You are here5. Perluaslah Dasar Pengertian Saudara

5. Perluaslah Dasar Pengertian Saudara


Pelajaran 5

PERLUASAN DASAR PENGERTIAN SAUDARA

Pada umumnya keterangan yang diberikan dalam pelajaran keempat, telah cukup untuk menjelaskan jalan keselamatan. Dengan penjelasan ini orang-orang yang bukan Kristenpun tidak akan keliru tentang maksud Injil tersebut. Tetapi untuk mereka yang tergolong "Kristen semu," apalagi kalau mereka telah didatangi oleh bidat-bidat, seringkali dibutuhkan penjelasan yang lebih terperinci. Pengertian mereka sangat kabur karena iblis itu licik sekali (II Korintus 4:4). Perhatikanlah bagaimana cara iblis mencobai Tuhan Yesus (Matius 4). Ia lebih suka membelokkan Firman Allah daripada terang-terangan menolaknya.

Maksud dari pada pelajaran kelima ini adalah untuk meletakkan dasar yang lebih luas. Bahan ini disusun berdasarkan pengalaman dalam melayani orang-orang yang menganggap dirinya telah mengetahui isi kekristenan itu, padahal belum. Kami harap agar bahan ini dapat membantu saudara untuk melayani bermacam-macam orang dengan aneka ragam keragu-raguan.

Dalam pelayanan, berikanlah bahan-bahan yang seperlunya saja. Tugas saudara bukan untuk mengajarkan segala kebenaran, melainkan untuk membimbing kepada keinsyafan pribadi. Kalau orang yang dilayani itu telah sadar berdasarkan keempat fakta rohani, jangan ditambahi dari pasal ini. Usahakanlah selalu supaya Injil itu diberikan sesederhana mungkin.

A. PERTOBATAN DAN PENYERAHAN

1. Arti pertobatan

"Bertobat" mempunyai arti tertentu dalam pelayanan rohani, dan arti itu lebih daripada "menyesal." Seorang narapidana akan menyesal karena tertangkap basah. Hal itu bukanlah berarti pertobatan, jikalau ia tetap bermaksud untuk melakukan kejahatan yang sama setelah dibebaskan kembali. Seorang anak kecil akan merasa menyesal, kalau ia telah mendukakan ibunya. Tetapi pada keesokan harinya ia akan melakukan hal yang sama juga. Yang pertama, "bertobat" berarti bahwa seseorang telah demikian jemu dan menyesal atas kelakuannya sehingga ia memutuskan untuk mengubahnya.

Yang kedua, "bertobat" berarti bahwa setelah seseorang menyesal, ia akan berpaling kepada jalan yang benar (I Tesalonika 1:9, 10). Sering terjadi bahwa orang yang menyesal itu berpaling kepada jalan palsu yang lain, misalnya dengan membuat kompensasi. Satu contohnya orang-orang Parisi yang mencuri dari janda-janda (Lukas 20:27) tetapi berusaha menyembunyikan kelakuan yang jelek itu dibalik suatu kelakuan yang baik, yaitu menghiasi batu-batu kuburan para nabi (Matius 23; 29-36). Mereka berharap agar supaya perbuatannya yang baik itu demikian menyolok, sehingga keburukannya tidak diingat lagi oleh orang-orang lain. Itu bukan pertobatan. Bertobat berarti berubah dan berpaling kepada Yesus.

Yang ketiga, "bertobat" tidak mempunyai arti sesungguhnya bila terlepas dari sesuatu hubungan dengan Tuhan Allah. Misalnya, kadang-kadang seorang akan merasa berdosa karena telah melanggar adat istiadat sukunya. Pelanggaran itu, belum mempunyai orientasi rohani, karena hanya melihat kepada norma-norma manusia. Dosa adalah yang berhubungan dengan keadaan seseorang dan sikap Allah terhadap dia. Seseorang harus insyaf bahwa Tuhanlah yang dia hina, sehingga keadaannya sangat berbahaya.

2. Menyangkut seluruh pribadi

Pertobatan yang menyelamatkan itu mencakup keseluruhan dari pribadi seseorang:

  1. Ia akan merasa berdosa.
  2. Ia akan mengetahui bahwa ialah seorang yang jahat dan bahwa kejahatan itu mengakibatkan hukuman Allah.
  3. Ia akan memutuskan untuk berpaling kepada Allah melalui Yesus Kristus.

