You are hereArtikel / Mengelola Waktu Anda untuk Misi Kasih

Mengelola Waktu Anda untuk Misi Kasih


By admin - Posted on 22 November 2018

Anda selalu berada di dalam waktu. Itu tidak dapat dihindari.

Semua manusia, di semua tempat di planet ini, apa pun budayanya, tunduk pada berjalannya waktu yang tak henti-hentinya. Pasir selalu jatuh (bayangkan jam pasir - Red.). Tidak peduli betapa pun kita mengabaikannya, menahannya, atau menekankan hal itu, tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menepis serangan gencarnya. Abaikan ketergesa-gesaan terhadap resiko/bahaya Anda sendiri. Atau berjalan dengan bijaksana dalam menjalani hari-hari yang singkat dan sedikit sebagai pemberian dari Allah.

Ajarilah Kami Menghitung Hari-hari

Hal pertama yang perlu dikatakan tentang memiliki tujuan dengan waktu Anda adalah bahwa Kitab Suci memerintahkannya. Memberikan perhatian untuk pengelolaan waktu yang lebih baik bukanlah berasal dari pemikiran dunia. Tersedianya buku-buku bisnis yang sangat banyak akhir-akhir ini yang membahas tentang topik ini telah lama didahului oleh pengajaran Alkitab.

Bukan saja Rasul Paulus memberi kita ketetapan, “Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup...pergunakanlah waktu yang ada” (Efesus 5:15-16), tetapi bahkan seribu lima ratus tahun sebelumnya, Doa Musa meminta agar Tuhan menolongnya “untuk menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12).

Kitab Suci memiliki banyak hal untuk dikatakan tentang menjadi penatalayan atas uang kita, dan tidak sulit untuk melihat bahwa waktu adalah lebih berharga daripada uang. Sebagaimana Don Whitney berpendapat, “jika orang-orang membuang-buang uang mereka tanpa berpikir sama seperti mereka membuang-buang waktu mereka, kita akan mengira mereka gila. Namun, waktu jelas adalah lebih berharga daripada uang karena uang tidak bisa membeli waktu.” (Spiritual Disciplines, 137–138).

Jika Tuhan Menghendakinya

Akan tetapi, Alkitab tidak hanya memerintahkan mengenai pengelolaan waktu; tetapi juga untuk berhati-hati dengan waktu. Ya, mengabaikannya adalah bahaya yang seringkali terjadi, tetapi sebaliknya, lubang perangkap hampir mewabah di hari-hari kita. Entah akar dosa adalah kecemasan, keegoisan, atau kesombongan dan arogansi, jawaban untuk mengabaikan bukanlah pendulum yang berayun ke keberadaan kita yang dihabiskan oleh kalender kita. Dewa pengelolaan waktu tidak akan berguna bagi kita dengan cepat dalam menggantikan Kristus dan pemeliharaan-Nya dan hak prerogatif-Nya.

Yakobus lebih dahulu memberikan pendapat tentang menghukum untuk kebaikan, atau setidaknya menguduskan, pembuatan jadwal kita.

Jadi sekarang, hai kamu yang berkata, “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung,” sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata, “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. (Yakobus 4:13-16)

Di sini dia menggemakan nasihat dari Amsal 27:1, “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.” Kita bisa meramalkan, tetapi kita tidak benar-benar tahu apa yang akan terjadi satu jam berikutnya, apalagi minggu berikutnya. Meskipun sepertinya waktu kita adalah milik kita sendiri, setiap waktu adalah tentu saja milik Allah. Dia menggendong kita sampai masa tua dan sampai masa putih rambut kita (Yesaya 46:40, atau Dia berkata, tanpa peringatan, “Hai engkau orang bodoh! Malam ini juga jiwamu akan diambil darimu” (Lukas 12:20).

Kekuasaan waktu adalah selalu berada di tangan Allah. Adalah arogan untuk berencana tanpa merencanakannya untuk Allah.

Produktivitas yang Gamblang

Tentu saja, terlalu banyak orang yang sembrono dengan waktu mereka, tetapi kita hidup dalam satu masa di mana pengelolaan waktu sedang digemari. Setidaknya di dunia Barat, tampaknya kita lebih sadar dengan waktu, dan betapa cepat berlalunya, daripada sebelumnya. Toko buku lokal Anda sekarang menawarkan judul-judul baru tentang produktivitas dan pengelolaan waktu yang lebih banyak daripada tentang filosofi dan agama. “Produktivitas bacaan usia dewasa” telah memikat banyak sekali dalam situsnya sistem yang selalu berkembang.

Hari ini, mereka memberitahu kita untuk bertanggung jawab atas kegiatan rutin sehari-hari kita sebelum orang lain melakukannya, bahwa masalah terbesar yang kita hadapi adalah “aliran kerja yang bersifat reaksioner,” dan bahwa kita harus waspada menjaga jadwal kita yang utama/sakral dari masuknya kebutuhan dan prioritas orang lain.

