat kental dengan lukisan-lukisan yang
berhubungan dengan kelahiran, kematian dan kebangkitan Kristus.
Tidak sedikit karya-karya musik yang anggun dan agung dicipta serta
kita nikmati yang tidak dapat dilepaskan dari kisah kehidupan
Kristus. Bagi yang mengalami pembebasan melalui pengampunan Kristus
di atas salib tentu memberikan makna tersendiri pula bagi hidup
mereka. Kita juga sudah sering mendengar kotbah atau pengajaran
mengenai kehendak dan rencana-Nya untuk hidup kita. Banyak kali kita
dapat menceritakan di luar kepala kisah pengorbanan-Nya serta
pelayanan-Nya dengan penuh antusias. Namun dalam semuanya itu di
dasar lubuk hati kecil kita yang terdalam sering masih ada sesuatu
kerinduan yang kita rasakan bahwa kita masih belum mengenal Kristus
lebih dalam dan nyata. Sering kali terasa Dia begitu jauh. Dia
hanyalah tokoh sejarah yang hidup sekian ribu tahun lalu. Suatu
perasaan yang dialami banyak orang Kristen termasuk Rasul Paulus
ketika ia berkata: "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, dimana aku
menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya," (Filipi 3:10).
Rasul Paulus mengucapkan jeritan hati tersebut bukan sebagai seorang
Kristen yang baru mengenal Tuhan. Ketika ia mengucapkan kalimat
tersebut ia telah menjadi pengikut bahkan rasul selama puluhan
tahun. Ia sudah berkarya bagi Kerajaan Allah dan menderita bagi
Kristus dengan hasil yang melebihi semua rasul yang lain, namun
demikian ia masih merasa kurang: "...aku sendiri tidak menganggap,
bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku
melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada
apa yang ada di hadapanku," (Filipi 3:13).
Jikalau Rasul Paulus saja begitu merasa kurang dalam pengenalannya
akan Kristus, bagaimana pula dengan saudara dan saya? Tentu lebih
parah lagi bukan? Oleh karena itu apa yang menjadi tekad Rasul
Paulus untuk mengenal Kristus dan kebenaran-Nya lebih dalam dan
nyata kiranya menjadi tekad kita juga dalam memasuki tahun yang baru
ini: "...segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan
Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena
Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus," (Filipi 3:8).
David Roper salah seorang penulis Buku Renungan Our Daily Bread
menceritakan bagaimana pada suatu hari ketika ia membongkar garasi
putranya, ia menemukan semua trofi yang pernah dimenangkan putranya
melalui berbagai macam pertandingan atletik selama bertahun-tahun.
Semuanya itu dimasukkan ke dalam sebuah kotak kardus, dan siap untuk
dibuang. Ia mengenang darah, keringat dan air mata yang dikucurkan
putranya demi mendapatkan semua penghargaan itu. Namun sekarang ia
akan membuangnya. Semuanya itu tidak berharga lagi baginya.
Saudara, sebenarnya seperti itulah nantinya akhir hidup kita. Semua
milik kita, semua benda yang kita perjuangkan disepanjang hidup
kita, manjadi tidak berarti apa-apa kecuali sampah. Saat itulah kita
diyakinkan bahwa harta bukanlah hal yang paling berharga dalam hidup
ini.
Hendaklah kita memiliki pandangan yang benar, seperti cara pandang
Paulus. "Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang
kuanggap rugi karena Kristus" (Filipi 3:7). Kita harus bersikap
wajar terhadap harta milik kita, karena sebenarnya kita telah
memiliki harta yang paling bernilai, yaitu pengenalan akan Kristus
Yesus Tuhan.
Perhatikan pesan Allah yang disampaikan kepada Nabi Yeremiah, yang
walaupun telah berusia ribuan tahun namun masih relevan, dapat
diaplikasikan dalam hidup kita: "Janganlah orang bijaksana bermegah
karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena
kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,
tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang
berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang
menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh,
semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN" (Yeremia 9:24).
Manfaat lebih mengenal Kristus.
Madame Jeanne Guyon (1648-1717) seorang spiritualis abad pertengahan
ketika berusia 16 tahun, dipaksa menikah dengan pria cacat berusia
22 tahun. Namun dalam pernikahannya itu ia merasa sangat
direndahkan. Suaminya kerap marah-marah dan bersikap melankolis. Ibu
mertuanya seorang pengkritik yang kejam. Bahkan pembantunya pun
merendahkan dia. Meski telah berusaha keras membaktikan diri kepada
suami dan keluarganya, ia tetap dikecam dengan kejam.
Karena dilarang ke gereja oleh suaminya, ia mencari Allah melalui
Alkitab dan beribadah secara sembunyi-sembunyi. Ia belajar bahwa di
tengah keadaannya yang suram sekalipun, ia "berada dalam kondisi
sangat baik, dalam tangan Allah yang aman". Dalam bukunya
"Experiencing The Depths of Jesus Christ (Mengalami Kedekatan yang
Dalam Dengan Yesus Kristus), ia menulis, "Sikap berserah penuh
[kepada Kristus] merupakan kunci untuk mendapat pemahaman yang sulit
dimengerti. Sikap berserah adalah suatu kunci dalam kehidupan
rohani." Itulah salah satu manfaat jika kita lebih mengenal Kristus
dan kebenaran-Nya.
Rasul Paulus menulis kepada jemaat di Roma bahwa sekalipun tidak ada
lagi penghukuman bagi orang-orang percaya dalam Kristus (Roma 8:1)
namun tidak berarti bahwa hidup orang percaya tidak ada lagi keluh
kesah. Rasul Paulus juga menegaskan dalam pasal yang sama bahwa:
"Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama
mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka
saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga
mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai
anak, yaitu pembebasan tubuh kita" (Roma 8:22-23)
Saudara, kita telah memasuki tahun yang baru 2004. Memang kita tidak
tahu akan hari esok, namun kita tahu siapa yang memegang hari esok.
Keyakinan tersebut mengajak kita untuk menghadapi hari esok dengan
benar:
- Kedekatan dengan Kristus dalam perjalanan hidup.
- Keberanian menghadapi kenyataan yang mengintimidasi hidup kita
sepanjang tahun ini.
Billy Graham ketika ditanya selama ini pertemuan dengan tokoh-tokoh
dunia siapa sajakah yang paling menyenangkan? Jawabnya:
"Tak seorang pun diantara mereka. Sampai sekian lama hidupku,
persekutuan dengan Kristuslah yang paling menyenangkan.
Mendengar Ia berbicara padaku, dipimpin oleh-Nya, merasakan
kehadiran-Nya serta kuasa-Nya melalui hidupku. Ini adalah
kenikmatan terbesar dalam hidup saya!"
Bagaimanakah dengan saudara dan saya di tahun baru ini? Pengalaman
paling menyenangkan apakah yang kita harapkan? Semoga kita dapat
lebih mengenal Kristus dan kebenaran-Nya sehingga kita pun dapat
berkata: "Itulah pengalaman yang paling menyenangkan!" Amin.
Sumber: Newsletter GKI Monrovia, Januari 2003, Tahun XVII No. 1
==> http://www.gki.org/
e-JEMMi 01/2004