Petobat itu akan memihak kepada Allah dan menentang dirinya sendiri karena ia telah yakin bahwa Tuhan sajalah yang benar dan adil.

3. Pertobatan orang-orang percaya

Banyak tokoh gereja yang telah mementingkan pertobatan orang-orang percaya, misalnya Matinus Luther dan John Wesley. Memang benar bahwa anak-anak Allah lebih bersedia bertobat dari pada mereka yang belum percaya kepada Yesus Kristus. Banyak nats Alkitab yang menyangkut hal pertobatan itu, seperti I Yohanes 1:9 dan II Korintus 7:8-10 yang dialamatkan kepada kaum Kristen.

Sudahkah saudara memikirkan kebutuhan seorang yang telah selamat supaya bertobat? Perhatikanlah kebenaran-kebenaran yang berikut:

  1. Anak-anak Allah telah mempunyai Alkitab sebagai ukuran moralnya. Mereka tidak lagi keliru tentang kehendak Allah dan mengenai kecenderungan mereka untuk berbuat jahat.
  2. Hati yang didiami oleh Roh Yesus akan lebih berperasaan. Hati kecilnya lekas tertempelak atas sesuatu pelanggaran.
  3. Yesus mau diakui bukan saja sebagai Juruselamat saja, melainkan sebagai Tuhan.

Biasanya pada ketika menerima Yesus seseorang hanya sadar bahwa Yesus telah menyediakan tempat di sorga baginya. Padahal Yesus berkehendak untuk menjadi Juruselamat dan Tuhan bagi orang itu dalam kekekalan dan kekinian, karena Yesus jugalah yang telah menciptakan alam yang fana. Roh Yesus akan terus menerus berusaha untuk mengisyafkan dan menggelisahkan seseorang sampai ia bertobat dari kesia-siaan hidupnya serta menyerahkan diri secara bulat kepada Tuhan Yesus (Matius 22:37).

B. DOSA DAN HUKUMANNYA

Orang-orang yang percaya perlu mengetahui arti sebenarnya dari "dosa" dan arti sebenarnya dari "maut" itu.

Alkitab senantiasa membedakan dosa-dosa yang dilakukan dan difikirkan oleh seseorang, dari kedukaannya sebagai orang berdosa. Kelakuan-kelakuan itu hanya menandai keburukan batin dan keadaan batin itulah yang dipersoalkan.

1. Dosa-dosa dan kelakuan

Ada beberapa kata yang tidak sama artinya di dalam bahasa asli, yang semuanya diterjemahkan "dosa" atau "kesalahan" dalam Alkitab bahasa Indonesia. Di antaranya terdapat kata-kata yang berarti "melanggar," "tidak ber - Tuhan" dan "najis" tetapi kata yang banyak dipakai, "harmatia" berarti "kurang dari ukuran Allah" atau "tidak tepat pada ketetapan Allah." Kata inilah yang dipakai dalam Roma 3:23 dan dalam Roma 6:23, yaitu Allah yang Maha Suci telah menetapkan suatu ukuran bagi manusia. Ukuran tersebut ialah kesempurnaan hidup sehingga tak seorangpun berhak menuntut akan suatu jasa atas kelebihan mereka. Segala kebaikan telah termasuk syarat. Satu kelalaian atau pelanggaran, sekalipun kecil telah menggagalkan seseorang terhadap ukuran itu.

Pada lazimnya yang diakui oleh manusia sebagai ukuran yang dari Allah adalah yang disebut "Sepuluh Hukum" atau "Dasa Titah" (Keluaran 20:1-17). Mungkin seseorang yang salah tangkap tentang maksud Dasa Titah itu akan merasa bahwa ia telah menaati segala hukum Allah, seperti orang muda yang kaya itu (Markus 10:19-20). Kalau demikian, sebaiknyalah ia merenungkan Matius 5. Di situ Yesus sendiri memberikan penjelasan lanjutan bahwa maksud Sepuluh Hukum itu bukanlah hal-hal lahir yang ringan dilaksanakan, melainkan suatu taraf kesempurnaan batin (Matius 5:48). Dengan melihat apa yang dipikirkan dalam batin saja, sifat sebenarnya dari orang itu telah diketahui oleh Allah.