Mungkin, lebih daripada sebelumnya, kita perlu mendengar pengingat yang keras tetapi menggembirakan dari Bapa kita yang penuh kasih dari 1 Korintus 6:19-20 untuk disesuaikan ke dalam rencana kita: waktumu bukanlah milikmu sendiri. Kamu sudah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu muliakanlah Aku dalam jadwalmu.

Tetapi lalu apa? Jika waktu kita bukanlah milik kita sendiri, tetapi milik-Nya, bagaimana iman akan mengarahkan waktu yang kita pakai sebagai hutang?

Iman Bekerja Melalui Kasih

Satu prinsip penting dalam membuat pengelolaan waktu kita sesuai dengan nilai Kristen adalah ini: Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat. (Roma 13:8,10Roma 13:8,10). Menguduskan waktu kita untuk kemuliaan Allah berarti menggunakan waktu untuk orang lain dalam berbagai tindakan kasih. Pekerjaan baik memuliakan Allah bukan dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan-Nya (Dia tidak butuh apa-apa, Kis. 17:25), tetapi dengan melayani orang lain. Sebagaimana Martin Luther yang begitu mengesankan berkata, "bukan Allah yang membutuhkan pekerjaan baik kita, tetapi sesamamu."

Ketika kita meminta agar Allah mengajar kita untuk menghitung hari-hari kita, ini adalah pelajaran yang kita pelajari berulang kali. Satu cara untuk mempraktekkannya adalah dengan membuat jadwal waktu untuk kebaikan yang proaktif dalam panggilan yang Allah sudah berikan dan juga kebaikan reaktif yang meresponi kebutuhan mendesak dari orang lain. Belajar untuk membiarkan kasih menginspirasi dan menggerakkan rencana kita sepertinya akan menimbulkan halangan yang agak sukar bagiusaha proaktif kita, disertai dengan batasan murah hati dan fleksibilitas terencana untuk secara tetap memenuhi kebutuhan orang lain yang tidak direncanakan.

Mungkin ada teologi yang utuh tentang pengelolaan waktu yang terdapat persis di bawah dari akhir surat singkat Paulus kepada Titus, anak didiknya. “Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan perbuatan yang baik, “tulisnya, “untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah” (Titus 3:14). Berbuah artinya memenuhi kebutuhan orang lain dengan “pekerjaan baik” –dipakainya waktu kita, tenaga kita, dan uang kita di dalam pelayanan kasih – yang akan proaktif dan juga reaktif. Tanpa dijadwalkan, kita akan terputus-putus/bimbang dalam usaha yang proaktif; tanpa fleksibilitas, kita tidak akan siap untuk usaha yang reaktif.

Bagi Mereka yang Telah Menyia-nyiakannya

Akan tetapi, bahkan jika kita dengan sengaja bertujuan untuk membiarkan kasih menggerakkan jadwal kita, tidak seorang pun dari kita akan melakukannya dengan sempurna atau bahkan memadai. Orang berdosa adalah pembuang waktu yang kronis dan terus-menerus jatuh menjadi mangsa penyakit tidak punya kasih. Bahkan pengelola waktu yang paling disiplin sekalipun rentan terhadap berbuat salah setiap hari.

Jadi, apa yang kita lakukan dengan penyesalan atas semua waktu yang telah kita sia-siakan? Allah terus memberikan pengharapan ini saat kita belajar untuk mengasihi melalui mengelola waktu kita: Tebuslah hari-hari, minggu-minggu, tahun-tahun Anda yang terbuang percuma dengan membiarkan hal tersebut mengarahkan Anda kepada Yesus, dan menginspirasi Anda, dengan iman, untuk lebih bersungguh-sungguh menghitung hari-hari yang masih ada di depan.

Ketika Injil memenuhi jiwa kita, dan jadwal kita, dan kita tahu dengan mendalam bahwa “Kristus Yesus telah menjadikan saya milik-Nya,” maka kemudian, dalam segala ketidaksempurnaan dan salah arah kita – tetapi hidup di dalam iman, dimampukan oleh Roh Kudus, dan digerakkan oleh kasih – kita mampu untuk “mengejarnya dan menangkapnya” dan “melupakan apa yang telah ada di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku ... memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:12-14).

Anda mungkin selalu ada di dalam waktu, tetapi rahmat Kristus adalah selalu baru tiap pagi. Bahkan setiap waktu.
(t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : desiringGod
Alamat URL : http://www.desiringgod.org/articles/manage-your-time-for-the-mission-of-love
Judul asli artikel : Manage Your Time for the Mission of Love
Penulis artikel : David Mathis
Tanggal akses : 14 November 2016
Tags