Pada taraf yang tertinggi ukuran Allah itu dinyatakan dalam diri Yesus, Yesuslah yang telah menjadi contoh hidup bagi manusia yang dikehendaki oleh Allah Yesuslah satu-satunya yang pernah melakukan syarat-syarat Torat itu dengan sempurna. Sanggupkah saudara untuk mencapai ukuran yang sesempurna Dia? Dengan melakukan suatu tindakan pemberontakan, satu kenajisan atau satu saja pemikiran yang tidak beres, atau satu kelalaian yang tidak disadari sudah berarti saudara gagal dan "kurang dari ukuran Allah" itu.

2. Hal "orang-orang berdosa."

Alkitab menjelaskan bahwa dosa-dosa kelakuan merupakan gejala-gejala saja, yang menyatakan pokok keadaan yang sebenarnya yaitu bahwa manusia sudah masuk golongan "orang-orang berdosa." Keadaan itu diwarisi sebagai akibat dosa dari Adam dan Hawa. Menurut Firman Tuhan, bukan kelakuan seseorang yang terpenting melainkan sumber kelakuannya yang ada dalam hati yang jahat. Dan itulah yang menimbulkan buah-buah yang pahit (Matius 7:15-20; 23:25-28). Jadi bukanlah "Sayalah orang berdosa, karena saya telah berbuat dosa" melainkan "Saya berbuat dosa karena sayalah seorang berdosa."

Meskipun seseorang merasa bahwa ia belum pernah berbuat dosa, tetapi secara rohani ia tetap tergolong orang berdosa. Tuhan hanya melihat kepadanya sebagai mayat rohani karena dalam jiwanya belum terjadi proses pembaharuan melalui iman (Efesus 2:1, 5, 6).

Kadang-kadang gambar "Jurang pemisah" dipakai untuk menjelaskan keadaan manusia yang berdosa. Gambar ini tepat sekali karena jarak yang memisahkan manusia dari Allah yang suci (Yesaya 59:2) demikian lebarnya sehingga tidak ada seorang juarapun yang sanggup meloncat untuk menyeberanginya.

3. Arti dari pada "maut."

Maut adalah akibat daripada dosa (Roma 6:23a). Apakah artinya maut? Boleh dikatakan bahwa manusia telah mati (Efesus 2:1) karena mewarisi upah dosa Adam dan Hawa. Dan kalau manusia tidak berpaling kepada Yesus Kristus, mereka akan mati untuk selama-lamanya. Kalau seseorang belum percaya kepada Yesus, meskipun ia mempunyai kehidupan jasmaniah, ia belum memiliki kehidupan rohani. Ia berada dalam keadaan mati rohani. Ia belum mempunyai hubungan dengan Allah yang Roh adanya (Yohanes 4:24).

Suatu riwayat dalam Alkitab yang paling jelas mengenai keadaan yang ganjil ini ditemukan dalam Kitab Kejadian pasal 2 dan 3, di mana Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden. Sebelum mereka berbuat dosa mereka mempunyai kehidupan jasmaniah yang sama seperti kita. Mereka dapat bergerak dan berbicara, mereka memikirkan dan memutuskan sesuatu. Di samping kehidupan jasmaniah itu mereka memiliki sesuatu yang lebih indah. Yaitu pergaulan pribadi dengan Tuhan Allah. Justru kehidupan rohaniah itulah yang lenyap pada saat mereka berbuat dosa.

Kalau seseorang tidak mengambil tindakan untuk menghubungkan dirinya kembali dengan Allah melalui Yesus, ia akan tinggal untuk selama-lamanya dalam kematian rohani yang diwarisnya itu. Dengan setiap dosa kelakuan yang ia perbuat, ia menyatakan bahwa ia menyetujui "kemayatan" itu.

C. HAL-HAL AGAMAWI YANG KELIRU

Menyesal sekali, tetapi dapat dimengerti juga adanya banyak unsur-unsur keagamaan yang hanya merupakan buah maut itu, perbuatan yang sia-sia belaka karena bukan Allah yang menetapkannya. Seringkali hal-hal agamawi itu nampak juga pada orang-orang yang menyebabkan dirinya Kristen. "Kristen semu" ini belum memiliki dasar pengertian dari Firman Allah, mereka menyisipkan pemikiran-pemikiran duniawi ke dalam kepercayaannya. Di samping memperpadukan unsur-unsur kekafiran dengan kepercayaan yang sebenarnya, seringkali acara-acara dan ajaran-ajaran Kristen yang benar itu diberi pengertian yang salah karena alam fikirannya yang duniawi.

Selidikilah Firman Tuhan tentang contoh-contoh berikut:

1. Upacara-upacara keagamaan

a. Kebaktian-kebaktian.

Sering orang-orang Kristen semu itu menganggap bahwa kewajiban yang satu-satunya telah mengikuti kebaktian-kebaktian. Sebaliknya iman yang benar itu seharusnya dinyatakan setiap hari melalui kelakuan-kelakuan yang sesuai dengan pengakuan (Mazmur 51:18, 19; Yesaya 1:12-18; Mazmur 24:3,4; Yakobus 2:26).

b. Perjamuan Kudus.

Kadang-kadang seorang menganggap bahwa ia diselamatkan "karena" mengikuti Perjamuan Kudus. Ada kalanya roti dan anggur itu dianggap menjadi barang suci yang mempunyai daya kekuatan dalam dirinya. Sebenarnya upacara itu hanyalah peringatan, bukan saluran berkat (Yohanes 6; I Korintus 11:23-26).

c. Pembaptisan.

Pembaptisan adalah pengakuan umum dan lambang dari apa yang telah terjadi dalam diri seorang melalui kepercayaannya. Bukti dari iman bukanlah surat pembaptisan, melainkan hidup yang baru dan suci (Kisah Para Rasul 10:47, 48; I Petrus 3:21; Roma 6:1-4).

2. Syarat-syarat Torat.

Hukum Allah diberikan sebagai "pelatih" atau skala pemeriksa diri bagi manusia. Maksudnya bukanlah supaya seseorang mencari keselamatan melalui ketaatannya. Tetapi diberikan untuk menyatakan keadaan yang sebenarnya, yaitu bahwa setiap manusia telah melanggar dan gagal. Jadi janganlah berharap pada jalan yang kosong melainkan kepada Yesus yang telah menggenapkan Torat itu (Matius 5:17; Roma 3:20; Roma 7:7; Galatia 2:16).

3. Kesusilaan dan amal.

Kesusilaan dan amal menyatakan kehendak yang baik tetapi belum menyatakan bahwa orang itu diperkenankan oleh Allah. Kornelius adalah contoh yang baik bahwa meskipun Allah ingin menyelamatkan seseorang yang berkelakuan baik tetapi Ia telah membatasi diriNya untuk hanya memperkenalkan mereka yang percaya kepada berita Injil (Kisah Para Rasul 10:1-11; 18, khususnya 11:13, 14).

D. LAMBANG-LAMBANG DARI KARYA KRISTUS

Yang paling penting dalam penginjilan ialah pengertian tentang Penyaliban Yesus. Walaupun hal-hal yang lain tetap kabur, tetapi harus jelas sekali baginya bahwa Yesus sudah mengerjakan sesuatu yang mutlak pada waktu Ia menyerahkan nyawaNya di kayu salib. Pekerjaan Yesus itu sedemikian ajaib sehingga sukar bagi manusia untuk mengertinya. Untuk menambah pengertian kita, Allah telah menyediakan beberapa gambaran. Dua di antaranya akan kita selidiki yaitu "korban perdamaian" dan "darah dan tubuh."

1. "Korban perdamaian."

Dalam Ibrani 10:24-28 dan Efesus 2:14-16 persembahan diri Yesus dibicarakan. Nats-nats tersebut menjelaskan bahwa persembahan itu telah memperdamaikan kita dengan Allah. Korban perdamaian adalah suatu istilah yang tetap bagi jalan kelepasan itu. Korban merupakan pembayaran hutang kepada Allah. Kita yang tidak sanggup lagi berbuat apa-apa wajiblah datang kepada salib Yesus bagaikan pengemis-pengemis. Di situlah seolah-olah diletakkan ke dalam tangan kita korban yakni Yesus itu. Kemudian kita pergi menghadap Allah dengan korban itu dalam tangan kita, dan korban itulah yang diterimaNya. Allah tidak lagi menuntut upah maut melainkan telah mengijinkan kita bersekutu kembali dengan Dia sebagai anak-anakNya.

2. "Darah dan tubuh."

Setiap kali kita merayakan perjamuan kudus, berarti kita memperingati kematian Yesus (I Korintus 11:24-26). Kita senantiasa makan roti dan minum anggur yang menjadi dua lambang dari apa yang Yesus telah lakukan bagi kita. Kedua lambang itu menyatakan dua segi dari pengorbanan Yesus.

Roti adalah lambang dari tubuh Yesus. Tubuh yang telah menerima hukuman kita. Segala siksaan yang patut diterima oleh kita sebagai orang berdosa, telah ditanggung oleh Yesus (I Petrus 2:24). Setiap langkah penghinaan dan penyiksaan yang Yesus alami menjadi bukti betapa najisnya diri kita ini, sehingga penderitaan yang sekejam itu harus dirasai oleh Yesus selaku pengganti kita. Kulit badanNya yang robek-robek dan kesakitanNya yang tak terhingga itu adalah pukulan yang layak bagi kita masing-masing.

Anggur adalah lambang dari darah Yesus yang ditumpahkan. Darah itulah yang menjadi alat penyucian segala kejahatan dan kenajisan kita (I Yohanes 1:7,9), dan juga menjadi sumber hidup yang kekal. Pada permulaan dari siksaannya darah mengalir keluar tetes demi tetes akibat penderaan cemeti yang berduri besi dan mahkota duri yang menusuk kepalaNya. Pada waktu rusuk Yesus ditembus dengan tombak oleh laskar Roma masih ada sejumlah darah yang keluar dari jantungnya, darah yang sudah terurai zat-zatnya, yang hanya dapat terjadi akibat dukacita yang hebat. Jantungnya hancur juga untuk memukul dosa kita yang sangat keji ini.

E. PENERIMAAN YESUS

Apakah yang terjadi pada saat penerimaan itu?

Jelas sekali dalam Firman Tuhan bahwa Allah mempunyai suatu rencana tertentu bagi manusia, yaitu mendiami hati manusia dengan rohNya. Istilah "menerima Dia" dalam Yohanes 1:12 bukanlah suatu kebetulan. Ada banyak istilah lain yang juga dapat dipakai untuk menjelaskan langkah memperoleh keselamatan, tetapi "menerima Dia" yang paling tepat.

Menerima berarti bahwa Roh Yesus yang menunggu di luar diterima ke dalam. Yesus telah ber Firman: "Ia tinggal beserta dengan kamu, dan Ia akan ada di dalam kamu" (Yohanes 14:17). "Kristus di dalam kamu" ialah istilah yang menjadi dasar bagi banyak penghiburan rohani (Efesus 1:13, 14; Kolose 1:27; I Yohanes 4:4 dan seterusnya). Paulus telah mengumpamakan orang-orang beriman sebagai "rumah Roh Kudus," yaitu bahwa Roh Kudus telah mendiami mereka. Paulus harus berkata kepada orang-orang Korintus: "Tidakkah kamu mengetahui ...?" Hal ini demikian ajaib, sehingga sukar bagi orang-orang di kota Korintus untuk percaya terhadap kemungkinannya (I Korintus 6:19, 20).

Roh Yesus selalu menunggu untuk memasuki rumah-rumah tubuh manusia yang telah ditebusNya itu. Ia sudah membayar harganya pada salib. DarahNya berkuasa untuk menyucikan tempat kediamanNya. Yesus hanya menunggu pada pintu hati yang dimilikiNya itu sambil mengetuk (Wahyu 3:20). Ia hanya menunggu supaya pintu hati dibukakan dari dalam, dan kalau dibukakan bagiNya. Ia sendiri akan masuk untuk membereskan dan selanjutnya bertempat tinggal di situ. Yesus akan menjaga, merawat dan memakai rumah yaitu tubuh manusia, sesuai dengan kehendakNya sendiri.

RESAPKANLAH PELAJARAN No. 5

  1. Setelah selesai membaca pelajaran ini, selidikilah nats-nats yang berikut:
    1. Keluaran 20:1-17 dan Matius 5:17-48.
    2. Roma 1:18-32 dan Galatia 5:16-26.
    3. Efesus 2:1-10 dan Mazmur 51.
    4. I Korintus 11:23-32 dan Yesaya 1:12-20.
  2. Perhatikanlah istilah "di dalam kamu" dari Roma 8:9-11. Dapatkah saudara menulis suatu definisi "orang Kristen" berdasarkan nats ini?
  3. Apakah sebabnya seorang yang telah selamat akan lebih merasa dirinya sebagai orang berdosa daripada sebelum ia menerima Yesus?